Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pemandangan Kota Yerusalem. (unsplash.com/Raimond Klavins)
Pemandangan Kota Yerusalem. (unsplash.com/Raimond Klavins)

Jakarta, IDN Times - Dua pemimpin gereja di Yerusalem, Patriark Ortodoks Yunani Theophilos III dan Patriark Latin Pierbattista Pizzaballa, mengunjungi kota Kristen Taybeh di Tepi Barat pada Senin (14/7/2025). Kunjungan ini dilakukan bersama delegasi diplomat dari lebih 20 negara untuk mengecam serangan pemukim Israel terhadap komunitas lokal.

Dalam pernyataan bersama, mereka menuduh Israel telah memfasilitasi kekerasan tersebut. Mereka juga menuntut investigasi segera atas kegagalan aparat keamanan dalam merespons panggilan darurat dari warga setempat, dilansir Al Jazeera.

1. Israel dituduh mendukung serangan pemukim

Warga setempat melaporkan telah menelepon polisi dua kali saat serangan pembakaran terjadi di dekat Gereja St. George. Namun, tidak ada petugas yang datang ke lokasi. Patriark Pizzaballa mengaku telah menyampaikan masalah ini langsung kepada otoritas Israel. Namun, ia ragu pihak Israel akan menangani masalah tersebut dengan serius.

"Dewan Patriark dan Kepala Gereja menyerukan agar kaum radikal ini dimintai pertanggungjawaban oleh otoritas Israel, yang memfasilitasi dan memungkinkan kehadiran mereka di sekitar Taybeh," bunyi pernyataan bersama tersebut, dilansir Times of Israel.

Menurut sejumlah kelompok hak asasi, para pemukim yang melakukan serangan kerap bersenjata dan mendapat dukungan dari tentara Israel. Situasi ini membuat Patriark Pizzaballa menggambarkan Tepi Barat sebagai wilayah tanpa hukum.

2. Gelombang serangan pemukim mengganggu kehidupan warga Palestina

Serangan yang terus berlanjut telah berdampak langsung pada kehidupan dan mata pencaharian warga. Para pemukim dituduh sengaja merusak lahan pertanian dan mencabut ribuan pohon zaitun muda.

Seorang peternak ayam lokal juga mengeluhkan usahanya sangat terganggu karena akses jalan sering diblokir oleh pemukim bersenjata. Petani lain mengaku tidak lagi bisa mengakses kebun zaitun miliknya akibat ancaman kekerasan.

Menurut Patriark Pizzaballa, situasi ini telah menimbulkan ketakutan pada umat Kristen setempat.

"Sayangnya, godaan untuk pindah itu ada karena situasi ini. Kali ini sangat sulit untuk melihat bagaimana dan kapan ini akan berakhir, dan terutama bagi kaum muda untuk berbicara tentang harapan dan kepercayaan untuk masa depan," ujar Pizzaballa.

Saat ini, diperkirakan hanya tersisa sekitar 50 ribu warga Kristen Palestina di Yerusalem dan Tepi Barat. Warga lokal mengungkap, pendudukan Israel telah menargetkan seluruh warga Palestina, baik Kristen maupun Muslim.

3. Raja Yordania juga kecam serangan pemukim Israel

Insiden di Taybeh merupakan bagian dari tren kekerasan pemukim yang meningkat di Tepi Barat sejak Oktober 2023. Bulan lalu, serangan serupa di desa Kafr Malik menewaskan tiga warga Palestina.

Secara terpisah, Raja Abdullah II dari Yordania juga merilis pernyataan yang mengutuk serangan tersebut.

"Baginda menegaskan bahwa tingkat keparahan serangan pemukim, teror harian mereka terhadap warga Palestina, dan agresi sistematis mereka menuntut respons internasional yang tegas dan segera untuk menghentikan serangan-serangan ini," bunyi pernyataan dari pihak kerajaan.

Raja Abdullah II juga mengaitkan teror pemukim dengan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Menurut data Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 998 warga Palestina telah tewas di Tepi Barat sejak perang dimulai, dilansir Anadolu Agency.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama