Dokter di Uganda Mulai Takut Ketularan Virus Ebola

Enam petugas medis telah meninggal karena Ebola

Jakarta, IDN Times - Wabah Ebola yang melanda Uganda telah membuat staf medis mulai ketakutan. Ada 10 dokter yang bekerja di unit Rumah Sakit Rujukan Regional Fort Portal, tapi kini hanya tersisa tiga orang. Mereka takut tertular virus yang terkenal sebagai salah satu penyakit mematikan tersebut.

Ebola melanda di Uganda sejak September lalu. Sampai kini, virus telah menyebar dan total yang dikonfirmasi mencapai 141 kasus dengan 55 kematian. Ebola di Uganda merupakan jenis Ebola dari Sudan, yang sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang ampuh.

1. Enam petugas medis meninggal karena Ebola

Dokter di Uganda Mulai Takut Ketularan Virus Ebolailustrasi (Unsplash.com/CDC)

Virus Ebola menjadi tantangan baru di Uganda. Tenaga medis yang difokuskan untuk menangani masalah tersebut mulai takut tertular.

Selain itu, melansir Reuters, mereka juga kelelahan dan gaji mereka tertunda, kata salah satu dokter yang berbicara dengan syarat anonim. Saat ini hanya ada tiga dokter yang tersisa, dari total 10 dokter yang bekerja di penanganan Ebola di rumah sakit rujukan di Fort Portal.

Ebola telah membuat dua petugas rumah sakit di Uganda barat meninggal dunia. Secara nasional, ada 15 petugas kesehatan yang dinyatakan positif dan enam di antaranya meninggal.

"Awalnya jumlah tenaga kesehatan yang mau bekerja di unit itu bagus tapi sekarang cakupannya rendah. Kalau kita mendapatkan lima kasus, pekerjaan yang kita lakukan sangat banyak," kata salah satu dokter.

Baca Juga: Lawan Ebola, Uganda Akhiri Tahun Ajaran Sekolah Lebih Awal

2. Pilihan yang sulit bagi tenaga medis

Uganda adalah salah satu negara yang memiliki rasio dokter-pasien terendah di dunia. Satu dokter di Uganda tersedia untuk setiap 25 ribu orang. Dalam rekomendasi WHO, rasio perbandingan dokter-pasien adalah 1:1.000 orang.

Melansir Al Jazeera, WHO dan kelompok lain telah memberi bantuan kepada Uganda untuk mengatasi wabah Ebola. Amerika Serikat (AS) telah mengucurkan 22 juta dolar atau Rp346 miliar lewat mitra lokal.

Namun, Uganda masih menghadapi kekurangan dana yang signifikan. Bantuan yang dialokasikan pemerintah habis di bulan pertama karena lonjakan kasus. Di sisi lain, tenaga medis yang ketakutan juga memiliki pilihan yang sulit.

"Tetapi jika kita (dokter) semua mengundurkan diri, kita semua akan sakit (Ebola)," kata dokter yang berbicara dengan syarat anonim. Dia juga mengatakan bahwa rumah sakit kadang mengalami kekurangan obat yang penting untuk perawatan.

3. Vaksin Ebola eksperimental akan segera tiba di Uganda

Dokter di Uganda Mulai Takut Ketularan Virus EbolaKepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus (Twitter.com/Tedros Adhanom Ghebreyesus)

Henry Kyobe Bosa, seorang dokter yang menjadi komandan insiden Ebola di Kementerian Kesehatan Uganda, membantah ada kekurangan staf medis. Dia mengatakan staf perawatan bekerja maksimal delapan jam dan personel dari daerah bebas Ebola dirotasi.

Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga memberikan kabar baik. Dia mengatakan pada Rabu, vaksin Ebola pertama akan tiba di Uganda minggu depan, dikutip Associated Press.

Tedros menjelaskan komite ahli telah mengevaluasi tiga vaksin Ebola eksperimental. Semuanya harus diuji di Uganda sebagai bagian penelitian sebelum nantinya dilisensikan.

Tedros mengatakan upaya memperlambat penyebaran Ebola di Uganda sebagian besar telah berhasil. Dua distrik tidak melaporkan kasus apa pun selama 42 hari, jumlah hari yang merupakan dua kali masa inkubasi umum. Hal itu menunjukkan virus sudah tidak ada di dua distrik tersebut.

Baca Juga: Korban Tewas Akibat Ebola di Uganda Bertambah Jadi 48 Orang

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya