AS Jatuhkan Sanksi ke Pejabat Rusia Terkait Navalny

Uni Eropa juga menjatuhkan sanksi serupa

Washington DC, IDN Times - Amerika Serikat di bawah pemerintahan Joe Biden mengambil pendekatan yang lebih keras terhadap Rusia. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh pendahulunya, yakni Donald Trump.

Biden telah menyerukan kepada Rusia untuk membebaskan Alexei Navalny, seorang kritikus Vladimir Putin, dari kurungan penjara. Namun seruan tersebut tidak digubris. Navalny ditahan dan dijatuhi hukuman penjara. Kini pemerintahan AS mengambil langkah lebih jauh untuk menjatuhkan sanksi kepada beberapa pejabat Rusia sebagai tindakan hukuman.

1. Penggunaan senjata kimia yang mengkhawatirkan

AS Jatuhkan Sanksi ke Pejabat Rusia Terkait NavalnyIlustrasi bahan kimia. (Pexels.com/Chokniti Khongchum)

Navalny adalah seorang pemimpin oposisi Rusia. Dia memiliki rekam jejak sebagai seorang aktivis anti-korupsi. Namanya melambung tinggi di dunia internasional setelah mengorganisir demonstrasi anti-pemerintah dan mengadvokasi reformasi melawan korupsi di Rusia.

Namun pria kelahiran 1976 tersebut sempat hampir meninggal karena keracunan dalam penerbangannya dari Tomsk ke Moskow. Pemerintahan Vladimir Putin dituduh sebagai dalang yang membuat Navalny keracunan. Dia dilarikan ke Berlin, Jerman, untuk menjalani pengobatan dan akhirnya berhasil sembuh.

Setelah dia kembali ke Rusia, dia ditahan oleh pemerintah. Demonstrasi besar terjadi di Rusia untuk menuntut pembebasan tokoh oposisi tersebut. Komunitas internasional seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat juga menyerukan agar Navalny dibebaskan dari penjara.

Namun sepertinya pemerintah Rusia tidak berniat mengeluarkan tokoh oposisi itu. Akhirnya, Amerika Serikat mengambil langkah tegas dengan menjatuhkan sanksi kepada tujuh pejabat Rusia. 

Melansir dari kantor berita Reuters, keputusan untuk menjatuhkan sanksi tersebut salah satunya adalah karena ada "Upaya Rusia untuk membunuh Navalny mengikuti pola penggunaan senjata kimia yang mengkhawatirkan," kata salah satu pejabat senior di pemerintahan Joe Biden.

2. Sanksi yang dijatuhkan AS mencakup pejabat senior dan entitas yang terkait

AS Jatuhkan Sanksi ke Pejabat Rusia Terkait NavalnyProtes menuntut pembebasan Navalny. (Twitter.com/Servaas de Kok)

Moskow telah berulang kali membantah terlibat dalam upaya pembunuhan Navalny. Moskow juga berulang kali tidak menggunakan racun Novichok seperti yang dituduhkan oleh para analisis senjata kimia Barat.

Namun negara-negara Barat yakin bahwa racun syaraf Novichoklah yang digunakan untuk meracuni Navalny yang dimasukkan ke dalam secangkir teh hangat di bandara sebelum ia melakukan penerbangan.

Langkah keras Amerika Serikat dalam menjatuhkan sanksi akan berdampak kepada setidaknya tujuh pejabat senior Rusia. Aset mereka akan dibekukan. Selain itu, melansir dari laman The Guardian, 14 entitas terkait yang terlibat dalam produksi bahan kimia dan biologi akan jadi sasaran tindakan hukum lebih lanjut.

Namun pemerintahan Biden belum memberikan rincian hukuman terhadap entitas yang terkait itu. Keputusan penjatuhan sanksi ini adalah aksi pertama tidakan keras Biden untuk pemerintahan Vladimir Putin.

Baca Juga: Pendukung Navalny Nilai Polisi Kejam Saat Penangkapan

3. Uni Eropa juga menargetkan sanksi kepada pejabat Rusia

AS Jatuhkan Sanksi ke Pejabat Rusia Terkait NavalnyIlustrasi persidangan. (Pexels.com/Sora Shimazaki)

Selain AS, Uni Eropa (UE) juga menargetkan pejabat Rusia untuk dijatuhi sanksi. Mereka yang dibidik oleh UE ada empat pejabat. Mereka adalah Alexandr Kalashnikov, Alexandr Bastrykin, Igor Krasnov, dan Viktor Zolotov.

Melansir dari laman BBC, sanksi yang akan dijatuhkan oleh UE kepada empat pejabat Rusia itu berupa pembekuan aset dan larangan perjalanan. 

Pada Oktober tahun lalu, UE telah menjatuhkan sanksi setidaknya kepada enam orang Rusia dan satu entitas perusahaan. Sanksi yang dijatuhkan oleh UE juga sama, yakni pembekuan aset dan larangan perjalanan.

Navalny yang sempat mengalami koma dan mendapatkan perawatan di Berlin, sempat diselidiki penyebab yang membuat dia dalam kondisi tersebut. Dalam sebuah uji toksikologi yang dilakukan Jerman, Prancis, dan Swedia serta Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, mereka menemukan zat saraf Novichok yang diduga digunakan sebagai racun. Novichok adalah zat yang dilarang dan penggunaan zat tersebut melanggar Konvensi Senjata Kimia internasional.

Baca Juga: Rusia Beri Tanggapan atas Temuan Dugaan Racun pada Botol Air Navalny

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya