Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi reaktor nuklir. (pexels.com/Pixabay)

Jakarta, IDN Times - Negara-negara Kepulauan Pasifik mendesak agar Jepang menunda pelepasan air radioaktif dari limbah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima. Hal ini disampaikan dalam Pacific Islands Forum (PIF) pada Rabu (18/1/2023).

Mereka khawatir dengan kontaminasi nuklir, serta kurangnya data ilmiah yang mendukung rencana Jepang. 

Melalui PIF, negara-negara Kepulauan Pasifik menegaskan kembali posisi mereka guna melindungi masa depan Benua Pasifik dengan pendekatan yang memprioritaskan dan melindungi kehidupan laut, kesehatan manusia, dan lingkungan. Serta, melindungi kepentingan dan mata pencaharian masyarakat pesisir pulau kecil.

PIF merupakan blok regional yang membahas kebijakan politik dan ekonomi di sub-kawasan di Pasifik. Organisasi tersebut terdiri dari 18 negara kepulauan, yakni Australia, Kepulauan Cook, Negara Federasi Mikronesia, Fiji, Polinesia Prancis, Kiribati, Nauru, Kaledonia Baru, Selandia Baru, Niue, Palau, Papua Nugini, Republik Kepulauan Marshall, Samoa, Kepulauan Solomon, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu.

1. Negara-negara Kepualauan Pasifik membutuhkan verifikasi keamanan

Kekhawatiran negara-negara Pasifik didasari sejarah masa lalu, mengingat negara-negara tersebut masih bergulat pada warisan pengujian nuklir puluhan tahun silam.

"Orang-orang kami setiap hari terus menanggung dampak jangka panjang dari warisan pengujian nuklir, kami mengetahui secara langsung dampak antargenerasi akibat limbah radioaktif nuklir," kata Sekretaris Jenderal PIF, Henry Puna, dalam seminar publik di Suva, Fiji.

"Wilayah kami teguh bahwa tidak boleh ada pembuangan sampai semua pihak memverifikasi keamanannya," lanjutnya, dikutip dari laman resmi PIF.

Negara-negara Pasifik menganggap, pembuangan air limbah radioaktif Jepang merupakan masalah yang kompleks dan teknis, sehingga membutuhkan dasar ilmiah yang kuat dan cermat.

Ini mengenai apakah standar keselamatan internasional saat ini memadai untuk menangani kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang melibatkan air limbah radioaktif dalam jumlah yang besar dari reaktor nuklir yang rusak, dibandingkan dengan yang dibuang dalam operasi normal.

2. Rencana pelepasan air radioaktif Jepang telah didukung IAEA

Editorial Team

Tonton lebih seru di