Iran Minta Jepang Cairkan Aset yang Dibekukan

Jumlahnya sekitar Rp43,3 triliun 

Teheran, IDN Times - Hubungan buruk antara Iran dengan Amerika Serikat (AS) telah membuat negara yang berjuluk Negeri Para Mullah itu mendapatkan berbagai tekanan, khususnya pembekuan asetnya yang berada di luar negeri.

Sejarah pembekuan aset Iran di luar negeri telah berlangsung lama, yakni sejak tahun 1970-an. Ketika AS dipimpin oleh Presiden Donald Trump, mantan pemimpin Negeri Paman Sam itu keluar dari kesepakatan nuklir secara sepihak dan menjatuhkan beban ganda untuk memberikan sanksi terhadap Iran.

Iran sendiri telah berupaya untuk bisa mencairkan dana atau aset yang dibekukan. Salah satunya yang berada di Jepang.

Pada hari Minggu (22/8), Presiden Iran yang baru yakni Ebrahim Raisi meminta kepada Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi untuk mencairkan aset yang dibekukan di Jepang. Dilansir Bloomberg, Motegi berkunjung ke Teheran dan dalam pertemuan tersebut, Raisi mengatakan bahwa "tidak dapat dibenarkan" Jepang mencegah Republik Islam Iran mengakses dana miliknya.

1. Iran-Jepang bahas kesepakatan nuklir

Jepang adalah sekutu utama AS di Asia Timur. Namun Jepang tetap memiliki hubungan yang baik dengan Iran, negara yang bisa disebut musuh bebuyutan AS. Hubungan yang buruk antara Washington dengan Teheran, tidak menutup upaya menjalin persahabatan antara Jepang dengan Iran.

Pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi melakukan kunjungan ke Iran. Di sana, dia bertemu dengan Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dan membicarakan berbagai persoalan dari mulai wabah COVID-19, kesepakatan nuklir hingga gejolak baru yang terjadi di Afghanistan.

Dilansir kantor berita Irna, Ebrahim Raisi yang bertemu dengan Motegi, berterima kasih karena Jepang telah mengirimkan bantuan untuk memerangi wabah COVID-19 di negaranya.

Selain itu, Raisi yang mendengarkan saran Jepang bahwa Iran perlu dan penting menerapkan kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) sebagai kesepakatan internasional, Iran sendiri mengaku tidak ada masalah dengan proses negosiasi.

Hanya saja karena AS menarik diri secara sepihak dan memperluas sanksinya seperti dengan membekukan aset di luar negeri, termasuk di Jepang, hal itu tidak dapat diterima.

"Peningkatan hubungan dengan Jepang sangat penting bagi Iran. Setiap penundaan dalam membuka blokir aset Iran di bank-bank Jepang tidak dibenarkan," kata Raisi, seperti dikutip Iran International.

2. Puluhan triliun dana Iran yang dibekukan di bank-bank Jepang

Baca Juga: Rahm Emanuel Jadi Kandidat Dubes AS untuk Jepang

Aset Iran di luar negeri mencapai ribuan miliar dolar. Di Asia, aset Iran yang dibekukan berada di Korea Selatan, China, Irak serta Jepang. Dilansir Reuters, Iran setidaknya memiliki aset sekitar 3 miliar dolar AS atau Rp43,3 triliun yang berada di bank-bank Jepang.

Ekonomi Iran dikabarkan semakin memburuk ketika AS memperluas sanksi terhadap Iran pada tahun 2018, usai Donald Trump menarik diri secara sepihak dari kesepakatan nuklir pada tahun 2017.

Iran membalasnya dengan meningkatkan produksi pengayaan uranium, penambahan mesin sentrifugal baru, yang menurut beberapa komunitas internasional melebihi batas kesepakatan dan mengkhawatirkan.

Karena persoalan inilah, berbagai upaya untuk mengembalikan Iran untuk patuh ke kesepakatan nuklir dilakukan. Enam putaran perundingan telah dijalankan secara tidak langsung antara Teheran dan Washington di Wina. Tapi pada bulan Juni lalu, perundingan itu kembali tertunda.

Iran telah berusaha sepakat untuk melakukan negosiasi dengan syarat sanksi-sanksi yang dibebankan kepada negaranya agar dicabut. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Khameni dan mantan Presiden Iran Hassan Rouhani juga mendukung perundingan di Wina itu.

Dalam pertemuannya dengan Motegi, Raisi mengatakan "Iran tidak memiliki masalah dengan prinsip negosiasi. Apa pembenaran untuk mempertahankan sanksi AS terhadap Iran?"

3. Jepang berharap Iran ikut mendukung jalur pelayaran yang aman di Teluk Persia

Selain bertemu dengan Ebrahim Raisi, Menteri Luar Negeri Jepang Motegi juga melakukan pertemuan dengan Hossein Amir Abdollahian, Menteri Luar Negeri Iran yang baru. Melansir Kyodo, Motegi meminta keamanan untuk kapal-kapal tanker yang berlayar di Teluk Persia dan sekitarnya.

Pelayaran yang aman di kawasan tersebut sangat penting bagi Jepang. Hal ini karena Jepang bergantung Timur Tengah untuk sekitar 90 persen pasokan minyak mentahnya.

Kapal-kapal tanker milik perusahaan Jepang beberapa kali telah mendapatkan serangan ketika berada di kawasan Teluk Persia. Pada tahun 2019 lalu, dua kapal tanker perusahaan Jepang dan Norwegia yang dioperasikan Israel terbakar di Teluk Oman. AS menuduh insiden tersebut dilakukan karena serangan dari Iran. 

Yutaka Katada, pemilik perusahaan Kokuka Sangyo yang memiliki kapal mengatakan "kami menerima kabar bahwa kapal kami diserang," ujarnya dikutip NBC News. Tapi kapal tersebut tidak terancam tenggelam dan semua awaknya selamat.

Menteri Luar Negeri Montegi dijadwalkan melakukan perjalanan ke beberapa negara mitra Timur Tengah selama 10 hari. Selain berkunjung ke Iran, ia juga akan berkunjung ke Qatar, Mesir, Palestina, Israel, Turki dan Irak.

Baca Juga: AS: Bahan Peledak Serangan Kapal Tanker Diproduksi di Iran

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya