Hadapi Panas Ekstrem, Presiden AS Gelontorkan Investasi Rp34 Triliun

Perubahan iklim dinilai sebagai ancaman eksistensial 

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, pada Rabu (20/7/2022), mengucurkan dana investasi 2,3 miliar dolar atau Rp34,4 triliun guna membangun infrastruktur yang tahan cuaca ekstrem. Situasinya saat ini adalah banyak negara, termasuk AS, yang menghadapi gelombang panas. 

Dana investasi itu akan digunakan untuk mengendalikan banjir, memperkuat bangunan, mengembangkan energi terbarukan, dan membantu keluarga berpenghasilan rendah guna membayar pemanas atau pendingin ruangan.

Meski begitu, sejauh ini langkah Biden untuk menghadapi perubahan iklim masih terganjal oleh Kongres AS yang masih belum sejalan.

1. Perubahan iklim sebagai ancaman eksistensial

Hadapi Panas Ekstrem, Presiden AS Gelontorkan Investasi Rp34 TriliunJoe Biden. (Instagram.com/potus)

Dampak buruk dari perubahan iklim, yang salah satunya gelombang panas, saat ini sedang melanda sebagian besar Eropa dan Amerika Utara. Presiden Biden mengumumkan investasi terbaru untuk negaranya dalam menghadapi masalah tersebut.

Berbicara di depan bekas pembangkit listrik batu bara di kota Somerset, Massachusetts, Biden mengumumkan bahaya nyata dari perubahan iklim.

"Perubahan iklim secara harfiah merupakan ancaman eksistensial bagi bangsa kita dan dunia. Kesehatan warga dan komunitas kita dipertaruhkan. Jadi kita harus bertindak," ujar Biden dikutip dari BBC.

Minggu ini, puluhan juta warga AS hidup di bawah peringatan gelombang panas yang menyengat, sama seperti masyarakat di sebagian negara Eropa.

Baca Juga: Seribuan Orang Meninggal di Spanyol-Portugal akibat Gelombang Panas

2. Investasi Rp34,4 triliun untuk hadapi cuaca ekstrem

Tidak hanya gelombang panas, perubahan iklim telah membawa dampak buruk lain seperti banjir bandang yang semakin sering melanda. Biden telah mengumumkan investasi sebesar 2,3 miliar dolar atau Rp34,4 triliun untuk menghadapi dampak buruk perubahan iklim tersebut.

Dana itu, menurut CNBC, diharapkan dapat membantu masyarakat lebih siap menghadapi bencana. Perluasan pengendalian banjir akan dibuat, serta bangunan-bangunan diperkuat.

Keluarga berpenghasilan rendah akan dibantu untuk menutupi biaya pemanas dan pendingin ruangan, yang digunakan di musim dingin dan musim panas.

Departemen Dalam Negeri AS juga diarahkan untuk mengusulkan daerah di lepas pantai Teluk Meksiko untuk sumber energi terbarukan. Rencana itu diharapkan akan memberi daya lebih dari 3 juta rumah dan membantu AS mencapai tujuan 30 gigawatt sumber energi angin pada 2030.

3. Kongres AS dinilai gagal

Ambisi Presiden AS dari Demokrat untuk membuat kebijakan menghadapi perubahan iklim tidak selamanya lancar. Ambisi itu tersendat di Senat karena tidak meloloskan rancangan undang-undang iklim yang diajukan.

"Sebagai Presiden, saya memiliki tanggung jawab untuk bertindak dengan urgensi dan tekad ketika bangsa kita menghadapi bahaya yang jelas dan saat ini. Dan itulah yang dimaksud dengan perubahan iklim," kata Biden dilansir NPR.

"Karena Kongres tidak bertindak sebagaimana mestinya, ini (kondisi) darurat dan saya akan melihatnya seperti itu. Sebagai presiden, saya akan menggunakan kekuatan eksekutif saya untuk memerangi krisis iklim tanpa adanya tindakan eksekutif," jelasnya.

Baca Juga: Joe Biden Siapkan Dana Rp1,5 Triliun untuk Rumah Sakit di Palestina

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya