Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Moldova (unsplash.com/thecyclichedgehog)
bendera Moldova (unsplash.com/thecyclichedgehog)

Intinya sih...

  • Polisi Moldova menangkap 74 orang yang diduga suruhan Rusia untuk merusak stabilitas negara

  • Presiden Moldova, Maia Sandu, memperingatkan bahwa kedaulatan negaranya dalam bahaya akibat intervensi Rusia

  • Badan Intelijen Luar Negeri Rusia menuduh UE berniat menduduki Moldova dengan pasukan NATO setelah pemilu parlemen dilangsungkan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Polisi Moldova, pada Selasa (23/9/2025), mengungkapkan bahwa ada 74 orang yang ditangkap menyusul operasi penggeledahan dugaan intervensi Rusia dalam pemilihan umum (pemilu) parlemen. Mereka diduga ditugaskan untuk merusak stabilitas negara Eropa Timur tersebut. 

“Sebanyak 74 orang tersebut dilatih di Serbia untuk memicu kerusuhan massal dan dan perusakan stabilitas nasional Moldova. Petugas keamanan sudah menyita sejumlah senjata yang dimiliki terduga pelaku,” ungkapnya dikutip dari Kyiv Post.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia dituding terus mengintervensi urusan dalam negeri Moldova. Negara pecahan Uni Soviet tersebut terus mendapat tekanan dari Rusia setelah berniat bergabung dengan Uni Eropa (UE).

1. Polisi Moldova mengadakan operasi di 250 lokasi di seluruh negeri

Polisi Moldova menyebut, penangkapan ini dilakukan setelah mengadakan operasi penyergapan di 250 lokasi di seluruh Moldova. Terduga pelaku pernah terjerat kasus kriminal dan mendapatkan perintah dari Rusia untuk merusak stabilitas. 

Sebulan lalu, buronan dan politikus pro-Rusia di Moldova, Ilan Shor sudah menawarkan bayaran besar kepada warga yang bersedia ikut dalam demonstrasi anti-pemerintah. Bayaran tersebut mencapai 3 ribu dolar AS (Rp50 juta) per bulan. 

Dilansir TVP World, Mantan Presiden Moldova, Igor Dodon mengatakan bahwa pemerintahan pro-Barat di Moldova berniat membungkam dan mengintimidasi oposisi. Pemerintah berniat menakut-nakuti warga dengan penggerebekan. 

2. Sandu sebut kedaulatan Moldova dalam bahaya

Presiden Moldova, Maia Sandu. (European People's Party, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)

Presiden Moldova, Maia Sandu memperingatkan bahwa kedaulatan negaranya dalam bahaya imbas intervensi Rusia. Menurutnya, Rusia sudah mengeluarkan uang ratusan juta euro untuk mengintervensi pemilu Moldova. 

“Kremlin menggelontorkan ratusan juta euro untuk membeli suara dari ratusan ribu warga di dua bagian dari Sungai Nistru dan di luar negeri. Warga sudah diracuni oleh kebohongan setiap harinya. Ratusan orang dibayar untuk memicu kerusuhan, kekerasan, dan menebarkan ketakutan,” terang Sandu. 

Sementara itu, Moldova akan mengadakan pemilu parlemen pada 28 September 2025. Pemilu tersebut penting untuk menentukan arah Moldova untuk memperkuat hubungan dengan UE atau kembali ke orbit Rusia.

3. Intelijen Luar Negeri Rusia tuduh UE berniat menduduki Moldova

Bendera Rusia. (pixabay.com/michel_van_der_vegt)

Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) menuding UE berniat menduduki Moldova dengan pasukan NATO setelah pemilu parlemen dilangsungkan. Menurutnya, NATO sudah menumpuk pasukan di Rumania dan Ukraina untuk menghalau demonstrasi. 

“Brussels berniat menjaga Moldova agar tetap memiliki pandangan Russophobia. Mereka ingin melakukan ini dengan segala cara, termasuk mengirimkan pasukan dan menduduki negara Eropa Timur tersebut,” ujarnya, dikutip dari The Moscow Times.

SVR juga menampik penemuan dokumen bahwa Rusia merencanakan demonstrasi besar dan mengadakan kampanye disinformasi di Moldova. Selain itu, terdapat rencana Rusia untuk merekrut pemilih dari luar negeri. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team