Israel Bombardir Pasukan Suriah Tambah Ketegangan di Suweida

- Pertempuran di Suweida Tewaskan 100 Orang
- Israel Serang Pasukan Suriah Bela Komunitas Druze
- Gencatan Senjata Gagal, Tokoh Druze Serukan Perlawanan
Jakarta, IDN Times – Militer Israel menyerang pasukan pemerintah Suriah di sekitar kota Suweida, wilayah selatan Suriah yang mayoritas penduduknya berasal dari komunitas Druze. Serangan ini dilakukan setelah dua hari bentrokan sektarian mematikan antara milisi Druze dan suku Bedouin yang telah menewaskan hampir 100 orang.
Pemerintah Suriah sebelumnya mengumumkan gencatan senjata pada Selasa (15/7/2025) pagi, setelah kesepakatan dengan para tokoh lokal untuk mengizinkan pasukan keamanan masuk ke wilayah Suweida. Namun, ketegangan terus berlanjut karena seruan perlawanan datang dari tokoh spiritual Druze sendiri.
1. Konflik meletus karena penculikan, 100 orang tewas
Pertempuran dipicu oleh perampokan dan penculikan seorang pedagang Druze di jalan raya menuju Damaskus pada Jumat lalu. Pada Minggu, milisi Druze dilaporkan mengepung dan merebut permukiman al-Maqwas yang dihuni oleh suku Bedouin.
Bentrokan lalu menyebar ke berbagai wilayah di Provinsi Suweida. Suku Bedouin membalas dengan menyerang kota-kota dan desa-desa Druze.
Ketika korban tewas mencapai 30 orang, Kementerian Dalam Negeri Suriah menyatakan akan mengerahkan pasukan untuk menegakkan ketertiban. Namun, setelah sempat terjadi jeda tembak-menembak akibat mediasi, pertempuran kembali pecah pada Senin. Serangan drone dan mortir dilaporkan terjadi di pedesaan barat Suweida, sementara pasukan pemerintah dikerahkan dari Provinsi Deraa.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebanyak 99 orang tewas sejauh ini. Di antara korban, terdapat 60 warga Druze (termasuk 4 warga sipil), 18 pejuang Bedouin, dan 14 personel pasukan keamanan Suriah.
Kementerian Pertahanan Suriah juga mengonfirmasi 18 anggotanya tewas akibat serangan terhadap pos militer yang dilakukan oleh ‘kelompok terlarang’.
2. Israel serang pasukan Suriah, bela komunitas Druze

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan telah memerintahkan militer untuk menyerang pasukan dan persenjataan Suriah yang dikerahkan di Suweida karena dinilai akan digunakan melawan komunitas Druze.
“Israel berkomitmen untuk mencegah terjadinya kerugian terhadap Druze di Suriah karena ikatan darah yang dalam dengan komunitas Druze di Israel dan Dataran Tinggi Golan,” ujar Netanyahu, dikutip dari BBC. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyebut serangan itu sebagai peringatan jelas bagi rezim Suriah.
Militer Israel juga menyatakan telah menghantam beberapa tank Suriah untuk menghentikan pergerakan mereka ke kota Suweida. Observatorium Suriah mengunggah video yang diduga menunjukkan anggota pasukan keamanan Suriah tewas dalam serangan Israel terhadap konvoi militer.
3. Gencatan senjata gagal, tokoh Druze serukan perlawanan

Meski gencatan senjata diumumkan oleh Menteri Pertahanan Suriah, Mayor Jenderal Murhaf Abu Qasra, dan pasukan pemerintah mulai masuk ke Suweida, ketegangan belum mereda.
Tokoh spiritual Druze paling berpengaruh, Sheikh Hikmat al-Hajri, justru merilis video yang menyerukan para pejuang lokal untuk ‘melawan’ kampanye brutal ini dengan segala cara yang tersedia. Ia menuduh pemerintah melanggar perjanjian gencatan senjata dengan membombardir kota Suweida.
Pemerintah menyatakan bahwa wilayah Suweida akan berada di bawah kendali Pasukan Keamanan Dalam Negeri setelah operasi penyisiran selesai.
Ini adalah pertama kalinya pasukan pemerintah Suriah masuk ke Suweida sejak Presiden Bashar al-Assad digulingkan oleh pemberontak pada Desember lalu. Provinsi ini selama ini dikendalikan oleh milisi Druze yang menolak bergabung dengan pasukan keamanan pemerintah sementara di bawah Presiden Ahmed al-Sharaa.
Israel juga menyatakan kekhawatiran terhadap kehadiran kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), mantan afiliasi al-Qaeda yang dianggap sebagai ancaman oleh Netanyahu. Meski tak lagi masuk daftar teroris oleh AS, HTS masih dikategorikan sebagai kelompok terlarang oleh PBB dan Inggris.
Militer Israel sendiri telah melakukan ratusan serangan terhadap aset militer Suriah sejak jatuhnya rezim Assad, dan kini juga mengirim pasukan ke zona penyangga yang diawasi PBB di antara wilayah Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.