Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

KBRI Praha Fasilitasi Pertemuan Komnas HAM dan Eksil 1965

Duta Besar RI untuk Ceko, Kenssy Ekaningsih. (dok. YouTube KBRI Praha)
Duta Besar RI untuk Ceko, Kenssy Ekaningsih. (dok. YouTube KBRI Praha)

Jakarta, IDN Times - Duta Besar RI untuk Ceko, Kenssy Ekaningsih, membenarkan ada pertemuan antara para eksil 1965 dan Komnas HAM yang difasilitasi oleh KBRI Praha.

“Iya, ada,” kata Kenssy, ketika dihubungi oleh IDN Times, beberapa waktu yang lalu.

Dikutip dari akun YouTube KBRI Praha, Senin (3/4/2023), sejumlah foto pertemuan tersebut menunjukkan bahwa para eksil 1965 terlihat sehat dan gembira bertemu dengan Komnas HAM serta Kenssy.

1. Komnas HAM menyampaikan keseriusan pemerintah Indonesia

Komnas HAM temui para eksil 1965 di Praha. (dok. Youtube KBRI Praha)
Komnas HAM temui para eksil 1965 di Praha. (dok. Youtube KBRI Praha)

Dalam pertemuan ini, disebutkan bahwa Komnas HAM menjelaskan dua instrumen hukum yang telah diterbitkan dan dinilai sebagai bentuk keseriusan pemerintah Indonesia terhadap peristiwa pelanggaran HAM berat di masa lalu.

Hal ini menindaklanjuti pernyataan Presiden RI Joko “Jokowi” Widodo yang sempat mengakui ada pelanggaran HAM yang dimaksud.

Dua instrumen ini adalah Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2022 tentang Pembentukan Tim Penyelesaian Non Yudisial Pelanggaran HAM yang Berat di Masa Lalu (Tim PPHAM) dan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2023 tentang Pelaksanaan Rekomendasi Tim PPHAM.

2. Komnas HAM menegaskan peristiwa serupa tidak terulang kembali

Para mantan Mahid di Ceko. (dok. Youtube KBRI Praha)
Para mantan Mahid di Ceko. (dok. Youtube KBRI Praha)

Berbincang dengan para eksil 1965 yang sudah tak muda lagi, Komnas HAM menegaskan rekomendasi selanjutnya adalah untuk memastikan bagaimana agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.

Dalam pertemuan itu, hadir pula Rony dan Ubes, yang pada saat 1965 menjabat sebagai ketua dan sekretaris PPI Ceko kala itu.

Setelah peristiwa pemanggilan oleh perwakilan RI di luar negeri yang diikuti dengan pencabutan paspor WNI terhadap 15 anggota PPI, Rony dan Ubes sekuat tenaga mencari solusi terhadap persoalan yang dialami para mahasiswa dinas atau yang biasa disebut mahid saat itu.

Rata-rata mereka mendapatkan beasiswa ke sejumlah negara di Eropa seperti ke Ceko.

Berkat pertolongan dari pihak sekolah masing-masing, para mahid ini akhirnya mendapatkan keringanan beasiswa, asrama serta stipend. Termasuk bantuan dari Palang Merah Internasional.

3. Para eksil 1965 berbagi pengalaman

Para mahid 1965 bersama Dubes Kenssy. (dok. Youtube KBRI Praha)
Para mahid 1965 bersama Dubes Kenssy. (dok. Youtube KBRI Praha)

Salah satu mantan mahid, Agung Tjokorda, turut membagikan pengalamannya di mana ia baru memiliki dokumen kewarganegaraan pada 1992. Agung sendiri bergelar doktor di bidang metalurgi lulusan Ceko.

Meski demikian, para eksil 1965 ini kompak menyatakan kecintaannya terhadap Indonesia. Bahkan mereka berharap agar peristiwa 1965 tidak akan pernah terulang lagi pada masa kini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us