Pelajaran Mengasuh Anak dari Denmark, Negara Terbahagia di Dunia

Orang Denmark mengikuti filosofi "Perkembangan Proksimal" dalam mengasuh anaknya. Inti dari filosofi tersebut adalah anak-anak membutuhkan ruang untuk belajar dan tumbuh.

Anak-anak dibiarkan mengejar kesenangan mereka sendiri, memungkinkan mereka untuk mencoba hal-hal baru, dan membangun kepercayaan mereka pada diri sendiri. Orang tua hadir dan ada. Mereka hanya mengawasi. Mereka tidak memegang kendali atau berada di tengah aktivitas anak-anak. 

Adakah yang tahu cerita The Little Mermaid dalam film Disney? Kisah itu menceritakan tentang seekor putri duyung yang menikah dengan Pangeran Erik dan menjadi manusia selamanya. Kisah ini sebenarnya ditulis oleh orang Denmark bernama Hans Christian Andersen. Kisah aslinya, putri duyung tidak bisa menikah dengan sang pangeran.

Orang Denmark memiliki pandangan hidup yang realistis dan itu dibagi pada anak-anaknya. Mereka memuji anak-anaknya untuk alasan dan dengan cara yang tepat. Orang Denmark akan memuji anaknya bila anaknya melakukan sebuah kerja keras dalam belajar. Hal ini mengajarkan anak-anak bahwa mereka bisa belajar untuk melakukan sesuatu.

Reframing adalah adalah memandang sesuatu dengan cara atau sudut pandang yang berbeda. Misalnya saja saat cuaca dingin dan hujan badai. Orang Denmark tidak akan mengeluhkan cuaca buruk itu. Mereka akan bersyukur sebab situasi tidak terlalu buruk, misalnya, untung tidak sedang piknik. 

Orang Denmark percaya, segala sesuatu terjadi seperti itu. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Orang Denmark mengajari anak-anaknya untuk melihat sisi terang dari segala hal dan tidak memberi batasan pada mereka.

Orang-orang yang berempati membuat dunia menjadi lebih baik. Sekolah di Denmark memiliki program wajib bernama Step by Step yang mengajarkan anak-anak untuk berempati. Orang tua, mengajarkan anak-anaknya untuk menempatkan diri mereka di posisi orang lain sehingga dapat lebih memahami hubungan mereka dengan teman atau orang tua.

Orang tua di Denmark bersikap tegas pada anak-anaknya tapi responsif. Mereka menetapkan standard tinggi pada anak-anaknya tapi memberi dukungan. Mereka tidak ingin anaknya terlalu patuh pada mereka tapi ingin anaknya bisa selalu bersikap dewasa. Yang pasti, mereka selalu ingat untuk bersikap baik dan sabar ketika anak-anaknya bertingkah keras kepala. Tidak mengancam apapun supaya anak-anak mengerti.

Di Denmark, keluarga memiliki waktu bersama. Bermain bersama, minum teh, menikmati camilan, dan seringkali orang tua membawa anak-anaknya saat bersenang-senang dengan teman-temannya. Semakin banyak teman yang dimiliki, semakin mereka menikmati waktu bersama, dan semakin berbahagia rasanya.