PBB Mulai Pulangkan Ribuan Pengungsi Suriah dari Lebanon

- PBB memberikan insentif bagi pengungsi Suriah yang pulang.
- PBB menilai kondisi Suriah sudah lebih aman setelah pergantian rezim.
- Sebagian pengungsi masih ragu pulang karena kondisi Suriah yang masih porak-poranda.
Jakarta, IDN Times - Ribuan pengungsi Suriah di Lebanon mulai kembali ke tanah air mereka pekan ini dalam sebuah program pemulangan pertama yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebelumnya, pemerintah baru Suriah telah mengundang warganya untuk pulang setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada Desember lalu.
Sekitar 11 ribu orang dilaporkan telah mendaftar untuk kembali pada pekan pertama pelaksanaannya. Pemerintah Lebanon sendiri menargetkan dapat memulangkan antara 200 ribu hingga 400 ribu pengungsi hingga akhir tahun 2025, dilansir New Arab pada Kamis (10/7/2025).
1. PBB berikan insentif bagi pengungsi Suriah yang pulang
Di bawah skema ini, setiap keluarga pengungsi yang kembali akan menerima insentif finansial sebesar 500 dolar AS (sekitar Rp8 juta). Bantuan tersebut diberikan secara bertahap, yaitu 100 dolar AS (sekitar Rp1,6 juta) saat meninggalkan Lebanon dan 400 dolar AS (sekitar Rp6,4 juta) tambahan setelah tiba di Suriah.
Selain bantuan tunai, biaya transportasi para pengungsi juga ditanggung sepenuhnya oleh program ini. Otoritas Lebanon juga telah menghapuskan denda terkait izin tinggal dan biaya perlintasan perbatasan untuk mendorong kelancaran proses kepulangan para pengungsi, dilansir The National.
Prioritas utama dalam program ini adalah para pengungsi yang tinggal di pemukiman tenda informal, yang dihuni oleh sekitar 200 ribu orang. Pemerintah Lebanon juga mempertimbangkan pemberian izin kerja di sektor pertanian dan konstruksi bagi kepala keluarga yang tetap tinggal jika anggota keluarganya yang lain kembali ke Suriah.
"Saya pikir ini adalah awal yang baik dan penting. Kami telah membahas dan mengoordinasikan ini dengan rekan-rekan kami di Suriah, dan saya yakin jumlahnya akan meningkat dalam beberapa minggu mendatang," tutur Menteri Urusan Sosial Lebanon, Haneen Sayed.
2. PBB menilai kondisi Suriah sudah lebih aman
PBB kini menilai situasi di Suriah sudah lebih aman setelah pergantian rezim. Sebelumnya, PBB tidak menyarankan pengungsi Suriah untuk pulang karena risiko persekusi.
Minat pulang para pengungsi juga meningkat, yang menurut survei PBB naik dari dua persen menjadi hampir 30 persen setelah jatuhnya rezim Assad. Sejak konflik meletus pada 2011, Lebanon menjadi negara dengan konsentrasi pengungsi per kapita tertinggi di dunia, menampung hingga 1,5 juta pengungsi Suriah.
Tekanan ekonomi dan meningkatnya sentimen anti-pengungsi di Lebanon menjadi faktor pendorong tambahan bagi kepulangan pengungsi. Badan PBB untuk Pengungsi, UNHCR, mencatat sekitar 191 ribu pengungsi Suriah telah meninggalkan Lebanon secara mandiri sejak Desember 2024.
"Meskipun situasi di Suriah terus berkembang pesat, UNHCR melihat kondisi saat ini sebagai peluang positif bagi lebih banyak pengungsi Suriah untuk pulang, atau setidaknya mulai mempertimbangkan kepulangan," ujar Perwakilan UNHCR di Lebanon, Ivo Freijsen, dilansir dari L’Orient Today.
3. Sebagian pengungsi masih ragu pulang
Di tengah optimisme ini, para pengungsi harus menghadapi kondisi Suriah yang masih porak-poranda. Infrastruktur dasar seperti pembangkit listrik, sekolah, dan layanan air di banyak wilayah masih hancur, sementara PBB mencatat lebih dari tujuh juta orang masih berstatus pengungsi internal.
Arus pengungsi juga berjalan dua arah. Di saat program pemulangan dimulai, lebih dari 106 ribu warga Suriah, mayoritas dari minoritas Alawi, justru baru melarikan diri ke Lebanon tahun ini untuk menghindari kekerasan di wilayah pesisir Suriah.
UNHCR mengungkap, sebagian pengungsi masih ragu untuk pulang.
"Banyak pengungsi telah menyatakan keinginan untuk kembali ke negara mereka tetapi juga tetap ragu-ragu karena ketidakpastian jangka pendek dan panjang di Suriah," ujar Freijsen.