Inggris Klaim Tembak Jatuh Helikopter Rusia di Ukraina
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Inggris mengklaim telah menembak jatuh helikopter Rusia di Ukraina untuk pertama kalinya. Helikopter Rusia itu ditembak jatuh menggunakan rudal starstreak yang dikirim langsung Inggris untuk membantu Ukraina.
Dilansir Independent, Minggu (3/4/2022), Kementerian Pertahanan Inggris telah menerima laporan tersebut. Mereka membenarkan keberhasilan pasukannya menembak jatuh helikopter Rusia.
Baca Juga: Perang Rusia dan Ukraina Dimulai! Rusia Lancarkan Invasi Skala Penuh
1. Rudal starstreak miliki kecepatan tiga kali suara
Rudal starstreak yang digunakan Inggris sudah sepekan dioperasikan demi membantu tentara Ukraina dalam melawan Rusia. Rudal ini diklaim memiliki kecepatan tiga kali suara.
Sehingga, Inggris meyakini rudal starstreak sangat efisien dan praktis untuk melawan helikopter. Hal itu karena bisa digunakan di bahu tentara, dipasangkan di kendaraan, atau dari peluncur darat. Helikopter Rusia itu pun ditembak jatuh karena ditembak dari bahu anggota militer.
Baca Juga: Agen Intelijen Rusia Dilaporkan Tewas di Depan Kedubes Rusia, Jerman
2. Dijerat sanksi, Rusia ancam setop kerja sama antariksa dengan Barat
Sebelumnya, Kepala badan luar angkasa Rusia (Roscosmos), Dmitry Rogozin, menegaskan Moskow bisa saja memutus kerja sama luar angkasa dengan negara-negara Barat. Keterangan yang disampaikan melalui media sosial pada Sabtu (2/4/2022) itu merupakan salah satu cara Rusia melawan sanksi dari Barat.
Keputusan Rusia mengobarkan perang ke Ukraina memiliki dampak luas setelah lebih dari satu bulan pertempuran. Negara-negara Barat menjatuhkan serangkaian sanksi ekonomi yang mencekik Moskow.
Editor’s picks
Rusia memang menjadi pionir dalam teknologi luar angkasa, karena merupakan negara pertama yang berhasil mengirim satelit ke luar angkasa. Rusia telah bekerja sama dengan banyak negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS), Kanada, Jepang dan Eropa dalam proyek Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Dilansir Reuters, di tengah ketegangan Perang Rusia-Ukraina, Direktur Roscosmos, Rogozin, sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri kerja sama ISS dengan badan antarika negara-negara Barat. Kerja sama itu melingkupi NASA (AS), ESA (Uni Eropa), JAXA (Jepang) dan CSA (Kanada).
"Itulah mengapa saya percaya pemulihan hubungan yang normal antara mitra di ISS dan proyek lainnya hanya mungkin dengan penghapusan sanksi ilegal dan tanpa syarat," kata Rogozin.
ISS adalah proyek raksasa lima grup negara maju dalam ambisi penelitian dan pengembangan teknologi ruang angkasa. Proyek itu dimulai sejak 1998 dengan peluncuran modul kontrol Zarya buatan Rusia.
Setelah itu, komponen lain untuk membangun ISS terus diluncurkan ke ruang angkasa. Pada 2000, astronaut Bill Shepherd dari NASA bersama kosmonaut Yuri Gidzenko dan Sergei Krikalev dari Roscosmos adalah kru pertama yang tinggal di ISS.
3. Negara-negara Barat disebut berusaha membunuh ekonomi Rusia
Perang Rusia di Ukraina telah membuat ekonomi Moskow tergencet. Nilai mata uang rubel bahkan sempat menyentuh angka terendah.
Dikutip The Guardian, Rogozin mengatakan sanksi ekonomi yang dijatuhkan barat bertujuan untuk membunuh ekonomi Rusia.
"Pun, menjerumuskan rakyat (Rusia) ke dalam keputusasaan dan kelaparan, agar membuat negara kami bertekuk lutut," kata dia.
Dia menjelaskan langkah negara-negara Barat itu tidak akan berhasil. "Tetapi niatnya jelas," ujar Rogozin.
Terlepas dari ketegangan yang terjadi, baru-baru ini satu astronaut AS dan dua kosmonaut Rusia berhasil pulang bersama dari ISS pada Rabu. Mereka kembali ke bumi menggunakan kapsul Soyuz milik Rusia dan mendarat di sebuah padang rumput di Kazakhstan.