Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
gambar peta Sudan (unsplash.com/Lara Jameson)
gambar peta Sudan (unsplash.com/Lara Jameson)

Intinya sih...

  • Mantan anggota parlemen Siham Hassan dieksekusi pada Minggu malam

  • Lebih dari 1.000 warga sipil juga ditahan oleh RSF

  • PBB serukan akses kemanusiaan segera ke Sudan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dilaporkan telah melakukan puluhan eksekusi lapangan di kota el-Fasher, Sudan, dalam beberapa hari terakhir. Salah satu korbannya adalah mantan anggota parlemen dan aktivis hak asasi manusia, Siham Hassan.

Pada Minggu (26/10/2025), RSF mengumumkan berhasil menguasai el-Fasher, benteng terakhir militer Sudan di wilayah Darfur, setelah lebih dari setahun pengepungan. Keesokan harinya, panglima militer Sudan, Abdel Fattah al-Burhan, mengumumkan penarikan tentaranya dari kota tersebut, meninggalkan 260 ribu warga di bawah kendali RSF.

Dalam pernyataannya, al-Burhan mengatakan bahwa perwira militer memutuskan untuk menarik seluruh pasukan dari el-Fasher dengan harapan dapat menyelamatkan warga sipil dari kekerasan lebih lanjut.

"Tentara mundur karena pemusnahan dan pembunuhan sistemik terhadap warga sipil” ujarnya, seraya berjanji untuk membalas kejahatan yang dilakukan RSF terhadap rakyat Sudan.

1. Mantan anggota parlemen Siham Hassan dieksekusi pada Minggu malam

Dilansir dari The New Arab, Hassan dieksekusi oleh milisi RSF pada Minggu malam. Mantan anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembebasan itu dikenal luas karena mengelola dapur komunitas bagi warga yang kelaparan di el-Fasher serta vokal dalam memperjuangkan isu-isu perempuan.

Ucapan belasungkawa pun atas kematiannya mengalir deras di media sosial. Para aktivis dan warganet memuji keberanian Hassan, yang memilih tetap bertahan di el-Fasher demi membantu masyarakatnya di tengah ancaman serangan RSF.

“Gugurnya Siham Hassan yang tercinta bagi rakyatnya lebih berat daripada Gunung Kilimanjaro. Ia bagian dari utusan mulia para syahid, penempaan perempuan — para ibu, putri, dan saudari yang berani menentang dan melawan. Dari darahnya, rakyatnya akan dibebaskan,” tulis salah satu pengguna X.

2. Lebih dari 1.000 warga sipil juga ditahan oleh RSF

Dilansir dari Al Jazeera, Jaringan Dokter Sudan melaporkan bahwa pasukan RSF juga menyerbu sejumlah wilayah el-Fasher, menjarah rumah sakit dan fasilitas medis lainnya, serta menghancurkan sisa-sisa infrastruktur penting yang menopang kehidupan dan layanan kesehatan.

Jaringan Hak Asasi Manusia Darfur juga mengatakan bahwa lebih dari 1.000 warga sipil telah ditahan oleh RSF. Mereka menyebut tindakan itu sebagai serangan sistematis terhadap warga sipil, penahanan sewenang-wenang, dan kemungkinan tergolong ke dalam kejahatan perang.

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan bahwa hingga Senin (27/10/2025), lebih dari 26 ribu orang telah mengungsi dari rumah mereka menuju daerah pedesaan dan kota terdekat, Tawila, yang kini kewalahan menampung para pengungsi.

3. PBB serukan akses kemanusiaan segera ke Sudan

Kepala urusan kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, menyampaikan keprihatinan mendalam atas jatuhnya korban sipil dan pengungsian paksa di el-Fasher.

“Ratusan ribu warga sipil terjebak dan ketakutan – tertembak, kelaparan dan tanpa akses terhadap makanan, layanan kesehatan atau keselamatan,” kata Fletcher, seraya menyerukan akses kemanusiaan yang aman, cepat dan tanpa hambatan bagi penduduk yang tersisa.

Sejak meletus pada April 2023, perang antara militer Sudan dan RSF telah menewaskan lebih dari 40 ribu orang dan memicu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan sebagian wilayah negara itu, termasuk el-Fasher, dilanda kelaparan. PBB dan kelompok hak asasi manusia menyebut konflik ini juga diwarnai oleh kekejaman luar biasa, termasuk pembunuhan dan pemerkosaan yang bermotif etnis.

Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menyatakan tengah menyelidiki dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi di Sudan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team