Pakar Sebut Pangkalan Militer AS di Indo Pasifik Mudah Dilumpuhkan

Intinya sih...
- Rudal China dapat mengganggu operasi tempur AS di Indo Pasifik dengan melumpuhkan pangkalan militer AS.
- AS disarankan untuk meningkatkan investasi dalam pengembangan drone militer, peperangan elektronik, dan pesawat dengan landasan pacu pendek.
- Hubungan erat dengan negara sahabat juga diperlukan agar negara-negara tersebut bersedia membuka lapangan udara untuk digunakan oleh AS.
Jakarta, IDN Times – Pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di kawasan Indo Pasifik bakal lebih mudah ditaklukkan oleh China jika sewaktu-waktu terjadi konflik. Hal itu tergambar jelas dalam sebuah laporan yang dirilis pada Kamis (12/12/2024) oleh lembaga pemikir Stimson Center.
“Dalam praktiknya, China dapat mengganggu operasi tempur AS lebih lama dengan melarang mereka menggunakan landasan pacu untuk melakukan operasi pengisian bahan bakar udara," kata laporan itu, dilansir Reuters.
Laporan bertajuk “Cratering Effects: Chinese Missile Threats to US Air Bases in the Indo-Pacific" itu mengungkap bahwa pangkalan-pangkalan AS berada di dalam jangkauan ribuan rudal China. Senjata ini berisiko digunakan untuk melumpuhkan pangkalan di Jepang, Guam, dan Kepulauan Pasifik lainnya dengan lebih lama.
1. Pengembangan drone militer sangat disarankan
Lembaga pemikir itu merekomendasikan AS untuk meningkatkan investasi untuk pengembangan drone militer, peperangan elektronik, dan pesawat dengan landasan pacu pendek. Hal ini dimaksudkan agar AS bisa dengan mudah mempersulit perencanaan serangan China.
Selain itu, mengembangkan landasan pacu yang mudah diperbaiki dan ketahanan pangkalan juga sangat disarankan.
Namun, poin yang paling penting adalah Washington harus menjalin hubungan yang lebih erat dengan negara sahabat. Agar kelak, negara sahabat lebih bersedia membuka lapangan udara untuk digunakan AS.
2. AS telah bangun sistem untuk cegah serangan China
Dilansir Free Malaysia Today, dalam beberapa tahun terakhir, AS telah menyebar pasukan ke berbagai wilayah di Pasifik. Sebagai bagian dari Prakarsa Pencegahan Pasifik, ratusan juta dolar telah dihabiskan untuk meningkatkan lapangan udara di tempat-tempat seperti Australia dan Pulau Tinian.
Dalam beberapa tahun terakhir, Angkatan Udara juga mengembangkan program yang disebut Pemulihan Kerusakan Lapangan Udara Cepat (RADR). Hal ini dimaksudkan untuk membuka kembali landasan pacu dengan cepat setelah serangan dan menjaganya tetap aktif selama ribuan serangan mendadak.
AS juga mengandalkan pertahanan rudal pencegat berlapis di Guam agar lapangan udara dan pangkalan lainnya tetap beroperasi.
Seorang mantan perwira logistik Angkatan Udara AS secara anonim mengatakan bahwa sistem pertahanan ini cukup baik. Ia yakin bahwa sistem pertahanan yang telah dikembangkan oleh AS akan efektif menangkal serangan China, tak seperti yang diungkap laporan itu.
3. Indo Pasifik bakal jadi palagan tempur untuk negara besar
Tak bisa dimungkiri bahwa Indo Pasifik kini dalam situasi yang semakin tereskalasi. Hubungan yang rumit antara China dan AS memperkeruh situasi di kawasan tersebut.
Seorang analis militer, Marc Saxer, dalam opininya mengungkapkan bahwa Indo Pasifik telah menjadi magnet bagi kekuatan besar, terutama negara-negara Barat. Bahkan saking pentingnya, beberapa negara telah mencoba strategi untuk menjaga hegemoni di wilayah ini.
“Semua strategi ini memiliki satu kesamaan. Strategi-strategi tersebut disusun sebelum perang di Ukraina dimulai,” katanya, dilansir dari laman Internationale Politik Quarterly.
Situasi semakin memburuk mana kala isu Taiwan menjadi pemantik. China menganggap bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayahnya. Adapun AS tetap menjaga hubungan dekat dengan negara itu.
Dalam beberapa tahun belakangan, kedua pihak sesekali saling memberikan retorika yang bermuara pada konflik terbuka. Beberapa laporan bahkan menunjukkan bahwa China siap menginvasi Taiwan pada 2027 mendatang.