Biden Ingatkan Putin untuk Menindak Cybercriminal Rusia

AS dapat membalas dengan menyerang server para peretas 

Washington DC, IDN Times - Sejak Joe Biden menjabat menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) ke-46 menggantikan Donald Trump, AS telah mendapatkan beberapa serangan siber ransomware dalam skala besar.

Beberapa di antaranya adalah serangan SolarWinds yang dikaitkan oleh pejabat AS dengan operasi intelijen Rusia, serangan terhadap perusahaan pipa pemasok bahan bakar pada bulan Mei, serangan kepada pengolah daging terbesar di dunia, dan terakhir serangan terhadap perusahaan perangkat lunak.

Menanggapi hal itu, Joe Biden pada Jumat (9/7) menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam komunikasi itu, Biden mengatakan memperingatkan Putin untuk menindak para cybercriminal atau penjahat siber yang berasal dari Rusia.

1. Joe Biden berharap Rusia menindak para penjahat

Serangan dunia maya yang telah melanda AS pada beberapa bulan terakhir ini, telah membuat beberapa perusahaan besar harus membayar jutaan dolar kepada para peretas atas ransomware yang mereka kirim.

Menurut Associated Press, perusahaan Colonial Pipeline, misalnya, harus membayar uang tebusan sekitar 4,4 juta dollar AS atau setara Rp63,8 miliar. Serangan ransomware lain yang menyasar JBS SA, sebuah perusahaan pengolan daging terbesar di dunia membuat perusahaan harus membayar tebusan 11 juta dollar AS atau setara Rp159,7 miliar.

Beberapa serangan siber lain yakni SolarWinds dan Kaseya, sebuah perusahaan perangkat lunak, telah berdampak pada lebih dari 200 perusahaan yang menggunakan layanannya. 

Dalam penyelidikan yang dilakukan, peretasan banyak dilakukan oleh geng kriminal ransomware dari Rusia. Menanggapi hal itu, pada Jumat (9/7), Joe Biden menghubungi Vladimir Putin dan Gedung Putih mengatakan bahwa Putin harus "mengambil tindakan" terhadap penjahat dunia maya yang bertindak di negaranya dan bahwa AS berhak untuk "membela rakyatnya dan infrastruktur penting" dari serangan masa depan.

Selain itu, Biden juga berharap bahwa Rusia menindak para penjahat siber, meskipun mereka tidak disponsori oleh negara.

"Saya menjelaskan kepadanya bahwa Amerika Serikat mengharapkan ketika operasi ransomware datang dari negaranya meskipun tidak disponsori oleh negara, kami berharap mereka bertindak jika kami memberi mereka informasi yang cukup atas siapa pelakunya," kata Biden kepada wartawan.

2. AS dapat membalas dengan menyerang server para peretas

Baca Juga: Rusia Ingin India Produksi Lebih Banyak Alutsista Rusia

Beberapa serangan siber yang dialami oleh perusahaan AS telah menambah ketegangan antara Washington dan Moskow. Ini masih ditambah lagi dengan masalah lain seperti ancaman invasi Rusia terhadap Ukraina yang membuat dua negara saling usir diplomat masing-masing.

Tapi dalam masalah serangan siber, Joe Biden menegaskan bahwa AS akan mengambil tindakan dan Rusia bakal mendapatkan konsekuensi jika terus membiarkan para penjahat beroperasi.

Menurut BBC, ketika Biden ditanya wartawan apakah AS dapat menyerang server yang digunakan para penyerang, dengan tegas Biden menjawab "ya."

Serangan kriminal siber yang menggunakan ransomeware terdiri dari sindikat kriminal yang membajak data perusahaan dan menuntut tebusan sejumlah uang, yang biasanya dalam bentuk cryptocurrency. Dalam beberapa tahun terakhir, serangan jenis ini telah meledak dalam jumlah banyak.

Menurut klaim AS, banyak penyerang berasal dari Rusia dan sering melakukan operasinya secara diam-diam, bahkan kadang dengan persetujuan dari dinas keamanan Rusia.

Namun kantor kepresidenan Putin mengatakan tidak sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Washington. Menurut mereka, Washington belum mengirimkan permintaan apapun kepada Moskow. Dalam sebuah pernyataan "meskipun pihak Rusia siap untuk bersama-sama menghentikan kegiatan kriminal di bidang informasi, badan-badan pemerintahan AS belum membuat permintaan apa pun selama sebulan terakhir,” katanya.

3. Joe Biden optimisi semua akan berjalan baik

Biden Ingatkan Putin untuk Menindak Cybercriminal RusiaJoe Biden, Presiden AS. (Twitter.com/Kenneth Roth)

Biden melakukan panggilan telepon kepada Putin selama satu jam pada hari Jumat untuk membahas serangan ransomware dan beberapa persoalan lain seperti bantuan kemanusiaan ke Suriah, Afghanistan dan masalah perubahan iklim.

Dalam persoalan serangan siber, AS dan Rusia selanjutnya akan melakukan komunikasi teratur untuk mengatasinya. Melansir laman Reuters, kepada para wartawan Biden mengatakan kedua pemerintah sekarang telah menyiapkan sarana komunikasi secara teratur "ketika masing-masing dari kami berpikir ada sesuatu yang terjadi di negara lain yang mempengaruhi negara asal. Dan begitu berjalan dengan baik. Saya optimis," katanya.

Namun jika terjadi kelambanan dari pihak Rusia, Biden mengatakan ada konsekuensi apa yang akan dilakukan. Sejauh ini tidak ada rincian yang jelas mengenai apa tindakan balasan Biden kepada para peretas yang ada di Rusia dan jika Rusia lamban dalam menanggapinya.

Seorang pejabat senior Gedung Putih menjelaskan "kami tidak akan mengirim pesan seperti apa tepatnya tindakan itu, beberapa di antaranya akan nyata dan terlihat, beberapa di antaranya mungkin tidak. Tetapi kami berharap itu akan terjadi, Anda tahu, dalam beberapa hari dan minggu ke depan," katanya.

Kejahatan internet telah menjadi salah satu sumber sejak tahun 1990-an silam. Namun ketika saat ini para penjahat siber menaikkan serangan dalam gelombang ransomware, hal tersebut telah membawa ke tingkat yang baru dan lebih mengancam.

Baca Juga: Rusia Ingin India Produksi Lebih Banyak Alutsista Rusia

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya