Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Jepang (unsplash.com/Roméo A.)
Bendera Jepang (unsplash.com/Roméo A.)

Intinya sih...

  • Kunjungan pejabat kabinet Jepang ke kuil Yasukuni untuk memperingati 80 tahun kekalahan Jepang pada Perang Dunia II.

  • Kecaman Korea Selatan terhadap glorifikasi masa lalu dan menuntut penyesalan tulus dari pemimpin Jepang.

  • Reaksi domestik dan regional yang beragam, dengan sebagian politisi Jepang membela kunjungan tersebut sebagai penghormatan kepada korban perang.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan menyuarakan kekecewaan mendalam terhadap kunjungan sejumlah pejabat Jepang ke kuil Yasukuni di Tokyo pada Jumat (15/8/2025). Peringatan 80 tahun kekalahan Jepang pada Perang Dunia II menjadi momen yang kontroversial ketika pejabat tinggi negeri Sakura ikut serta dalam ziarah tersebut.

Pemerintah Korea Selatan menilai aksi tersebut berpotensi memperkeruh hubungan diplomatik di masa depan jika Jepang tidak menunjukkan penyesalan atas berbagai pelanggaran sejarah yang lalu.

1. Kunjungan pejabat kabinet Jepang pada peringatan bersejarah

Menteri Pertanian Jepang Shinjiro Koizumi menjadi satu-satunya anggota kabinet aktif yang mengunjungi kuil Yasukuni, bersama ribuan warga dan politisi lain untuk memperingati 80 tahun kekalahan Jepang pada Perang Dunia II.

Selain Koizumi, beberapa politisi dari partai konservatif seperti Sanseito juga mengadakan kunjungan kelompok ke kuil tersebut. Antrean warga yang ingin berdoa dan memberi penghormatan sudah tampak sejak pagi.

Kuil Yasukuni dikenal sebagai tempat peringatan bagi sekitar 2,5 juta korban perang, namun juga mengabadikan 14 penjahat perang kelas A yang divonis setelah Perang Dunia II.

2. Kecaman Korea Selatan terhadap glorifikasi masa lalu

Pemerintah Korea Selatan secara resmi merilis pernyataan kecewa dan menyesalkan kunjungan tersebut, menyebut kuil Yasukuni justru mengglorifikasikan perang agresi Jepang dan memuliakan penjahat perang.

“Kami mendesak para pemimpin Jepang untuk menghadapi sejarah dan menunjukkan refleksi serta penyesalan tulus melalui tindakan nyata, demi membangun hubungan Korea-Jepang yang berorientasi masa depan berdasarkan kepercayaan.” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, dilansir US News.

Sikap ini diulang dalam pernyataan diplomatik resmi di Seoul. Pemerintah Korea Selatan menyatakan masa depan hubungan bilateral harus bertumpu pada pengakuan Jepang atas kesalahan masa lalu, bukan sekadar seremoni atau retorika.

“Fondasi penting bagi relasi berikutnya adalah ketulusan dan penyesalan atas masa kelam sejarah,” kata pejabat Korea Selatan.

3. Reaksi domestik dan regional terhadap kunjungan ke Yasukuni

Sebagian politisi Jepang tetap berpendapat bahwa ziarah tersebut hanyalah bentuk penghormatan kepada korban perang, bukan glorifikasi kejahatan masa lalu,

“Menghormati arwah korban perang tidak seharusnya menjadi masalah diplomatik,” ujar mantan Menteri Sanae Takaichi, dikutip Japan Forward.

Namun, kunjungan ini selalu menuai kritik dari negara tetangga seperti Korea Selatan dan China yang menuduh Jepang menutupi dan mengurangi dampak agresi perang di Asia Timur.

Perdana Menteri Shigeru Ishiba memilih mengirim persembahan daripada hadir langsung di kuil, sebuah tindakan yang tetap dipandang kontroversial oleh Korea Selatan dan China.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team