Serangan Israel Tewaskan 28 Ribu Warga di Gaza sejak Oktober 2023

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan Palestina merilis jumlah korban tewas di Gaza akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 hingga 10 Februari 2024. Dalam laporan tersebut, sebanyak 28.064 warga tewas.
Melansir ANTARA dari kantor berita Xinhua, Minggu (11/1/2024), jumlah warga yang mengalami luka akibat serangan Israel sebanyak 67.611.
1. Israel terus melancarkan serangan

Militer Israel hingga Sabtu, 10 Februari 2024 terus melancarkan serangan. Pada 10 Februari, ada 117 warga Palestina dan 152 lainnya terluka.
Bahkan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memberikan perintah kepada militer untuk mempersiapkan rencana operasi darat di Rafah. Hal itu dilakukan untuk menyerang brigade Hamas yang masih tersisa.
2. Tiga ribu rumah di Gaza telah dibakar Israel sejak 7 Oktober

Sebelumnya, Kantor informasi Jalur Gaza melaporkan ada 3 ribu rumah yang dibakar oleh Israel di Jalur Gaza sejak konflik pada 7 Oktober 2023. Pembakaran pemukiman itu diduga diinstruksikan langsung oleh komandan tentara Israel.
“Pasukan pendudukan Israel dengan sengaja membakar rumah-rumah untuk menimbulkan kerusakan dan kerugian pada warga negara, terutama mereka yang terpaksa meninggalkan rumah mereka oleh pendudukan dan terpaksa mengungsi,” kata kantor tersebut, dilansir Al Jazeera, Kamis (8/2/2024).
Di media sosial tersebar unggahan yang memperlihatkan pembakaran rumah yang dilakukan oleh para tentara Israel. Kerugian ditaksir mencapai puluhan juta dolar AS.
3. Melanggar hukum internasional

Dilansir Anadolu, pada pekan lalu media Israel Haaretz melaporkan bahwa komandan militer telah memerintahkan tentara untuk membakar rumah-rumah di Gaza tanpa persetujuan hukum.
Kantor Informasi turut menyerukan komunitas internasional untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina.
Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.