Awal bulan ini, pemerintah mengumumkan bahwa universitas akan menerima dua ribu mahasiswa kedokteran lagi mulai tahun depan, dari yang semula 3.058 mahasiswa. Pemerintah bertujuan akan menambah 10 ribu dokter pada 2035.
Pihak berwenang mengatakan, penambahan jumlah mahasiswa kedokteran ini diperlukan untuk mengatasi kekurangan tenaga medis, terutama di daerah pedesaan dan bidang spesialis seperti bedah berisiko tinggi, pediatri, dan kebidanan.
Pada 2022, populasi Korea Selatan yang berjumlah 52 juta jiwa hanya memiliki 2,6 dokter per seribu orang. Angka ini jauh di bawah rata-rata negara-negara Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), yaitu sebesar 3,7.
Para dokter yang melakukan pemogokan mengatakan bahwa universitas-universitas tidak mampu menampung begitu banyak mahasiswa baru. Mereka juga berpendapat bahwa rencana tersebut tidak akan mengatasi krisis dokter di beberapa bidang penting yang bergaji rendah, seperti kedokteran anak dan unit gawat darurat.
Namun, sebuah survei menunjukkan bahwa sekitar 80 persen warga Korea Selatan mendukung rencana tersebut. Para pengkritik mencurigai dokter, salah satu profesi dengan bayaran terbaik di Korea Selatan, menentang rencana itu karena mereka khawatir akan menghadapi persaingan yang lebih besar dan pendapatan yang lebih rendah.