Kepala Lembaga Bantuan Gaza yang Didukung AS Mengundurkan Diri

Jakarta, IDN Times - Direktur eksekutif Gaza Humanitarian Foundation (GHF) Jake Wood mengundurkan diri pada Minggu (25/5/2025). Keputusan diambil sebelum lembaga yang didukung Amerika Serikat (AS) itu memulai distribusi bantuan langsung di Gaza pada Senin (26/5/2025).
Wood merasa lembaga ini tidak dapat menjalankan distribusi sambil tetap mengikuti prinsip kemanusiaan, netralitas, tidak berpihak, dan independensi. Sebelumnya, GHF telah dikritik berbagai lembaga terkait masalah independensi.
GHF sendiri merupakan organisasi bantuan swasta yang berkantor di Swiss sejak Februari 2025. Lembaga ini berencana membagikan 300 juta makanan dalam 90 hari pertama operasinya.
1. Wood merasa operasi GHF akan bergesekan dengan prinsip kemanusiaan
Wood adalah mantan tentara marinir AS yang mendirikan organisasi bantuan bencana Team Rubicon. Dia punya pengalaman menangani operasi bantuan kemanusiaan di Haiti, Myanmar, dan Sudan selama lebih dari satu dekade.
Dua bulan lalu, Wood ditawarkan untuk memimpin GHF karena rekam jejaknya dalam bidang ini. Namun, berbagai media termasuk The New York Times mulai mempertanyakan apakah GHF benar-benar independen dari Israel.
"Seperti banyak orang lain di dunia, saya merasa ngeri dan patah hati melihat krisis kelaparan di Gaza, saya merasa terpanggil untuk melakukan apa pun yang bisa saya lakukan untuk membantu meringankan penderitaan," kata Wood, dilansir dari The Guardian.
Namun, Wood menambahkan bahwa lembaga ini tidak mungkin dapat melakukan tugasnya tanpa melanggar berbagai prinsip kemanusiaan. Ia menyatakan tidak akan mengorbankan prinsip tersebut dan memilih untuk mundur.
2. PBB dan lembaga bantuan tolak kerja sama dengan GHF
Proyek GHF pertama kali direncanakan pada akhir 2023 oleh pejabat-pejabat Israel dan mitra bisnis mereka. Philip F. Reilly, mantan pejabat senior CIA, ikut mengembangkan proyek ini dan membentuk yayasan pada November 2024.
PBB dan lembaga-lembaga bantuan lain menolak bekerja sama dengan GHF. Mereka menganggap GHF melanggar prinsip dasar bantuan kemanusiaan karena bekerja dengan Israel tanpa melibatkan pihak Palestina.
GHF sendiri berencana menggunakan perusahaan swasta untuk menggantikan PBB mendistribusikan bantuan di lokasi-lokasi terbatas di Gaza selatan. Kepala keluarga di Gaza harus mengambil kotak bantuan seberat 20 kilogram di tempat-tempat yang telah ditentukan.
Juru bicara UNICEF, Jonathan Crickx, mengkritik skema distribusi bantuan GHF ini.
"Dari yang kami pahami, rencana tersebut akan semakin meningkatkan penderitaan anak-anak dan keluarga di Jalur Gaza. Bagaimana mungkin seorang ibu dengan empat anak, yang telah kehilangan suaminya, berjalan beberapa kilometer sambil membawa 20 kilogram kembali ke tenda mereka?" kata Crickx, dilansir The Guardian.
3. GHF akan tetap lanjut operasi

Gaza mengalami krisis kelaparan parah setelah Israel memberlakukan blokade total makanan dan bahan bakar selama lebih dari dua bulan. Blokade ini baru mulai dilonggarkan beberapa hari terakhir setelah Israel menuai kritik dari komunitasi internasional.
Meskipun kehilangan pemimpinnya, dewan pengurus GHF tetap akan melanjutkan misi bantuan. Mereka menargetkan untuk menjangkau lebih dari satu juta warga Palestina pada akhir pekan pertama operasi.
"Truk kami sudah dimuat dan siap berangkat. Mulai Senin, GHF akan memulai pengiriman bantuan langsung di Gaza, menjangkau lebih dari satu juta warga Palestina pada akhir pekan. Kami berencana untuk meningkatkan skala dengan cepat untuk melayani seluruh populasi dalam beberapa minggu ke depan," kata dewan pengurus GHF, dilansir France24.
Kementerian Luar Negeri AS tetap mendukung rencana GHF untuk mulai mengirim bantuan. Namun, belum jelas apakah GHF akan benar-benar bisa memulai operasi di wilayah yang masih dilanda perang tersebut.