Jakarta, IDN TImes - Perdana Menteri (PM) Niger Ali Mahaman Lamine Zeine, pada Minggu (12/5/2024), mengecam Benin yang memblokir akses ekspor migas melalui negaranya secara sepihak. Ia menyebut bahwa tindakan itu digunakan untuk merusak stabilitas dan mencekik Niger.
Hubungan bilateral Niger-Benin terus memanas terutama setelah kudeta militer untuk menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum pada Juli 2023. Sebelum itu, kedua negara sempat bersitegang terkait sengketa pulau di sepanjang Sungai Niger.
Mahaman Lamine Zeine mengungkapkan, Benin telah melanggar perjanjian perdagangan antara kedua negara. Ia juga menuding Benin sengaja memblokir pengiriman minyak mentah dari Niger ke China.
"Pekan lalu, Benin sudah memblokir ekspor minyak mentah untuk masuk ke pasar internasional. Ini adalah sebuah pelanggaran komitmen kerja sama kedua negara yang sangat serius," terangnya.
Dilaporkan RFI, Mahaman Lamine Zeine juga mengklaim memiliki bukti adanya lima pangkalan militer Prancis di Benin. Ia menyebut pangkalan tersebut menjadi rumah teroris untuk merusak stabilitas negaranya.
Menanggapi masalah ini, ia mengharapkan solusi konkret untuk menyelesaikan permasalahan kedua negara. Niamey pun meminta kepada China untuk bersedia menjadi mediator.
Pekan lalu, Presiden Benin Patrice Talon sudah mengumumkan pemblokiran minyak mentah asal Niger untuk menggunakan pelabuhan di Porto-Novo. Tindakan ini sebagai balasan atas penutupan perbatasan dari sisi Niger.
"Jika Anda ingin minyak mentah Anda dikirimkan melalui perairan kami, Anda tidak boleh melihat Benin sebagai musuh dan pada saat yang sama berharap bahwa minyak Anda dapat melintas di teritori kami," tegasnya, dikutip Bloomberg.
"Kami bersedia membuka kerja sama baik dengan Niger. Namun, Niger sendiri yang sudah menolaknya dan malah melarang masuknya truk-truk kami ke negaranya," tambahnya.
Talon menambahkan bahwa kapal barang China tidak boleh berada di perairan kami untuk mengangkut produk-produk Niger.
Langkah Benin ini mengakibatkan tersendatnya pengiriman minyak mentah dari kilang minyak Agadem di Niger menuju ke pelabuhan Seme Kpodji di Porto-Novo, yang kemudian dikirimkan melalui laut ke China.
Sebelumnya, China-Niger sudah mengadakan perjanjian ekspor minyak mentah dengan nilai mencapai 4,6 miliar dolar AS (Rp73,9 triliun). China juga bersedia membangun pipa gas 2 ribu km dari Niger ke ibu kota Benin, Porto-Novo.
Pemasukan dari ekspor energi ini berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Niger pada tahun ini yang mencapai 11 persen. Bahkan, pertumbuhan itu menjadi yang tertinggi dibanding negara-negara di Afrika Barat lainnya.
Ekspor ini diklaim membantu junta militer Niger untuk memperoleh pendanaan dalam menjalankan aksinya. Terlebih di tengah kondisi negaranya yang gagal bayar utang sebesar 600 juta dolar AS (Rp9,6 triliun) karena tidak memiliki akses pasar saham regional.