Fentanil Bukan Sebab Utama George Floyd Tewas

Floyd kehabisan oksigen dan meninggal

Washington DC, IDN Times - Kasus kematian George Floyd telah mengguncang Amerika Serikat pada masa akhir kepemimpinan Donald Trump. Demonstrasi selama berbulan-bulan terjadi untuk memprotes brutalitas polisi atas kelompok Afro-Amerika dalam gerakan Black Lives Matter (BLM).

Kini persidangan digelar untuk membawa terdakwa Derek Chauvin ke pengadilan. Dalam proses terbaru di persidangan tersebut, Floyd diperkirakan meninggal karena obat Fentanyl, semacam obat pereda nyeri akut. Namun menurut ahli, Floyd tewas bukan karena obat tapi karena kekurangan oksigen.

1. Floyd meninggal bukan karena obat

Fentanil Bukan Sebab Utama George Floyd TewasDr. Martin Tobin, saksi ahli dalam persidangan kematian Floyd. (Twitter.com/Danny Spewak)

George Floyd meninggal pada bulan Mei tahun lalu. Saat itu, dalam sebuah video rekaman kejadian tersebut menunjukkan bahwa mantan petugas polisi Derek Chauvin menindih leher Floyd dengan lutut di sebagian besar waktu yang tercatat selama lebih dari sembilan menit.

Jaksa penuntut mencoba membuktikan bahwa kematian Floyd disebabkan karena tindakan kekerasan polisi. Sedangkan dari pembela, mereka berusaha membuktikan bahwa Chauvin hanya melakukannya sesuai prosedur pelatihan dan bahwa mungkin Floyd meninggal karena obat-obatan yang dipakainya.

Namun melansir dari laman Associated Press, Dr. Martin Tobin, seorang saksi ahli yang bekerja sebagai seorang spesialis paru-paru dan perawatan kritis di Rumah Sakit Edward Hines Jr. VA serta sekolah kedokteran Universitas Loyola di Illinois mengatakan Floyd mati karena kekurangan oksigen dan bukan karena obat.

Dr. Tobin bersaksi dalam pengadilan di persidangan pada hari Kamis (8/4) dan ia menyatakan kadar oksigen Floyd turun ke nol dan Floyd "mencapai titik di mana tidak ada satu ons pun oksigen yang tersisa di dalam tubuh."

2. Beberapa faktor lain yang membuat Floyd kehabisan dan sulit bernapas

Geroge Floyd, seorang Afro-Amerika ditangkap karena dugaan mencoba menggunakan uang palsu 20 dolar AS. Polisi memborgol tangannya ke belakang, menelungkupkan tubuh Floyd ke trotoal yang keras dan lehernya ditindih dengan lutut seorang petugas polisi.

Derek Chauvin, seorang petugas polisi kulit putih yang menindihkan lututnya ke leher Floyd tersebut, didakwa melakukan pembunuhan atas kematian lelaki Afro-Amerika tersebut.

Dr. Tobin yang menjadi saksi ahli dalam pengadilan menjelaskan dengan rinci secara sederhana dan mudah dipahami, menyebut bahwa Floyd tewas karena kekurangan oksigen dan bukan karena obat-obatan yang ia konsumsi. Selain itu, faktor lain juga mendukung bagaimana Floyd kekurangan oksigen.

Melansir dari laman BBC, Dr. Tobin menjelaskan cara memborgol dan menelungkupkan Floyd ke trotoar yang keras adalah faktor pendukung. Selain itu, tekanan ke bawah dari berat badan Chauvin membuat Floyd kesulitan membesarkan dadanya untuk bernapas.

Dalam video yang ditayangkan di pengadilan, Dr. Tobin juga menunjukkan bahwa Floyd telah berusaha menyangga tubuhnya dengan jari-jari tangan dan buku jarinya guna mendongkrak dadanya untuk bernapas.

"Pada awalnya, Anda bisa melihat dia sadar, Anda bisa melihat sedikit kedipan (Floyd), lalu menghilang. Saat itulah kehidupan keluar dari tubuhnya," jelas Dr. Tobin, seorang ahli spesialis paru-paru.

Baca Juga: Viral tentang Fentanil, Fakta Obat Opioid yang Diselundupkan di Mainan

3. Orang yang sehat sekalipun akan mati ketika dalam posisi Floyd

Pada bulan Juni, sebuah laporan toksikologi terhadap sampel darah dan urin Floyd menunjukkan bahwa ada kandungan Fentanyl dan metamfetamin yang telah bermetabolisme. Overdosis dalam skala lebih kecil mungkin bisa jadi penyebab kematiannya.

Dalam gelar persidangan di pengadilan pada hari Kamis, Dr. Tobin berpendapat obat-obatan tersebut bukan penyebab Floyd meninggal. Lutut Chauvin yang menindih leher Floyd selama tiga menit 27 detik adalah salah satu sebabnya Floyd kekurangan oksigen dan meninggal.

Saksi ahli lain yang bernama Dr. Bill Smock, seorang ahli kematian akibat asfiksia (kondisi ketika kadar oksigen di dalam tubuh berkurang) mendukung pendapat Dr. Tobin. Melansir dari laman Associated Press, Dr. Smock mengatakan "itu bukan overdosis Fentanyl. Itu karena seseorang yang memohon untuk bernafas."

Menurut penjelasan yang disampaikan oleh Dr. Tobin, orang yang sehat dan dalam posisi seperti Floyd (diborgol dan ditindih lehernya dengan lutut), "akan mati," katanya seperti dilansir dari laman Al Jazeera.

Dalam video detik-detik ketika Floyd ditindih lehernya dengan lutut menunjukkan bahwa pria Afro-Amerika itu menangis, memohon dan berteriak karena tidak bisa bernafas.

Floyd kemudian dilarikan ke ruang gawat darurat rumah sakit. Di sana, setelah diperiksa kadar karbon dioksida dalam darah menunjukkan Floyd tidak bernapas hampir 10 menit sebelum paramedis memberikan pernapasan buatan. Analisa tersebut berlawanan dengan pernapasan yang ditekan oleh obat bernama Fentanyl.

Selama lima menit pertama Floyd telungkup, dia masih bisa mendapat oksigen cukup untuk menjaga otaknya tetap hidup. Akan tetapi setelah itu, kekurangan oksigen membuat otak Floyd mengalami kerusakan dan semakin kekurangan oksigen, Floyd meninggal.

Kematian Floyd menimbulkan protes yang dahsyat dan meluas di berbagai kota besar dan kota kecil di AS. Bahkan protes tersebut juga menular ke berbagai negara lain, memprotes tindakan rasialisme dan brutalitas polisi kulit putih terhadap komunitas kulit hitam.

Baca Juga: Menurut Ahli, Fentanil adalah Penyebab Tewasnya George Floyd

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya