Infeksi COVID-19 Melonjak di Rusia, Kremlin Tak Ingin Lockdown

Walikota Moskow gerak cepat lakukan pencegahan 

Moskow, IDN Times – Rusia mengalami lonjakan kasus baru infeksi virus corona. Lonjakan tersebut terjadi secara kontinyu dan pada hari Senin 5 Oktober 2020, otoritas kesehatan setempat melaporkan sebanyak 10.888 orang terkonfirmasi positif virus corona.

Pada hari Minggu 4 Oktober 2020, otoritas setempat mengatakan infeksi baru sejumlah 10.499 dan itu sudah merupakan kasus tertinggi sejak 12 Mei 2020. Pada 11 Mei 2020 tercatat infeksi sebanyak 11.656 orang. Melansir data dari Johns Hopkins University (JHU) total kasus infeksi virus corona di Rusia sebanyak 1,23 juta orang.

Rusia kini berada di peringkat ke empat negara dengan kasus virus corona terbanyak setelah Amerika Serikat, India dan Brasil. Meski begitu, presentase kematian di Rusia jauh lebih kecil dibandingkan dengan tiga negara tersebut. Total kematian akibat virus corona di Rusia sebanyak 21.475 orang.

1. Bekerja dan belajar dari rumah

Infeksi COVID-19 Melonjak di Rusia, Kremlin Tak Ingin LockdownPara siswa di Moscow akan melakukan proses belajar jarak jauh buntut lonjakan kasus COVID-19. Ilustrasi (unsplash.com/Alexis Brown)

Sebelumnya, perkembangan infeksi virus corona di Rusia berjalan pelan. Aturan ketat diberlakukan sampai menutup perbatasan ketika serangan pertama COVID-19 datang. Bahkan bersama dengan Jerman, Rusia adalah salah satu negara yang tidak terlalu memiliki kecemasan akut terhadap serangan COVID-19 gelombang kedua. Akan tetapi, prediksi ternyata salah.

Dengan lonjakan kasus baru itu, sekolah-sekolah di Moskow seperti wilayah Ulyanovsk dan wilayah Sakhalin akan kembali diberlakukan pembelajaran jarak jauh. Murid-murid yang libur selama dua minggu sampai tanggal 18 Oktober tidak akan diijinkan untuk berangkat ke sekolahan dan ditekankan untuk belajar dari rumah.

Melansir dari laman berita The Moscow Times, meski sudah ada rencana himbauan untuk belajar jarak jauh, Kementrian Pendidikan mengatakan belum ada keputusan yang dibuat untuk memindahkan proses belajar konvensional ke belajar jarak jauh tersebut (5/10).

2. Rumah sakit sementara telah dibuka untuk menampung pasien virus corona

Infeksi COVID-19 Melonjak di Rusia, Kremlin Tak Ingin LockdownRumah sakit sementara segera dibuka di Moscow sebagai respon lonjakan kasus infeksi virus corona. Ilustrasi (unsplash.com/Sharon McCutcheon)

Serangan gelombang kedua COVID-19 juga turut menyerbu negeri yang dipimpin oleh Vladimir Putin tersebut. Serangan tersebut telah membuat ibukota Moskow membuka dua rumah sakit sementara yang akan digunakan untuk menampung pasien dan efektif digunakan pada hari Senin (5/10).

Para pengusaha di Moskow juga dihimbau oleh Walikota agar 30 persen pekerja mereka diperintahkan untuk bekerja dari rumah. Para pekerja yang berusia diatas 65 tahun, juga akan diwajibkan bekerja dari rumah. Para pekerja tersebut diminta bekerja dari rumah sampai tanggal 28 Oktober.

Para pekerja di institusi medis, pasukan pertahanan, Rosatom dan Roscomos dikecualikan dengan aturan baru tersebut. Rosatom adalah perusahaan negara yang bergerak dibidang energi atom sedangkan Roscomos adalah perusahaan negara yang bergerak dibidang angkasa luar.

3. Kremlin tidak mau membicarakan lockdown

Infeksi COVID-19 Melonjak di Rusia, Kremlin Tak Ingin LockdownLockdown adalah salah satu pilihan sulit yang dipertimbangkan oleh pejabat di Kremlin. Ilustrasi (unsplash.com/Eluoec)

Konjakan kasus baru infeksi virus corona belum membuat Rusia untuk membuat kebijakan lockdown atau penguncian wilayah maupun penguncian nasional. Mereka juga tetap mempertimbangkan dampak ekonomi yang akan terjadi jika kebijakan penguncian dilaksanakan, apalagi dalam skala nasional. Karena itu, kebijakan penguncian harus dipikirkan secara matang sebelum hal itu diterapkan.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peshkov mengatakan bahwa dia tidak tahu mengenai diskusi rencana penguncian wilayah. Otoritas setempat menekankan dan memperkenalkan isolasi mandiri untuk menanggulangi dampak insiden meningkatnya kasus infeksi COVID-19 yang terus meningkat.

Melansir dari laman berita resmi Rusia, Tass: “Mengenai penguncian (wilayah) saya tidak mendengar diskusi seperti itu,” kata Jubir Kremlin tersebut (5/10).

Dari 10.888 kasus baru infeksi virus corona per 5 Oktober 2020 di Rusia, 3.537 pasien terinfeksi adalah dari Moscow. Sejauh ini Moscow adalah kota yang terdampak paling parah bila dibandingkan dengan kota lain di Rusia. Karena itu, kebijakan lokal yang hanya terbatas di kota Moscow diperkenalkan seperti aturan belajar dari rumah untuk pelajar, isolasi mandiri dan pekerja 65 tahun dianjurkan untuk bekerja dari rumah saja.

Melansir dari laman The Guardian, Walikota Moscow Sergei Sobyanin mengatakan bahwa banyak yang “sakit parah” (5/10). Meski kasus harian tak lebih parah dari bulan Maret, namun lonjakan kasus infeksi baru virus corona membuat walikota harus merencanakan langkah-langkah penanganan dan pencegahan.

Baca Juga: Rusia, AS, dan Prancis Desak Gencatan Senjata di Kaukasus

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya