Ethiopia Serukan Warga Gabung Militer untuk Hadapi TPLF

TPLF menilai cara itu untuk jadikan warga sebagai umpan

Addis Ababa, IDN Times - Konflik antara pemerintah federal Ethiopia dengan pejuang regional Tigray masih terus berlanjut hingga saat ini, sekitar sembilan bulan sejak dimulai November 2020. Kali ini, konflik telah melebar tidak hanya di regional Tigray tapi juga di regional Afar dan Amhara.

Seruan dari komunitas internasional agar konflik itu diselesaikan dengan cara berunding, sampai saat ini belum ada hasil. Pertempuran-pertempuran mematikan terus terjadi antara Tigrayan People's Liberation Front (TPLF) melawan pasukan federal dan sekutunya.

Dalam perkembangan yang terbaru, pemerintah federal Ethiopia yang dipimpin oleh Perdana Menteri Abiy Ahmed bahkan menyerukan agar warga sipil bergabung dengan militer. Ethiopia berharap warga sipil ikut bertempur melawan TPLF yang dituduh sebagai pemberontak.

1. Seruan nasional untuk semua warga sipil yang mampu berperang agar bergabung dengan militer

Pasukan federal Ethiopia telah menguasai ibukota Mekelle, Tigray, selama delapan bulan sejak ditaklukkan pada akhir November 2020. Namun secara mengejutkan, pejuang TPLF kembali mengambil alih ibukota tersebut, dan militer federal mundur serta menarik diri.

Sejak itu, pemerintah federal mengumumkan gencatan senjata sepihak tapi dianggap lelucon menyakitkan bagi pejuang TPLF. Kini, ketika TPLF meraih beberapa kemenangan signifikan di beberapa kota, bahkan telah menyeberang ke regional lain, gencatan sepihak itu sepertinya diakhiri.

Pada hari Selasa (10/8), melansir laman Al Jazeera, kantor Perdana Menteri Abiy Ahmed mengumumkan "sekarang adalah waktu yang tepat bagi semua orang Ethiopia yang cakap dan cukup umur untuk bergabung dengan Pasukan Pertahanan, Pasukan Khusus dan milisi dan menunjukkan patriotisme Anda,” katanya dalam sebuah pernyataan

Seruan dari PM Abiy Ahmed itu mengkhawatirkan. Sebab, Ethiopia yang menjadi negara terpadat ke-2 di Afrika, memiliki rakyat sekitar 110 juta. Dan itu secara langsung dapat menarik konflik yang lebih besar dan mengacaukan wilayah Tanduk Afrika tersebut.

Pemerintah federal Ethiopia menuduh TPLF sebagai kelompok pengkhianat dan teroris yang dibantu "intrik teroris asing." Seruan dari kantor PM Abiy Ahmed untuk memerangi Tigray berada di level lain ketika mengatakan penghancuran TPLF "sekali dan untuk selamanya."

2. Pertempuran mengkhawatirkan di level yang berbeda

Ethiopia Serukan Warga Gabung Militer untuk Hadapi TPLFRibuan warga Ethiopia yang berkumpul di Addis Ababa untuk mendukung pasukan pertahanan pemerintah federal. (Twitter.com/MFA Ethiopia)

Baca Juga: Puluhan Mayat Mengambang di Sungai Perbatasan Ethiopia-Sudan

Akar peperangan pasukan militer federal Ethiopia dengan pasukan regional Tigray itu pelik dan rumit. Semuanya dimulai dari perselisihan politik sejak lama.

Orang-orang etnis Tigray telah mendominasi pemerintah represif Ethiopia selama hampir tiga dekade sejak tahun 1990-an. Etnis Tigray yang memimpin beberapa dekade itu, dituduh menyakiti banyak orang di seluruh negeri dengan menerapkan sistem federalisme etnis yang menyebabkan ketegangan etnis.

Lalu ketika Abiy Ahmed muncul sebagai tokoh politik yang kuat dan jadi Perdana Menteri pada tahun 2018, etnis Tigray tergusur atau dikesampingkan secara politis.

Perselisihan politik kemudian memanas dan memuncak ketika pemerintahan Abiy Ahmed tidak mengakui kekuatan politik TPLF di regional Tigray. Selain itu, pasukan TPLF juga dituduh telah menyerang kamp-kamp tentara pada tahun 2020 lalu, yang membuat Abiy Ahmed mengumumkan operasi militer memerangi TPLF.

Kini, pertempuran telah berada di level lain. Melansir laman Associated Press, seruan agar warga sipil bergabung dengan militer untuk memerangi TPLF, termasuk agar menjadi mata dan telingan negara, guna melacak dan mengungkap mata-mata dan agen pasukan TPLF.

Teklehaymanot G. Weldemichel yang mengaku keluarganya masih terjebak di Tigray “jenis perang yang dia (Abiy Ahmed) serukan ada di level lain, ini untuk penghancuran total Tigray. 'Sekali dan untuk selamanya' berarti menghabisi semua orang (Tigray)."

3. Seruan ajakan perang Abiy Ahmed dinilai TPLF untuk mengantar warga sipil jadi umpan

Perang antara militer federal Ethiopia dengan TPLF sejak bulan November 2020 telah menyebabkan ribuan orang tewas. Jumlah korban jiwa tidak dapat diverifikasi secara pasti. Melansir kantor berita Reuters, lebih dari dua juta orang meninggalkan rumah mereka dan lebih dari 50.000 penduduk mengungsi dan menyeberang ke Sudan.

Menurut laporan PBB, 400.000 orang mengahadapi krisis seperti kelaparan dan gizi buruk yang sangat mengancam. 

Melansir laman The Guardian, ketika saat ini front pertempuran baru terbuka di regional Afar dan Amhara, namun menurut TPLF, mereka tidak memiliki desain dan rencana untuk menguasai wilayah tersebut dan sebaliknya berfokus memfasilitasi akses bantuan kemanusiaan dan mencegah pasukan pro-pemerintah berkumpul kembali.

Juru bicara TPLF, Getachew Reda pada Selasa (10/8) mengatakan bahwa Abiy Ahmed “ingin mengirim milisi ke medan perang sebagai umpan” dan bahwa “orang-orang yang tidak terlatih dan tidak memiliki perlengkapan yang memadai” sekarang ditekan ke dalam pertempuran.

Getachew Reda juga menjelaskan bahwa tujuan pasukan Tigray di Afar adalah untuk mengendalikan jalur pasokan penting ke seluruh Ethiopia dari negara tetangga Djibouti. Dia menyebutnya "bagian dari permainan." TPLF juga bersumpah untuk mendesak sampai ibu kota Addis Ababa, jika diperlukan dan menuntut Perdana Menteri mundur.

Baca Juga: Konflik di Ethiopia, Ratusan Penduduk Sipil Dibunuh Milisi Afar

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya