Iran Luncurkan Rudal Baru dengan Jangkauan 1.450 Km, Tembus ke Israel!

Iran akan terus lanjutkan program rudal balistik 

Jakarta, IDN Times - Iran meluncurkan rudal terbaru yang menggunakan bahan bakar padat pada Rabu (9/2/2022). Rudal itu memiliki jangkauan sekitar 1.450 kilometer.

Dengan jangkauan tersebut, rudal dapat mencapai Israel yang merupakan musuh bebuyutan Iran. Jarak terdekat antara Iran dengan Israel sekitar 1.000 kilometer. Kemampuannya disebut memiliki akurasi yang tinggi dan sepenuhnya diproduksi di dalam negeri.

Program rudal Iran telah menimbulkan kekhawatiran di negara-negara Teluk dan Israel. Tapi, Iran mengatakan bahwa program rudal itu adalah pencegah penting terhadap Amerika Serikat (AS), Israel dan musuh lainnya.

1. Rudal baru Iran disebut dapat menembus sistem perisai rudal

Iran Luncurkan Rudal Baru dengan Jangkauan 1.450 Km, Tembus ke Israel!Ilustrasi perlengkapan militer (Pixabay/LCharn)

Di Timur Tengah, Iran adalah salah satu negara dengan program rudal terbesar. Penelitian dan pengembangan rudal terus dilakukan meski mengundang protes dari negara-negara kawasan. Tapi Iran menolak untuk menghentikan program tersebut.

Dikutip dari Associated Press, rudal tersebut bernama Kheibar Shekan, merujuk pada oasis Kheibar milik Yahudi yang dikuasai pasukan Islam pada awal abad ke-7.

Sejauh ini tidak ada informasi yang rinci tentang kemampuan Kheibar Shekan. Tapi menurut laporan, "rudal jarak jauh ini diproduksi di dalam negeri oleh Garda Revolusi Iran (IRGC). Ini memiliki akurasi tinggi dan didorong oleh bahan bakar padat dan mampu menembus perisai rudal."

Informasi itu belum sepenuhnya dapat diverifikasi secara independen.

Baca Juga: Ingin Balas Dendam! Iran Rilis Video 'Rencana' Pembunuhan Trump 

2. Iran akan terus melanjutkan program rudal balistik

Berbagai sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh AS terhadap Iran, khususnya tentang pengembangan nuklir, tak menyurutkan Iran untuk terus mengembangkan rudalnya. Teheran mengatakan bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai, bukan senjata.

Di tengah cengkeraman sanksi, Iran tetap menjadi negara dengan persenjataan rudal terbesar dan paling beragam di Timur Tengah. Iran memiliki ribuan rudal balistik dan jelajah. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, investasi secara signifikan digelontorkan untuk meningkatkan kemampuan presisi rudal.

Negara-negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi, telah meminta negara berkekuatan besar lain untuk mengatasi kekhawatiran tentang pengembangan rudal tersebut. Tapi Teheran menolak menghentikannya.

Dilansir Reuters, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Mayor Jenderal Mohammad Bagheri mengatakan "Iran akan terus memajukan program rudal balistiknya."

Dia mengatakan hal itu di pangkalan Garda Revolusi Iran, ketika Kheibar Shekan ditampilkan.

3. AS cabut beberapa sanksi Iran agar lancar dalam pembicaraan kesepakatan nuklir

Iran memamerkan rudal barunya di tengah dialog Wina yang masih berlanjut. Pembicaraan tak langsung antara Teheran dengan Washington, untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu, sampai saat ini masih compang-camping.

Israel, negara yang tidak pernah diakui Iran, telah lama mengancam akan melakukan aksi militer terhadap Iran jika pembicaraan di Wina gagal mengekang kerja nuklir Teheran.

Sejak April tahun lalu, sudah ada delapan putaran pembicaraan kesepakatan nuklir, tapi belum ada tanda AS dan Iran satu suara. Pembicaraan kali ini diharapkan AS kembali ke kesepakatan nuklir yang telah ditinggalkan oleh Donald Trump, dan Iran di sisi lain dapat mematuhi pembatasan aktivitas pengembangan nuklirnya.

Pekan lalu, AS mencabut beberapa sanksi untuk Iran. Dilansir Al Jazeera, pencabutan beberapa sanksi itu disebut pejabat Departemen Luar Negeri AS sangat diperlukan dalam pembicaraan kesepakatan nuklir. Itu untuk memperlancar kesepakatan nuklir.

Pejabat Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengatakan pencabutan beberapa sanksi dapat diartikan ada niat baik dari AS. "Tetapi harus diketahui bahwa apa yang terjadi di atas kertas adalah baik tapi tidak cukup."

Ali Shamkani, Kepala Keamanan Iran, juga memberi tanggapan terhadap pencabutan beberapa sanksi Iran oleh AS itu. Dalam penilaiannya, Iran memiliki hak hukum untuk melanjutkan penelitian dan pengembangan pencapaian nuklir damai. Hal itu tidak dapat dibatasi dengan kesepakatan apa pun.

Baca Juga: Presiden Iran Datang ke Rusia di Tengah Negosiasi Nuklir Wina

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya