Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
CEO Tesla, Elon Musk. (MINISTÉRIO DAS COMUNICAÇÕES, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
CEO Tesla, Elon Musk. (MINISTÉRIO DAS COMUNICAÇÕES, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Miliarder ternama Amerika Serikat (AS), Elon Musk, mengancam akan membentuk partai politik baru yang diberi nama "America Party" sebagai bentuk kekecewaan terhadap One Big Beautiful Bill Act yang diusulkan Presiden AS, Donald Trump. Ancaman itu menyusul perdebatannya dengan Trump terkait pengeluaran pemerintah dalam aturan tersebut.

Musk mengatakan akan mendirikan America Party sehari setelah Kongres meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) usulan Trump. RUU tersebut mengusulkan keringanan pajak, serta pemotongan dana untuk program perawatan kesehatan dan pangan. Aturan tersebut dikritik Musk karena dinilai akan meningkatkan defisit negara secara signifikan.

Bos Tesla itu menyebut Demokrat dan Republik sebagai uniparty karena defisit pemerintah telah meningkat drastis di bawah pemerintahan dan Kongres yang dikendalikan oleh kedua partai tersebut. Musk mengatakan, jika RUU tersebut disahkan, Partai Republik tidak berbeda dengan Demokrat, yang sering dituduh sebagai pemboros dalam pengeluaran negara.

Musk mengklaim bahwa RUU tersebut akan meningkatkan plafon utang AS hingga 5 triliun dolar AS (setara Rp80.973 triliun), dari yang saat ini senilai 36,1 triliun dolar AS (setara Rp584.572 triliun). Pria berusia 54 tahun itu menyebut RUU yang diusulkan Trump akan membuat AS bangkrut dan menghancurkan jutaan pekerjaan di negara itu.

1. Apa itu America Party?

ilustrasi bendera AS (pexels.com/Brett Sayles)

America Party merupakan nama partai yang digagas oleh Musk untuk menandingi dua partai utama AS, yakni Republik dan Demokrat. Partainya diklaim bertujuan mewakili suara 80 persen warga AS yang berada di tengah kedua spektrum politik Negeri Paman Sam.

Dilansir Al Jazeera, gagasan tentang America Party telah diungkap Musk sejak awal Juni lalu melalui akun X miliknya. Bos SpaceX dan Tesla itu mengunggah jajak pendapat yang menanyakan kepada para pengikutnya terkait pendirian partai politik baru di AS yang dapat mewakili 80 persen rakyat negara adidaya itu yang berada di antara Republik dan Demokrat.

Meskipun jajak pendapat media sosial tidak mewakili sentimen publik yang lebih luas, unggahan Musk telah mendapat respons dari 5,6 juta orang, di mana 80,4 persen di antaranya menjawab dengan "ya". Sejak saat itu, Musk telah berulang kali mengunggah ulang hasil jajak pendapat itu dan menyebutnya sebagai bukti sebagian besar warga AS menginginkan partai baru untuk dibentuk.

Meskipun mungkin tidak mewakili warga AS secara keseluruhan, hasil itu menunjukkan tren dalam pemilih. Menurut jajak pendapat Gallup pada 2024, 43 persen orang AS mengidentifikasi diri sebagai independen, 28 persen sebagai Republik, dan 28 persen sebagai Demokrat. Hal ini menunjukkan lebih banyak warga yang mengidentifikasi diri sebagai independen daripada Demokrat atau Republik.

2. Tantangan pendanaan hingga dukungan politik untuk mendirikan partai baru

ilustrasi bendera AS (unsplash.com/chris robert)

Para ahli pendanaan kampanye dan ilmu politik mengatakan bahwa alasan mengapa tidak ada pihak ketiga yang berhasil menantang sistem dua partai AS, antara lain karena secara finansial dan hukum sulit untuk mendirikan partai baru. Selain itu, para pemilih dan kandidat ragu untuk bergabung.

Partai politik AS diatur oleh undang-undang. Peraturan tidak hanya berasal dari Komisi Pemilihan Umum Federal (FEC), tetapi juga dari negara bagian.

Mengutip CNN, Undang-Undang Reformasi Kampanye Bipartisan McCain-Feingold tahun 2022 menetapkan batasan ketat pada sumbangan untuk partai politik. Batas saat ini hanya di bawah 450 ribu dolar AS (setara Rp7,2 miliar) yang dibagi untuk berbagai tujuan partai.

Mantan ketua FEC, Lee Goodman, mengatakan Musk akan membutuhkan ribuan donatur bersama untuk membantunya mendanai partainya. Goodman menyebut seorang individu yang sangat kaya tidak dapat mendanai partai politik nasional yang baru, seperti halnya dia memulai bisnis. Hal itu dikarenakan batasan kontribusi federal.

Selain itu, Profesor Ilmu Politik Universitas Emory, Alan Abramowitz, mengatakan kendala terbesar yang dihadapi adalah sangat sulit meyakinkan orang untuk memilih kandidat pihak ketiga dalam pemilu. Hal itu karena kandidat dari partai ketiga dianggap tidak memiliki peluang untuk memenangkan pemilu.

Abramowitz menambahkan, Demokrat tidak mungkin maju di bawah America Party karena ketidaksukaan terhadap Musk. Sementara itu, Partai Republik akan cenderung lebih setia kepada Trump daripada Musk.

3. Musk dapat mengusung kandidat independen melalui super PAC miliknya

Bos SpaceX dan Tesla, Elon Musk. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Jika pembentukan partai politik baru terlalu sulit, Musk masih dapat memegang pengaruh besar melalui komite aksi politik super (PAC). Musk dapat mengirimkan dana tanpa batas, yang kemudian badan tersebut dapat mendukung kandidat independen, dan memperoleh suara lebih mudah.

Kendati demikian, Thomas Gift, profesor ilmu politik di Sekolah Kebijakan Publik UCL di London, mengatakan bahwa meskipun pembentukan partai mungkin dilakukan, memenangkan kursi di Kongres atau Gedung Putih adalah masalah yang sama sekali berbeda.

Paul Levinson, profesor komunikasi dan studi media di Universitas Fordham, New York, mengatakan bahwa secara historis, partai ketiga di AS memiliki rekam jejak yang buruk. Dia menyebut America Party besutan Musk kemungkinan tidak akan banyak berhasil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama