Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi XI DPR RI, Muhammad Kholid, mendorong pemerintah untuk merespons kebijakan tarif baru impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald J. Trump dengan diplomasi dagang yang cerdas dan terukur.
Indonesia, kata Kholid, sebaiknya tidak terjebak narasi pembalasan perdagangan seperti yang diambil oleh sejumlah negara.
China, salah satu negara yang merespons dengan strategi membalas sikap Trump. Presiden Xi Jinping pada Jumat (4/4/2025) memutuskan memberlakukan tarif impor senilai 34 persen untuk semua produk asal Negeri Paman Sam. Sedangkan, Trump sudah lebih dulu menerapkan tarif resiprokal senilai 34 persen bagi produk-produk asal China.
Kholid menilai, apabila Indonesia ikut membalas langkah Trump, maka dikhawatirkan hal itu bisa merugikan perekonomian nasional. Alih-alih membalas, pemerintah bisa mengutamakan diplomasi dagang baik secara bilateral maupun multilateral bersama sejumlah negara lain yang terdampak kebijakan tersebut.
"Indonesia harus menegosiasikan kembali skema generalized system of preferences (GSP) dan berbagai hambatan nontarif agar produk-produk Indonesia tetap bisa diakses oleh pasar Amerika Serikat (AS). Selain itu, kita juga perlu untuk segera menyiapkan diversifikasi ekspor ke kawasan lain seperti Eropa, Afrika, Timur Tengah dan negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, China, India dan Afsel)," ujar Kholid di dalam keterangan tertulis pada Sabtu (5/4/2026).
Anggota parlemen dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menilai lanskap rantai pasokan, perdagangan dan investasi global pascakebijakan tarif baru impor Trump.