Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times – Varian Omicron menyebabkan berbagai negara mengalami lonjakan kasus COVID-19. Lonjakan infeksi yang mencapai angka puluhan ribu sempat dirasakan Indonesia pada pertengahan 2021, dan kini Indonesia harus berjibaku dengan gelombang baru pandemik.

Varian Omicron menunjukkan bahwa virus corona terus bermutasi, meski vaksinasi COVID-19 telah digalakkan di seluruh dunia. Kendati varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan ini tidak memberikan gejala berat, tapi varian ini tidak boleh dianggap remeh.

“Meskipun gejalanya lebih ringan dari mutasi sebelumnya, yaitu Delta, namun penyebarannya sangat cepat. Kita tentu harus menekan penyebarannya agar tidak terjadi lonjakan pasien di rumah sakit,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Tjandra Yoga Aditama, melalui keterangan tertulis yang diterima IDN Times.

1. WHO ingatkan agar Omicron tidak dianggap sepele

Bendera berkibar di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss (who.int)

Penasihat senior World Health Organization (WHO), Bruce Aylward, mewanti-wanti ancaman sesungguhnya di balik varian Omicron. Menurut dia, penularan yang masif akan memberikan kesempatan besar bagi virus untuk bereplikasi dan bermutasi. Praktis infeksi dan angka kematian akan lebih tinggi juga.

Dalam beberapa pekan terakhir, WHO mencatat kasus infeksi meningkat hampir 20 persen. WHO memperingatkan, segala proteksi dan usaha preventif untuk menjaga kesehatan harus ditingkatkan, karena pandemik COVID-19 belum akan berakhir dalam waktu dekat.

Secara umum, dilansir dari Worldometer, virus corona telah menginfeksi lebih dari 414 juta orang di seluruh dunia, dan 5,8 juta di antaranya meninggal dunia.

2. Nitric Oxida terbukti ampuh bunuh berbagai varian COVID-19

ilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Peneliti asal Kanada, Gilly Regev dan Chris Miller, berhasil membuat satu terobosan apik, yaitu mengetahui bahwa Nitric Oxida efektif untuk membunuh COVID-19 varian Omicron. Tingkat keampuhannya bahkan mencapai 95 persen.

Dua peneliti itu, yang merupakan Co-Founder Sanotize, juga membuktikan bahwa Nitric Oxida efektif membunuh varian Alpha, Beta, Gamma, Delta, dan Epsilon.

Adapun Nitric Oxida umumnya digunakan sebagai terapi luka dan dinilai ampuh membunuh virus maupun bakteri dalam waktu singkat. 

“Nitric Oxida awalnya didesain dan diteliti sebagai pencegahan terhadap flu saja. Kami sudah memiliki penelitian untuk virus-virus flu yang ditaklukkan oleh sanotize antara lain virus H1N1, HRV, RSV,” kata Miller.

3. Nitric Oxida diharapkan mampu memutus mutasi virus corona

Ilustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Cara kerja gas Nitric Oxida adalah melebarkan pembuluh darah di dalam paru-paru, sehingga membuat aliran udara menuju paru-paru lebih lancar.

Peneliti European Hospital Development, Ali Alkatiri, mengatakan bahwa Nitric Oxida mampu mempercepat penyembuhan COVID-19, tidak hanya dari penyembuhan virusnya, tapi juga penyembuhan klinisnya.

Hal ini terbukti ketika melakukan uji klinis pada pasien yang menggunakan terapi standar COVID-19 ditambah dengan Nitric Oxida melalui nose sanitizer. Ternyata, pasien yang disemprotkan Nitric Oxida lebih cepat sembuh dari pasien dengan terapi standar.

Teknologi ini, kata Ali, diharapkan dapat menjadi langkah preventif untuk menekan penyebaran dan mutasi COVID-19.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team