Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penyakit Meningtis Menyebar di Kalangan Anak-anak di Gaza

ilustrasi anak Palestina di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)
ilustrasi anak Palestina di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)

Jakarta, IDN Times - Hamas, pada Selasa (1/7/2025), memperingatkan bahwa penyakit meningitis semakin menyebar di Jalur Gaza. Wabah ini terjadi di tengah runtuhnya sistem kesehatan, kelaparan dan malnutrisi yang meluas, serta krisis susu formula bayi yang disebabkan oleh blokade dan serangan Israel.

"Semakin meluasnya penyebaran meningitis di kalangan anak-anak menandakan bencana yang mengintai dan bahaya baru yang mengancam anak-anak Gaza," kata Hamas dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Anadolu.

Kelompok tersebut menyebutkan bahwa ratusan kasus meningitis telah tercatat di Gaza dalam beberapa hari terakhir. Mereka juga menyerukan kepada komunitas internasional untuk segera mengambil tindakan guna menghentikan pengepungan Israel dan mengirimkan pasokan medis bagi warga Palestina di wilayah tersebut.

1. Penyakit meningtis perlu ditangani segera

Setelah menderita demam tinggi dan diare selama lima hari, Awnee al-Jorani, seorang bayi di Gaza, akhirnya dibawa ke Kompleks Medis Nasser di kota Khan Younis. Di sana, ia didiagnosis menderita meningtis. Neneknya mengatakan bahwa ibunya tidak dapat menyusui bayi tersebut akibat kekurangan nutrisi dan stres akibat pengeboman Israel.

“Seperti yang Anda lihat, anak itu lelah, lemah, dan kondisinya memprihatinkan. Dia hanya menangis sepanjang malam dan pada siang hari dia hanya menatap kehampaan, dia lemah," kata sang nenek kepada Middle East Eye.

Meningitis adalah peradangan pada jaringan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit lainnya.

“Meningitis adalah salah satu penyakit yang harus segera diobati, dan diidentifikasi sesegera mungkin,” kata Ahmed al-Farra, direktur pediatri dan persalinan di rumah sakit Nasser.

Jika tidak diobati, penyakit ini disebut dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi serius, termasuk kelumpuhan otak, kehilangan pendengaran atau penglihatan, dan dampak menyeluruh terhadap perkembangan anak.

“Sayangnya, semua kasus tersebut dirawat dalam kondisi yang sangat buruk dengan bangsal rumah sakit yang terlalu padat,” ujar dokter tersebut.

2. Rumah sakit kekurangan obat-obatan dan peralatan medis

Rumah sakit Nasser telah menerima sedikitnya 40 pasien di bangsal anak yang mengalami gejala meningtis. Fasilitas tersebut telah lama menghadapi krisis obat-obatan, pasokan penting, dan keterbatasan tempat tidur, sehingga tenaga medis terpaksa menempatkan beberapa anak yang sakit di lantai.

Al-Farra mengungkapkan bahwa situasi ini semakin diperparah oleh minimnya peralatan medis untuk mendiagnosis dan menangani pasien secara tepat, terutama dalam mengidentifikasi sumber meningitis. Akibatnya, tenaga medis terpaksa merawat pasien tanpa mengetahui penyebab pasti penyakit mereka, dan memberikan pengobatan untuk infeksi bakteri karena keterbatasan obat.

Demi menghentikan penyebaran wabah, al-Farra menyerukan penghentian perang di Gaza dan pembukaan koridor kemanusiaan demi memungkinkan masuknya bantuan makanan, medis dan pasokan penting lainnya. Ia menyatakan bahwa para pengungsi Palestina harus diizinkan kembali ke daerah asal mereka, karena penyakit seperti meningitis mudah menyebar di kamp-kamp pengungsian.

3. Kondisi sanitasi yang buruk berkontribusi pada penyebaran meningtis

Um Alaa Abu Jameh, yang kini mengungsi di al-Mawasi, Khan Younis, pertama kali membawa putrinya, Alaa, ke rumah sakit Kuwait ketika anaknya mengalami demam hingga 40 derajat Celsius. Ia dipastikan menderita meningitis setelah dokter mengambil sampel dari punggungnya.

Menurut ibu Alaa, penyakit tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri akibat kondisi kebersihan yang buruk.

“Kami menjalani kehidupan di kamp pengungsian, dan dia baru hidup selama sebulan,” kata sang ibu, seraya menambahkan bahwa putrinya menangis sepanjang dan juga menderita diare.

Perempuan tersebut juga mengaku kesulitan mempeoleh susu formula, popok, dan kebutuhan pokok lainnya akibat lonjakan harga dan kelangkaan barang yang dipicu oleh blokade Israel. Ia pun memohon kepada organisasi-organisasi bantuan untuk menyediakan kebutuhan bayi di tengah kenaikan harga pasar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us