Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Israel (unsplash.com/Taylor Brandon)
bendera Israel (unsplash.com/Taylor Brandon)

Intinya sih...

  • AS berjanji dorong kesepakatan untuk akhiri perang dan pembebasan sandera.

  • Hamas harus melucuti senjata dan Netanyahu berkomitmen mengakhiri perang di Gaza.

  • Israel akan terus lanjutkan perang jika tidak ada kesepakatan yang tercapai.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ratusan warga Israel menggelar protes darurat di Lapangan Sandera di ibu kota, Tel Aviv, pada Sabtu (2/8/2025). Aksi ini dilakukan menyusul dirilisnya video yang menunjukkan dua sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.

Dalam video yang dirilis oleh kelompok Hamas dan Jihad Islam Palestina pekan ini, Evyatar David dan Rom Braslavski terlihat kurus dan Rapuh. Rekaman yang menampilkan David disandingkan dengan foto anak-anak Palestina yang kelaparan.

“Dengan latar belakang rekaman mengerikan dan laporan buruk tentang kondisi para sandera – keluarga sandera akan menangis pagi ini di jantung kota Tel Aviv. Kami menghimbau kepada pemerintah Israel dan pemerintah AS – tatap mata kami dan orang-orang yang kami cintai,” kata keluarga sandera dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN.

Mereka menyerukan diakhirinya perang di Gaza dan menuntut kesepakatan komprehensif yang akan membebaskan para sandera yang tersisa. Menurut perkiraan Israel, sebanyak 50 sandera masih berada di Gaza, dengan 20 di antaranya diyakini masih hidup.

1. AS berjanji dorong kesepakatan untuk akhiri perang dan pembebasan sandera

Dilansir dari Haaretz, Steve Witkoff, utusan khusus Amerika Serikat (AS) untuk Timur Tengah, turut hadir dalam protes tersebut dan berjumpa dengan para keluarga sandera. Ia meyakinkan mereka bahwa AS berencana mendorong kesepakatan tunggal terkait para sandera, di mana Hamas akan setuju untuk melucuti senjata dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berkomitmen untuk mengakhiri perang di Gaza.

“Kita sangat, sangat dekat dengan sebuah solusi untuk mengakhiri perang ini,” kata Witkoff.

Meski demikian, beberapa keluarga merasa tidak puas dengan pernyataan tersebut.

"Saya tidak mengharapkan apa pun dari pertemuan ini. Dia mengulangi slogan-slogan—‘Hamas tidak menginginkan kesepakatan.’ Saya bertanya kepadanya: Sudah 8 bulan sejak pernyataan Trump, 3 bulan sejak kunjungan terakhir Anda, dan situasinya semakin memburuk," kata salah seorang anggota keluarga, dikutip dari Ynet.

2. Israel akan terus lanjutkan perang jika tidak ada kesepakatan yang tercapai

Sebelumnya pada Jumat (1/8/2025), Eyal Zamir, Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mengatakan bahwa pertempuran di Gaza akan terus berlanjut jika kesepakatan mengenai sandera tidak kunjung tercapai.

“Saya memperkirakan dalam beberapa hari ke depan kita akan mengetahui apakah kita berhasil mencapai kesepakatan parsial untuk pembebasan para sandera kita. Jika tidak, pertempuran akan berlanjut tanpa henti,” ujarnya.

Pada Selasa (29/7/2025), negara-negara Arab dan Muslim, termasuk Qatar, Arab Saudi dan Mesir mendesak Hamas untuk melucuti senjata dan melepaskan kekuasaan di Jalur Gaza sebagai bagian dari upaya mengakhiri perang di wilayah tersebut.

Liga Arab, Uni Eropa (UE) dan 17 negara lainnya mendukung deklarasi tersebut, yang ditandatangani dalam konferensi PBB mengenai upaya menghidupkan kembali solusi dua negara bagi Israel dan Palestina.

“Dalam konteks mengakhiri perang di Gaza, Hamas harus mengakhiri kekuasaannya di Gaza dan menyerahkan senjatanya kepada Otoritas Palestina, dengan keterlibatan dan dukungan internasional, sesuai dengan tujuan pembentukan Negara Palestina yang berdaulat dan merdeka,” demikian bunyi deklarasi tersebut.

3. Warga Gaza hadapi ketakutan, kelaparan dan ketidakamanan

Sejak 7 Oktober 2023, perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 60 ribu warga Palestina. Lebih dari 18 ribu di antaranya adalah anak-anak.

Dilansir dari Anadolu, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa tujuh warga Palestina, termasuk seorang anak, meninggal dunia akibat kelaparan dan kekurangan gizi pada Sabtu (2/8/2025). Dengan demikian, jumlah kematian akibat kelaparan di Jalur Gaza telah mencapai 169 orang, termasuk 93 anak-anak, sejak Oktober 2023.

Ahmed al-Najjar, seorang jurnalis Gaza yang mengungsi di Khan Younis, mengatakan bahwa warga Palestina di wilayah tersebut menghadapi tragedi dan siksaan di tengah gempuran bom, kelaparan, dan perasaan tidak aman.

“Kami tidak hanya berbicara tentang ketakutan terus-menerus akan bom Israel yang dijatuhkan di atas kepala kami, tetapi juga tentang kekosongan total dalam hal keamanan dan kekuasaan, yang membuat kami di sini merasa tidak yakin dan tidak aman atas keselamatan kami sendiri,” kata al-Najjar kepada Al Jazeera.

Ia menambahkan bahwa berjalan di luar dan pergi membeli sekantong tepung atau kebutuhan pokok lainnya sudah membuat orang-orang merasa tidak yakin apakah mereka bisa pulang dengan selamat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team