Berubah Pikiran, Jerman Akhirnya Kirim Senjata untuk Bantu Ukraina

Tadinya, Jerman terapkan kebijakan batasan ekspor senjata

Jakarta, IDN Times - Pada Sabtu (26/2/2022), Jerman melakukan perubahan besar terhadap kebijakannya. Berlin mengatakan mereka akan membantu Ukraina dengan mengirimkan persenjataan.

Sebelumnya, Jerman dikritik oleh Ukraina dan beberapa negara Eropa karena tidak mau membantu mengirimkan senjata ke Ukraina. Saat itu, Jerman justru menawarkan bantuan helm militer, yang kemudian jadi bahan ejekan.

Berlin beralasan bahwa mereka memiliki batasan kebijakan ekspor senjata ke daerah konflik. Aturan itu dilandasi dengan petaka Perang Dunia II yang diciptakan Hitler, sehingga Jerman memilih pasifisme seperti Jepang.

Kini Jerman berubah pikiran. Mereka bakal mengekspor langsung senjata ke Ukraina. Selain itu, Berlin juga berencana menutup wilayah udaranya dari pesawat Rusia.

Baca Juga: Daftar Negara yang Tutup Akses bagi Pesawat Rusia, Terus Bertambah!

1. Serangan Rusia ke Ukraina jadi titik balik Jerman

Berubah Pikiran, Jerman Akhirnya Kirim Senjata untuk Bantu UkrainaKanselir Jerman Olaf Scholz (Twitter.com/ Bundeskanzler Olaf Scholz)

Kanselir Jerman Olaf Scholz pada hari Sabtu mengumumkan bawa Berlin akan mengirim senjata ke Ukraina secepat mungkin. Itu adalah perubahan signifikan yang dilakukan karena sebelumnya Jerman menolak untuk mengirim senjata.

Senjata dari Jerman untuk Ukraina itu kemungkinan akan digunakan untuk mempertahankan ibu kota Kiev yang saat ini pasukan Rusia berusaha menguasainya.

Dilansir ABC News, Olaf Scholz mengatakan "invasi Rusia ke Ukraina menandai titik balik. Itu mengancam seluruh tatanan pascaperang kami."

"Dalam situasi ini, adalah tugas kita membantu Ukraina, dengan kemampuan terbaik kita, untuk mempertahankan diri dari serangan tentara Vladimir Putin," jelas Scholz.

Pengumuman Kanselir Jerman itu terjadi tak lama setelah Kementrian Ekonomi dan Iklim Jerman mengizinkan Belanda mengirim 400 senjata anti-tank buatan Jerman ke Ukraina. Ini adalah kebijakan pembatalan di mana Berlin mengizinkan negara-negara pihak ketiga dapat mengirim senjata buatan Jerman. Sebelumnya, kebijakan seperti itu tidak diperkenankan oleh Berlin.

Baca Juga: Krisis Ukraina, Jerman Didesak Ubah Kebijakan Ekspor Senjata

2. Jenis senjata yang akan dikirim Jerman

Jerman memiliki aturan yang berpegang pada praktik lama, dengan tidak memberi izin mengirim senjata mematikan yang mereka kendalikan untuk dikirim ke zona konflik. Aturan ini telah bertahan sejak lama.

Menurut Politico, aturan itu juga terhubung dengan semua senjata yang diproduksi oleh Jerman dan dibeli oleh pihak ketiga. Jadi negara yang membeli senjata dari Jerman, tidak bisa mengirimkan senjata tersebut ke daerah konflik.

Misalnya seperti Estonia yang memiliki howitzer tua buatan Jerman. Karena aturan itu, mereka tidak bisa mengirimkan bantuan senjata tersebut ke Ukraina. Meski Estonia membeli dari Finlandia, tapi Finlandia membelinya dari Jerman dan pengiriman senjata tersebut harus dengan persetujuan Berlin.

Kini setelah perubahan dilakukan, Estonia bakal mengirim 9 howitzer beserta amunisinya.

Jenis senjata yang akan dikirim Berlin ke Ukraina adalah 1.000 senjata anti-tank dan pelontar granat. Selain itu, Berlin juga bakal mengirim 500 rudal permukaan-ke-udara kelas "Stinger" dari persediaan mereka sendiri.

Baca Juga: Rusia Menuju Kiev, Presiden Ukraina: Kami Tak akan Meletakkan Senjata 

3. Pemimpin Ukraina mengucapkan terima kasih

Mendengar pengumuman Kanselir Olaf Scholz, dilansir Deutsche Welle, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengucapkan terima kasih atas bantuan senjata tersebut. "Lanjutkan, Kanselir Olaf Scholz! Koalisi antiperang beraksi!" kata Zelensky.

Jerman adalah negara yang dapat dinilai paling berbeda dalam menyikapi krisis Ukraina-Rusia. Jerman memiliki proyek Nord Stream 2 dengan Rusia, untuk mengalirkan gas alam langsung dari Rusia ke negara tersebut.

Jerman awalnya enggan memutus proyek jika Rusia menginvasi Ukraina. Tapi setelah Moskow benar-benar mengerahkan pasukannya ke Ukraina, Scholz berubah arah dan menangguhkan proyek tersebut.

Jerman sebagai negara dengan ekonomi terkuat di Eropa, juga negara produsen senjata yang besar. Hampir sebagian besar senjata di gudang-gudang seluruh Eropa adalah buatan Jerman atau kerjasama Jerman-Prancis.

Kebijakan ekspor senjata dari Jerman yang rumit, telah membuat beberapa pejabat Uni Eropa (UE) menyatakan kemarahan dan ketidakpercayaan pada Jerman. Titik utama atusan ekspor senjata Jerman adalah, Berlin bertujuan mencegah pertumpahan darah. Tapi karena menurut pejabat UE saat ini keamanan Eropa terancam, Jerman didesak untuk mengubah pendiriannya.

Negara produsen senjata sering kali memiliki otoritas hukum atas penjualan kembali atau sumbangan senjata kepada pihak ketiga.

Seorang pejabat UE mengatakan "di seluruh Eropa, ada gudang senjata yang penuh dengan persenjataan. Masalahnya di Eropa adalah banyak dipasok oleh pabrikan Jerman, dan Jerman sejauh ini menahan persetujuan."

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya