Persahabatan Prabowo-Anwar Ibrahim, Hangat dan Saling Hormat

Kedekatan pertama yang terlihat adalah saat Presiden Prabowo menjemput langsung Anwar Ibrahim begitu pesawat perdana menteri mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Jarang sekali seorang presiden menjemput langsung tamu negara begitu pesawat mendarat.

Ini berarti keduanya sangat dekat, seperti tak sabar ingin bertemu dengan sahabat yang lama tidak jumpa. Begitu pula dengan pelukan hangat keduanya begitu Abwar Ibrahim turun dari pesawatnya dan Prabowo menunggunya di bawah tangga pesawat.

Momen itu terekam jelas lewat kamera media. Bahkan, usai bersalaman dengan para menteri dan duta besar, keduanya menaiki mobil yang sama. Tentunya, ada perbincangan empat mata yang dilakukan kedua pemimpin. Mungkin sekadar menanyakan kabar dan kesehatan masing-masing.

Ada yang berbeda saat keduanya berjabat tangan begitu tiba di Istana Merdeka, sebelum Anwar menandatangani buku tamu. Kedekatan itu dibarengi dengan rasa hormat terhadap satu sama lain.

Namun sebelum itu, Prabowo tampak kerap menunggu Anwar begitu melewati barisan penyambut di luar Istana Negara. Prabowo dengan sabar menunggu Anwar yang memberi hormat ke barisan Angkatan Bersenjata, juga saat mengelus kepala anak Sekolah Dasar yang menyambut dengan bendera Indonesia dan Malaysia di tangan.

Sekali lagi, momen tersebut terekam jelas di kamera. Begitu masuk ke dalam ruangan buku tamu, keduanya berjabat tangan erat, penuh rasa persahabatan dan saling hormat.

Kalau IDN Times hitung, ada sekitar dua kali Prabowo memegang tangan Anwar Ibrahim dengan dua tangan, dan satu kali dilakukan Anwar. Saling senyum keduanya pun bagai seorang sahabat yang saling menghormati satu sama lain.

Dikutip dari berbagai sumber, menjabat dengan dua tangan itu memiliki arti istimewa.

Menjabat dua tangan, atau sering disebut ‘double-hander’, umumnya menunjukkan rasa hormat, kehangatan, dan kejujuran, serta keinginan untuk membangun hubungan yang akrab dan saling mendukung. Ini bisa menjadi tanda ketulusan dan keterbukaan dalam berkomunikasi.

Sebenarnya tak ada arti khususnya, hanya saja keduanya terlihat kompak. Dengan berpeci, mereka kompak dan bangga menunjukkan budaya melayu, budaya dasar nenek moyang Indonesia dan Malaysia.

Menunjukkan bahwa keduanya menghargai budaya serumpun tersebut, dan memperlihatkan kepada masyarakat kedua negara bahwa kita bisa hidup berdampingan dan kompak dengan budaya yang mirip bahkan sama, tanpa permusuhan atau saling klaim. Kekompakan kedua pemimpin, diharapkan menular kepada rakyat kedua negara.