Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi seorang tenaga medis yang sedang memberikan suntikan vaksin. (unsplash.com/Ed Us)
Ilustrasi seorang tenaga medis yang sedang memberikan suntikan vaksin. (unsplash.com/Ed Us)

Intinya sih...

  • Vietnam sumber kasus impor campak terbesar di KorselKDCA mengatakan 72 persen kasus tahun ini atau 49 pasien terinfeksi di luar negeri. Pihaknya mengidentifikasi Vietnam sebagai sumber jumlah kasus impor terbesar.

  • KDCA menyerukan wisatawan memantau kesehatan setelah kembali ke KorselKDCA menyarankan individu yang belum divaksinasi atau mereka yang memiliki riwayat vaksinasi yang tidak pasti untuk menerima vaksin campak, gondok, Rubella (MMR) setidaknya dua dosis sebelum bepergian ke negara-negara dengan wabah campak.

  • Tingginya tingkat vaksinasi campak di KorselOrganisasi Kesehatan Dunia (

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan (Korsel) melaporkan peningkatan kasus campak di dalam negeri dan risiko terkait perjalanan dari luar negeri. Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengimbau warganya untuk mendapatkan vaksinasi campak sebelum bepergian ke luar negeri.

"Total 68 kasus telah terkonfirmasi di Korea hingga 9 Agustus 2025. Jumlah tersebut merupakan peningkatan sebesar 45 persen, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya," demikan data yang dirilis KDCA pada Rabu (13/8/2025).

Mayoritas kasus baru merupakan kasus impor, yang berarti mereka tertular di luar negeri dan didiagnosis setelah individu tersebut kembali ke Korea. Kasus-kasus impor ini juga telah menyebabkan penularan di dalam negeri, dengan penularan terjadi di rumah tangga dan fasilitas medis dengan pasien campak, dilansir Korea Herald.

Campak adalah penyakit virus akut yang sangat menular dan ditularkan melalui kontak dengan orang yang terinfeksi atau melalui batuk dan bersin dari orang yang terinfeksi.

1. Vietnam sumber kasus impor campak terbesar di Korsel

KDCA mengatakan 72 persen kasus tahun ini atau 49 pasien terinfeksi di luar negeri. Pihaknya mengidentifikasi Vietnam sebagai sumber jumlah kasus impor terbesar. Lalu, diikuti oleh Afrika Selatan, Uzbekistan, Thailand, Italia, dan Mongolia.

KDCA menghubungkan tren ini dengan dua faktor utama, yakni peningkatan global dalam perjalanan internasional dan penurunan tingkat vaksinasi campak yang terjadi selama pandemik COVID-19.

Lebih dari separuh pasien campak baru-baru ini di Korea tidak divaksinasi atau tidak yakin dengan status vaksinasi mereka. Orang dewasa merupakan bagian penting dari kasus-kasus individu yang berisiko, dengan 77,9 persen pasien berusia 19 tahun ke atas.

2. KDCA menyerukan wisatawan memantau kesehatan setelah kembali ke Korsel

Ilustrasi Bandara Internasional Incheon, Korea Selatan. (unsplash.com/Pond Juprasong)

KDCA menyarankan individu yang belum divaksinasi atau mereka yang memiliki riwayat vaksinasi yang tidak pasti untuk menerima vaksin campak, gondok, Rubella (MMR) setidaknya dua dosis sebelum bepergian ke negara-negara dengan wabah campak.

Otoritas kesehatan tersebut juga menyarankan agar wisatawan memantau gejala-gejala seperti demam dan ruam selama tiga minggu setelah kepulangan mereka. Jika gejala-gejala muncul, segera mencari pertolongan medis, serta mengungkapkan riwayat perjalanan terkini mereka.

3. Tingginya tingkat vaksinasi campak di Korsel

Potret kota Seoul di Korea Selatan. (pexels.com/Gije Cho)

Korea JoongAng Daily melaporkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengakui Korsel sebagai negara bebas campak, dan tingkat vaksinasi dosis kedua di negara tersebut tinggi, yaitu 96 persen pada 2023.

Namun, lebih dari separuh atau 54 persen, pasien domestik tahun ini belum divaksinasi campak dengan MMR. Hal ini menunjukkan bahwa banyak kasus dapat dikaitkan dengan orang yang tidak divaksinasi yang bepergian ke luar negeri.

Negara-negara tetangga yang terdaftar sebagai daerah wabah antara lain, Kamboja, Filipina, China, Mongolia, Laos, Malaysia, dan Vietnam. Data WHO menunjukkan bahwa Negara Asia Tenggara dapat menimbulkan risiko signifikan bagi wisatawan Korsel yang berkunjung kesana.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team