Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Arab Saudi
ilustrasi bendera Arab Saudi (unsplash.com/aboodi_vm)

Intinya sih...

  • Negara Arab menolak pemblokiran bahan bakar fosil di COP30

  • Uni Eropa ikut menolak proposal dari Brasil

  • PBB dan Brasil dorong negosiator untuk persetujuan COP30

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Negara-negara Arab, pada Jumat (21/11/2025), mengungkapkan penolakan segala pemblokiran bahan bakar fosil dalam KTT COP 30 di Belem, Brasil. Selain itu, terdapat 80 negara lain yang menolak ide tersebut. 

Negara Arab menyebut bahwa sejumlah negara ingin memblokir hidrokarbon untuk mendorong kepentingannya. Selain Arab Saudi, Oman, dan Mesir, India juga menolak peningkatan pendanaan adaptasi iklim yang didorong oleh negara-negara berkembang. 

Sebagai informasi, negara-negara Arab dikenal sebagai negara penghasil minyak bumi. Rencana pemblokiran hidrokarbon yang diusulkan oleh Brasil ini dianggap akan merugikan negara-negara di Timur Tengah. 

1. Uni Eropa ikut menolak proposal dari Brasil

Delegasi Uni Eropa (UE) yang dipimpin oleh Menteri Iklim Denmark, Lars Aagaard menyebut proposal tersebut tidak dapat diterima karena menghapus semua referensi soal kebutuhan meninggalkan bahan bakar fosil. Ia mengkritisi bahwa teks dan tidak ada yang menyebut hidrokarbon. 

“Kami menolak realita dalam sebuah skenario yang tidak dapat disetujui. Pengurangan polisi emisi adalah sebuah kunci yang harus tertulis di dalam teks dokumen di COP30,” ujarnya, dikutip dari EFE.

Brussels akan melakukan apapun untuk memitigasi dan mengurangi emisi. Aagaard mendorong untuk melanjutkan diskusi dengan negara-negara dalam memastikan untuk mencapai ambisi pengurangan emisi. 

2. PBB dan Brasil dorong negosiator untuk persetujuan COP30

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres dan Presiden Brasil, Lula da Silva mengungkapkan inisiatif untuk mendorong negosiator dalam mencapai persetujuan di KTT COP30. Sebab, waktu terus berjalan dan belum adanya kesepakatan soal masalah iklim. 

Kepala Eksekutif Greenpeace Brasil, Carolina Pasquali mengungkapkan bahwa pertemuan antara Guterres dan Lula ini adalah bagian dari penyelesaian politik. Selain itu ini bertujuan untuk mengakhiri kebuntuan dalam KTT COP30 di Belem, dilansir Arab News

3. Presiden COP30 dorong konsensus dari KTT COP30

Presiden COP30, Andre Correa do Lago mengungkapkan bahwa delegasi harus mencapai konsensus dalam KTT COP30. Meskipun hasil dalam kesepakatan itu tidak akan disukai oleh banyak orang di dunia. 

“Kami tahu seberapa sulit dalam mencapai sebuah konsensus. Kami tidak dapat melupakan konsensus yang tidak menyenangkan analis, delegator, dan banyak orang yang memiliki kekuatan,” terangnya. 

Do Lago menyebut, dunia saat ini menghadapi tantangan geopolitik yang besar setelah penarikan diri Amerika Serikat dalam Perjanjian Paris. Alhasil, ancaman krisis iklim sangat besar dan akan berbuntut pada kekacauan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team