Mengurai Rumitnya Hubungan Turki dan Negara Arab

Upaya revitalisasi yang begitu sulit

Jakarta, IDN Times - Kemajuan Turki sebagai salah satu negara paling berpengaruh di Timur Tengah membuatnya berusaha kembali membangun kepercayaan dan kerja sama dengan negara-negara Arab. Dilansir dari Reuters, Selasa (1/6/2021), Presiden Republik Turki Recep Tayyip Erdogan beranggapan bahwa Turki akan selalu berupaya untuk memperbaiki hubungannya bersama Negara Arab atas "basis yang saling menguntungkan". 

Lunturnya kebersamaan antara Turki dan negara Arab merupakan imbas dari gerakan Arab Spring pada 2011 yang menjamur ke berbagai negara di Timur Tengah. Kejatuhan rezim-rezim yang sebelumnya dekat dengan Turki, menempatkan Ankara pada posisi yang kurang strategis dalam persaingan geopolitik di Timur Tengah yang sangat dinamis. Ditambah lagi dengan maraknya gejolak politik domestik di tanah Arab pasca Arab Spring.

Berikut merupakan penjelasan hubungan rumit yang dimiliki Turki dan Negara Arab yang tengah diperbaiki. 

Baca Juga: Usir Turki dari Negaranya, Menlu Libya Dituntut Mundur

1. Turki-Arab Saudi

Mengurai Rumitnya Hubungan Turki dan Negara ArabPangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman berjabat tangan dengan putra mendiang Jamal Khasshogi yaitu Salah Khasshogi di Istana Kerajaan Saudi pada 23 Oktober 2018 (Saudi Press Agency)

Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan Turki dan Arab Saudi tergolong menjadi salah satu yang paling rumit di antara negara-negara Arab lain dikarenakan persaingan keduanya di Timur Tengah.

Salah satu bukti permasalahan yang mereka miliki diperparah dengan terjadinya pembunuhan seorang jurnalis terkenal asal Saudi, Jamal Khashoggi, di Konsulat Arab Saudi di Turki. Pemerintah Turki menuduh Putra Mahkota Kerajaan Saudi, Muhammad bin Salman al-Saud, sebagai dalang utama pembunuhan tersebut, seperti yang dilaporkan DW

Permasalahan ini membawa relasi Turki-Saudi ke posisi terendah dalam sejarah kedua negara. Pemerintah Arab Saudi sendiri sempat melakukan pembalasan dengan melakukan boikot terhadap produk-produk asal Turki dan berencana menutup sekolah-sekolah Turki di Saudi.

Selain itu, Riyadh juga mempertanyakan hubungan manis yang dimiliki Turki dan Israel, meskipun Ankara setiap saat mempertegas dukungannya terhadap kemerdekaan penuh Palestina, seperti ditulis Al Jazeera.

Sampai saat ini baru Pemerintah Turki yang memang menegaskan keinginannya memulihkan relasinya dengan Saudi. Hal itu ditunjukkan dengan kedatangan Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, beberapa bulan lalu ke Arab Saudi guna membahas pemulihan hubungan diplomatik antara Turki dan Saudi. 

2. Turki-Mesir

Mengurai Rumitnya Hubungan Turki dan Negara ArabSituasi di dalam Parlemen Mesir ketika mengesahkan pengerahan Pasukan Mesir ke Libya, pada 20 Juli 2020. twitter.com/The_LibyanEagle

Efek terberat yang harus dirasakan Turki sebagai hasil dari Arab Spring adalah kejatuhan Presiden Mesir Husni Mubarak yang merupakan sahabat terdekat Turki. Terpilihnya Presiden Abdel Fattah el-Sissi pada 2014 sebagai pengganti Mubarak ternyata membawa Mesir menjauh dari persahabatan eratnya dengan Turki.

Dalam kondisi inilah, pemerintah Turki sejak 2013 terus mengkritik berbagai kebijakan Mesir karena dianggap bersebrangan dengan pandangan Turki. 

Dikutip dari DW, menanggapi kritikan keras dari Turki, Pemerintah Mesir mencap kebijakan luar negeri dan kepentingan Ankara di Timur Tengah sebagai "neo-usmani". Kairo beranggapan Turki mencoba mengimplementasikan kekuatan politik dan ekonominya guna menaklukkan kembali negara-negara Arab yang sebelumnya pernah jatuh dalam kekuasaan Kesulatanan Usmani.

Meskipun keduanya sulit menghargai satu sama lain, namun relasi Turki bersama Mesir masih lebih baik ketimbang hubungannya dengan Arab Saudi. Presiden Erdogan juga mengakui hubungan yang dimiliki Turki dan Mesir termasuk hubungan yang "historis" dan karena hal tersebut Turki akan tetap selalu mengupayakan normalisasi. 

Baca Juga: Ditariknya Kapal Turki, Redamkan Perselisihan Turki dan Yunani

3. Turki-Libya

Mengurai Rumitnya Hubungan Turki dan Negara ArabPasukan Pemerintah Tripoli yang sedang mempersiapkan diri untuk merebut Kota Pelabuhan Sirte dari Tentara Nasional Libya. twitter.com/Lyobserver

Dari sekian banyaknya Negara Arab, Libya menjadi salah satu sekutu terdekat yang dimiliki Turki hingga saat ini. Tepat setelah terbentuknya Pemerintahan Libya (Tripoli) yang diakui PBB pascakejatuhan Gaddaffi, Ankara termasuk ke dalam jajaran negara-negara di dunia yang terus membantu Libya melalui bantuan ekonomi dan militer.

Melansir Reuters, ketika Libya masih diselemuti perang saudara antara dua pihak yang berbeda, pemerintahan Tripoli dan Tobruk, pemerintah Turki dengan sukarela mengirim bantuan militer kepada Pemerintahan Tripoli yang memang mendapat pengakuan khusus dari PBB.

Keterlibatan Turki dalam Perang Saudara Libya berhasil menyelamatkan Pemerintahan Tripoli dari kehancuran, dan hal itu membuat Turki menjadi sahabat serta sekutu terpercaya yang dimiliki Libya. Sampai-sampai kedetakatn keduanya membawa Turki dan Libya (pemerintah Tripoli) menyepakati kerja sama ekonomi skala besar dalam eksploitasi gas dan minyak bumi di lepas pantai Libya. 

Keberhasilan rekonsiliasi antara Pemerintahan Tripoli dan Tobruk guna menghindari pertumpahan darah lebih lanjut, ikut memberi kesempatan bagi Turki untuk menjalin hubungan lebih mesra dengan Libya yang mulai bangkit dari kehancuran. 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya