Iran dan Kuba Perkuat Aliansi Lawan Sanksi AS 

Iran lakukan gerilya penguatan aliansi 

Havana, IDN Times- Di Havana, pada hari Jum’at, 6 November 2020, terjadi kesepakatan baru antara Iran dan Kuba. Kementrian Luar Negeri Iran bertemu dengan Menteri Luar Negeri Kuba untuk membahas penguatan hubungan bilateral guna melawan sanksi yang diberikan Amerika Serikat kepada mereka.

Melansir dari laman Al Arabiya, wakil Iran Mohammad Javad Zarif dan wakil Kuba Bruno Rodriguez membuat kesepakatan bahwa apa yang mereka lakukan adalah “solidaritas timbal balik antara kedua negara, menghadapi pengetatan sanksi oleh pemerintah AS saat ini terhadap negara-negara yang tidak tunduk pada kemauannya” (6/11).

Sebelumnya, Javad Zarif telah melakukan kunjungan ke Venezuela. Venezuela juga menjadi negara yang mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat. Kedatangannya ke negara tersebut juga untuk memperkuat hubungan guna melawan sanksi AS.

1. Kemungkinan kerja sama yang akan terjadi diantara kedua negara

Iran dan Kuba Perkuat Aliansi Lawan Sanksi AS Mohammad Javad Zarif (instagram.com/jzarif_ir)

Donald Trump sebelumnya telah menarik diri dari perjanjian nuklir Iran. Dia juga telah mengumumkan langkah-langkah untuk memperkuat embargo terhadap Kuba sejak tahun 1962. Dengan kesamaan nasib karena mendapatkan sanksi itu, membuat Iran dan Kuba bisa menjalin hubungan lebih erat lagi.

Dalam pertemuan tersebut, ada beberapa kemungkinan kerja sama menguntungkan dari kedua belah pihak. Media lokal Granma, seperti yang dikutip oleh Al Arabiya, mengatakan bahwa Javad Zarif dan Rodriguez “akan membicarakan kemungkinan hubungan dan kerjasama komersial”. Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Wakil Menteri Kuba, Ricardo Cabrisas. 

Kuba juga “akan mendukung penggunaan energi dan teknologi nuklir secara damai”. Hal itu bertujuan agar dapat memberikan kontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi. Kuba juga “mengutuk keputusan pemerintah Amerika Serikat yang menarik diri dari perjanjian nuklir dengan Iran secara sepihak”.

2. Pejabat kedutaan besar Amerika Serikat di Kuba tanggapi kunjungan Iran

Iran dan Kuba Perkuat Aliansi Lawan Sanksi AS Rangkaian kegiatan Javad Zarif ketika melakukan kunjungan ke Kuba. (twitter.com/Javad Zarif)

Javad Zarif rencananya akan melakoni kunjungannya ke negara-negara sahabat di Amerika Tengah, yang mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat. Hal itu dilakukan untuk menjalin dan memperkuat hubungan serta kerja sama diantara negara-negara tersebut. Selain Venezuela dan Kuba, Javad Zarif juga akan mengunjungi Bolivia.

Dalam kunjungannya ke Kuba, Duta Besar Amerika Serikat yang berada di Havana, Michael Kozak memberikan kritik atas pertemuan tersebut lewat sosial media. Kozak, mengutip dari laman berita Al Jazeera mengatakan “Zarif Iran dan rezim Castro memiliki bayak kesamaan: pelanggaran hak asasi manusia, otoriterianisme, pencurian kekayaan Venezuela, dan penyebran pengaruh buruk mereka ke seluruh dunia. Hubungan mereka menegaskan kurangnya legitimasi mereka” (6/11).

Amerika Serikat dan Kuba telah lama tidak memiliki hubungan diplomatik. Pada tahun 1961, ketika Perang Dingin menuju puncaknya, Amerika Serikat menarik duta besarnya dari Havana dan memutuskan hubungan diplomatik.

Pada tahun 2015, hubungan diplomatik itu dijalin kembali pada masa kepemimpinan Barack Obama. John Kerry, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang menjabat saat itu, mendapatkan tugas untuk melakukan peresmian pembukaan Kedutaan Besar Amerika Serikat yang telah terputus selama kurang lebih 54 tahun lamanya. Kuba sendiri juga telah membuka kantor Kedutaan Besarnya di Amerika Serikat pada bulan Juli, 2015.

Baca Juga: AS Terapkan Sanksi Baru Terhadap Pemerintah Kuba

3. Pandangan akademisi menilai hubungan antara Amerika Serikat dengan Iran dan Kuba

Iran dan Kuba Perkuat Aliansi Lawan Sanksi AS Noam Chomsky (twitter.com/Gouled adan)

Tuomo Melasuo, profesor ilmu politik dari Universitas Tampere Amerika Serikat, dalam salah satu wawancaranya dengan Tehran Times mengatakan bahwa keluarnya AS secara sepihak dari perjanjian nuklir, dan sanksi yang diberikan kepada negeri para Mullah itu sebenarnya membuat Iran berhak menuntut kompensasi.

Iran harus menanggung kerugian atas sanksi ilegal yang dijatuhkan AS kepada mereka dan punya hak untuk menuntut kompensasi. Menurut profesor Tuomo, Kuba juga memiliki hak agar AS memberikan kompensasi atas sanksi ilegal dan embargo yang telah dilakukan selama puluhan tahun.

Sanksi-sanksi yang diberikan oleh pemerintah Amerika Serikat kepada negara-negara seperti Iran dan Kuba, pada titik pangkalnya adalah karena mereka membangkang perintah Amerika Serikat. Karena membangkang, maka harus dihukum.

Salah satu akademisi kondang dari AS adalah Noam Chomsky, yang pandangan-pandangan politiknya sering bertentangan dengan pemerintah Amerika Serikat. Laman VOA Indonesia memuat penjelasan Chomsky yang menerangkan bagaimana hubungan antara AS dan Iran berjalan (23/5/17.

Profesor emeritus MIT itu menganalogikan bahwa doktrin tidak tertulis dari hubungan internasional, dijalankan seperti Doktrin Mafia. “Jika ada toko kecil yang tidak membayar upeti, maka pemiliknya harus disiksa atau dibunuh. Kadang upeti sebenarnya tidak penting. Hanya pembangkangannya itu yang harus ditindak, sebab jika dibiarkan akan menular, meluas dan mempengaruhi serta melemahkan si mafia.

Baca Juga: AS Terapkan Sanksi Baru Terhadap Pemerintah Kuba

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya