AS Jatuhi Sanksi Perusahaan China yang Dituduh Ekspor Fentanyl

China sebut AS mengkambinghitamkan negaranya

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap 25 entitas perusahaan dan individu di China terkait produksi bahan kimia untuk fentanyl pada Selasa (3/10/2023). 

Fentanyl adalah opioid yang digunakan untuk obat penghilang rasa sakit. Itu juga bisa digunakan sebagai obat penenang. Di AS, fentanyl memainkan peran utama dalam krisis narkoba.

China menentang keras sanksi yang dijatuhkan oleh AS. Kementerian Luar Negeri China mengatakan, Beijing telah menindak kejahatan narkoba dengan tegas.

Mereka juga mengklaim memiliki sistem pengendalian paling keras terhadap bahan kimia untuk diproses di industri farmasi dan lainnya.

1. Rantai pasokan bahan fentanyl dari China

AS Jatuhi Sanksi Perusahaan China yang Dituduh Ekspor FentanylIlustrasi narkoba. (Unsplash.com/Michael Longmire)

Kantor Kejaksaan AS di Florida dan Departemen Keuangan federal mengumumkan dakwaan dan sanksi terhadap delapan perusahaan serta eksekutif China. Mereka dituduh mengiklankan, memproduksi, dan mendistribusikan bahan kimia fentanyl.

"Kami menyampaikan pesan atas nama pemerintah AS. Kami tahu siapa yang bertanggung jawab meracuni rakyat Amerika dengan fentanyl," kata Jaksa Agung Merrick Garland, dikutip dari Al Jazeera.

“Kita tahu bahwa rantai pasokan fentanyl global, yang berakhir dengan kematian orang Amerika, sering kali dimulai dari perusahaan kimia di China," tambahnya.

Beberapa perusahan manufaktur bahan kimia China disebut menggunakan label palsu dan mekanisme lain saat mengirim bahan ilegal itu ke AS. Cara itu dibuat untuk menghindari deteksi. Cara kirim lain ditunjukkan untuk kartel narkoba Sinaloa di Meksiko.

Baca Juga: Presiden Filipina Dorong ASEAN Tanggapi China soal Laut China Selatan

2. China tolak sanksi AS

Juru bicara kedutaan besar China di Washington, Liu Pengyu, menuduh AS mengkambinghitamkan Beijing. AS dinilai merusak kerja sama anti-narkoba China-AS. Dia menegaskan, pemerintah China telah mengambil sikap tegas dalam memberantas narkotika.

Dilansir BBC, Kementerian Luar Negeri China menentang sanksi dan dakwaan AS. Beijing berdalih telah memerangi narkoba dan memiliki penerapan pengendalian paling keras terhadap bahan kimia fentanyl.

"Menerapkan tekanan dan sanksi tidak dapat menyelesaikan masalah AS sendiri. Hal ini hanya akan menciptakan hambatan dalam kerja sama China-AS dalam pengendalian narkoba," katanya.

3. Rincian perusahaan dan individu yang terkena sanksi dan dakwaan

AS Jatuhi Sanksi Perusahaan China yang Dituduh Ekspor Fentanylilustrasi (Pexels.com/Mart Production)

Departemen Keuangan AS menjelaskan, mereka yang terkena sanksi termasuk 12 entitas dan 13 individu yang berbasis di China. Selain itu, masih ada dua entitas dan satu individu yang berbasis di Kanada.

Dilansir Associated Press, Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo mengatakan, sanksi dan dakwaan itu adalah langkah cepat untuk menargetkan aliran keuangan yang menggerakkan perdagangan obat terlarang secara global.

"Jika Anda mendapat keuntungan dari hasil kegiatan terlarang ini, kami akan mengejar aset Anda," katanya.

Drug Enforcement Administration mengatakan, Meksiko dan China adalah sumber utama fentanyl yang diperdagangkan ke AS. Hampir semua bahan kimia prekursor untuk pembuatannya berasal dari China.

Departemen Kehakiman AS memberikan satu contoh perusahaan farmasi China mengiklankan xylazine. Itu merupakan obat penenang kuda yang sering dicampur dengan fentanyl untuk menghasilkan efek mabuk yang kuat. Itu dikirim ke AS dan Meksiko. Salah satu pembeli Meksiko disebut seorang pengedar narkoba terkait kartel Sinaloa.

Baca Juga: Cara Membuat Visa Amerika Serikat 2023, Begini Tips Wawancaranya!

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya