Mengenal Hasbara, Mesin Propaganda Israel

Hasbara berasal dari bahasa Ibrani yang berarti menjelaskan. Istilah ini dipopulerkan pada awal abad ke-20 oleh aktivis dan jurnalis Zionis asal Polandia bernama Nahum Sokolow.

Menurut Miriyam Aouragh dalam Jurnal Middle East Critique, Hasbara merupakan lembaga informal yang dibawahi oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Israel.

Hasbara sejatinya sudah ada sejak lama. Namun pembentukannya sebagai lembaga informal, baru dilakukan pada 2013 dan menjadi bukti penggunaannya secara intensif.

Hasbara semata-mata berdiri untuk meredam segala bentuk distorsi informasi terhadap Israel. Keberadaan Hasbara sangat berperan dalam membentuk pandangan dunia internasional terhadap Israel melalui diplomasi publik.

Hasbara sebagai mesin propaganda Israel dibuat untuk mengontrol opini publik. Israel berupaya mendorong setiap orang untuk membenarkan segala perbuatan Israel, terutama dalam konflik di Palestina.

Lembaga ini menjadi alat propaganda modern bagi Israel. Di era modern, hal ini sering kali berbentuk video, infografis, postingan viral di media sosial, serta hashtag yang dirilis dan dipromosikan oleh Israel.

Dilansir New Arab, salah satu fungsi utama Hasbara modern adalah untuk menggambarkan Israel sebagai korban dan bahkan pihak yang tidak diunggulkan. Hasbara menjadi strategi hubungan masyarakat Israel yang amat efektif bagi entitas tersebut.

Jurnalis Eropa, Nahum Sokolow, menggambarkan Israel dalam pertarungan David versus Goliath. Israel dianggap menjadi David, yakni pihak yang lebih kecil dan lebih lemah yang tidak diunggulkan, berjuang dan mengatasi musuh yang lebih kuat.

Salah satu contoh penggunaan Hasbara adalah pada perang Israel dan Hamas yang dimulai pada 7 Oktober lalu.

Hasbara berupaya untuk membenarkan penargetan Israel terhadap wilayah sipil dan kematian warga sipil yang diakibatkannya. Dari lembaga ini, Israel kemudian menyalahkan Hamas atas sejumlah besar kematian warga sipil tersebut.

Inilah alasan mengapa Israel terus-menerus menuduh Hamas menggunakan sekolah, rumah sakit, lingkungan sekitar dan pabrik sebagai wilayah militer dan menggunakan warga sipil Palestina sebagai perisai manusia.

Israel kerap kali menunjukkan foto-foto satelit dan kutipan dari pengakuan para tersangka tahanan Hamas untuk mendukung klaim ini, namun tidak ada bukti yang dapat diverifikasi secara independen.