Data Sensitif Diakses, Bank Sentral Selandia Baru Kena Serangan Siber

Pernah terjadi serangan siber pada bursa saham Selandia Baru

Wellington, IDN Times — Bank Sentral Selandia Baru, Reserve Bank of New Zealand, pada Minggu (10/1/2021) waktu setempat, dalam rilis resminya mengatakan telah terjadi pembobolan terhadap salah satu sistem datanya, sebuah layanan berbagi pihak ketiga yang menyimpan informasi sensitif. 

Meski fungsi inti Bank Sentral tetap berjalan semestinya, belum diketahui kapan pastinya terjadi pembobolan atau indikasi siapa yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut, dilansir dari laman Asociated Press. Bank Sentral menangani masalah ini sebagai hal "prioritas dan penting."

1. Pembobolan telah diatasi namun investigasi masih terus dilakukan 

Saat ini, kegiatan penyelidikan masih terus dilakukan. Gubernur Bank Sentral Selandia Baru, Adrian Orr, mengatakan bahwa pembobolan telah berhasil ditangani dan sistem saat ini berjalan offline sampai penyelidikan awal selesai.

"Kami bekerja erat dengan pakar keamanan siber domestik dan internasional serta otoritas terkait dalam investigasi serangan ini," ungkap Adrian Orr. Ia mengatakan sifat dan luasan informasi yang diakses masih ditentukan, namun informasi pribadi maupun komersial yang sensitif kemungkinan diakses oleh peretas.

Bank Sentral memperkirakan kerugian akibat serangan siber untuk industri bank dan asuransi di Selandia Baru sekitar 80-140 juta dolar selandia baru tiap tahunnya atau sekitar Rp800 miliar hingga Rp1,4 triliun.

2. Serangan siber meningkat 33 persen selama setahun terakhir

Data Sensitif Diakses, Bank Sentral Selandia Baru Kena Serangan SiberIlustrasi Cybercrime (unsplash.com/@mbaumi)

Melansir dari Tim Tanggap Darurat Komputer Selandia Baru, di tahun 2020 serangan siber meningkat 33 persen year-on-year. Beberapa organisasi besar Selandia Baru turut menjadi korban pada tahun lalu, termasuk kejahatan siber DDoS pada bursa saham negara tersebut di bulan Agustus lalu yang membuat khawatir banyak pihak. Serangan malware tersebut mengganggu server bursa saham serta situs web mereka, dan memaksa kegiatan perdagangan dihentikan selama beberapa hari. Melansir dari kantor berita Reuters, sebuah firma keamanan siber independen yang ditugaskan untuk meninjau serangan tersebut, mengatakan bahwa kecanggihan, persistensi, dan banyaknya serangan merupakan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Selain itu, korporasi lebih sering menjadi target empuk karena dianggap lebih menguntungkan bagi peretas. Pada awal tahun 2020 terjadi serangan siber pada beberapa perusahaan seperti Fisher & Paykel Appliances, Toll Group, dan Lion. F&P Appliances mengalami ransomware. Peretas membeberkan sejumlah spreadsheet dan file perencanaan perusahaan ke internet, dengan upaya agar perusahaan mau membayar sejumlah uang untuk menebus data tersebut.

Baca Juga: Diserang Hiu, Perempuan di Selandia Baru Meninggal

3. COVID-19 membuat serangan siber meningkat secara dramatis

Data Sensitif Diakses, Bank Sentral Selandia Baru Kena Serangan SiberIlustrasi Cybercrime (unsplash.com/@cbpsc1)

Profesor dalam bidang Ilmu Komputer Universitas Teknologi Auckland, Dave Perry mengatakan pada The Herald bahwa COVID-19 telah berkontribusi dalam peningkatan serangan siber dimana banyak orang bekerja dari rumah. Peretas memanfaatkan celah karena keamanan data dalam skema kerja jarak jauh menjadi jauh lebih rendah.

Dalam laporan tahunan Interpol, di bulan Agustus 2020, WFH memang berkontribusi dalam meningkatnya kejahatan dunia maya, bersama dengan phising dan online scam bertemakan COVID-19. Intitusi kesehatan pun tak lepas menjadi sasaran kejahatan seperti ransomware dan DDoS yang mendisrupsi sistem mereka karena potensi dampak dan keuntungan finansial yang besar bagi peretas.

Baca Juga: Diserang Hiu, Perempuan di Selandia Baru Meninggal

Nissa Abdillah Photo Writer Nissa Abdillah

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya