Ogah Gadaikan Kedaulatan, Filipina Batalkan Kerja Sama dengan China

Filipina tegaskan tak akan menyerahkan kedaulatannya di LCS

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin, mengumumkan bahwa pembicaraan untuk kerja sama eksplorasi sumber energi dengan China di Laut China Selatan telah dihentikan. Pernyataan ini disampaikan Locsin pada Kamis (23/6/2022).

Keputusan untuk menghentikan pembicaraan itu diambil karena adanya masalah konstitusional dan kedaulatan. Locsin menegaskan bahwa Filipina tidak akan menyerahkan secuil pun wilayahnya demi kerja sama dengan China.

"Kami telah melangkah sejauh yang kami bisa secara konstitusional. Satu langkah lagi  maju dari tempat kami berdiri sekarang, kita akan jatuh ke dalam krisis konstitusional," kata Locsin dalam pidatonya, dilansir dari Rappler.

1. Pembicaraan telah berlangsung sejak 2018

Pembicaraan mengenai kerja sama energi Filipina-China telah berlangsung sejak 2018. Kedua negara selama ini terus bersengketa memperebutkan wilayah perairan Laut China Selatan.

Putusan arbitrase internasional pada 2016 menegaskan bahwa Filipina berhak dan berdaulat untuk mengeksploitasi cadangan energi di radius 200 mil Zona Ekonomi Esklusif (ZEE). Namun, China tetap bersikeras untuk mengklaim 90 persen dari Laut China Selatan dan menolak keputusan tersebut.

Akhirnya, kedua negara setuju untuk mencoba bekerja sama eksploitasi wilayah Laut China Selatan tanpa melanggar kedaulatan satu sama lain.

Keputusan tersebut diambil mengingat Filipina yang sangat bergantung pada impor untuk kebutuhan energinya. Filipina kerap kesulitan menemukan partner untuk kegiatan eksploitasi dan eksplorasi sumber energi di wilayah tersebut.

Baca Juga: Warga China Ditangkap soal Rasisme, Suruh Anak Zambia Bicara Ini

2. Gesekan terhadap kedaulatan Filipina tak terhindarkan

Setelah pembicaraan berlangsung selama 3 tahun, keduanya gagal menyetujui skema kerja sama yang tak akan melanggar kedaulatan Filipina di Laut China Selatan.

Menurut Menlu Filipina, kerja sama hanya dapat terwujud jika Filipina mengorbankan kedaulatannya, atau China mengurungkan klaimnya atas Laut China Selatan.

“Tiga tahun berlalu dan kami belum mencapai tujuan kami untuk mengembangkan sumber daya minyak dan gas yang sangat penting bagi Filipina, tetapi tidak dengan mengorbankan kedaulatan, bahkan sedikit pun tidak," kata Locsin, dilansir dari Business World.

3. Pembatalan atas perintah Presiden Duterte

Pembatalan kerja sama dengan China ini merupakan perintah dari Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Locsin menegaskan bahwa ini bukanlah penangguhan, karena Presiden Duterte menginginkan pembicaraan dengan China dihentikan sepenuhnya.

Padahal, rencana kerja sama Filipina-China ini awalnya diinisiasi oleh Duterte sendiri. Saat itu, banyak pengamat mengkritisi keputusan ini karena dinilai melegitimasi klaim sepihak China.

Namun, China dan Filipina sepakat untuk tetap melanjutkan kerja sama di bidang lain. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, sebelumnya mengatakan bahwa Beijing akan berkomitmen pada persahabatan kedua negara dan fokus pada pertumbuhan pascapandemik.

Baca Juga: Restoran Terapung Ikonik Hong Kong Tenggelam di Laut China Selatan

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya