Jepang Nyatakan Perang Terhadap Disket, Faks, dan Stempel

Dianggap sudah usang dan tidak relevan di era digital

Jakarta, IDN Times - Menteri Digital Jepang, Taro Kono, menyatakan perang terhadap perangkat penyimpnana disket (floopy disk). Sebab, perangkat yang muncul di tahun 1960-an itu masih digunakan di sejumlah kantor pemerintahan Jepang, padahal teknologi sudah sangat maju.  

Kono menjelaskan, saat ini masih ada ribuan prosedur pemerintah yang mengharuskan urusan menggunakan disket ditambah CD dan mini-disc. Padahal, teknologi penyimpanan yang lebih mumpuni telah banyak tercipta.

1. Jepang terkenal dengan teknologi maju sekaligus menjaga teknologi kuno

Tidak diragukan bahwa Jepang adalah salah satu negara dengan inovasi teknologi jempolan. Berbagai teknologi canggih telah muncul di negara ini.

Terlepas dari reputasinya sebagai negara berteknologi canggih, menurut BBC, di Jepang juga masih banyak yang menggunakan teknologi kuno seperti disket. Disket yang tercipta di akhir 1960-an telah ketinggalan zaman tiga dekade kemudian. 

Tapi, komite pemerintah Jepang baru-baru ini menemukan sekitar 1.900 area, yang memproses urusan dengan menggunakan disket saat membuat aplikasi atau menyimpan data.

Pada Selasa (30/8/2022), Taro Kono dalam menyampaikan kritik penggunaan teknologi usang tersebut, dan berjanji akan menghapus teknologi usang lainnya seperti mesin faks

Baca Juga: 5 Hal di Naruto yang Ternyata Terinspirasi Dari Mitologi di Jepang

2. Alasan teknologi usang masih digunakan oleh masyarakat Jepang

Selain berjanji untuk memerangi disket dan bakal menyingkirkan mesin faks, Kono juga akan menghapus persyaratan stempel tanda tangan hanko yang biasanya dibuat dengan ukiran rumit. Ini karena dia berjanji melakukan perombakan menuju era digital dan daring.

Namun, pernyataan perang terhadap teknologi usang oleh Taro Kono diperkirakan mendapatkan perlawanan dari orang-orang yang mencintai teknologi lawas.

Melansir The Guardian, tidak ada jaminan bahwa Kono bisa menghapus disket sama sekali.

Pada 2021, Menteri Reformasi Administrasi juga pernah melarang penggunaan hanko dan faks, karena kertas yang distempel dan dicetak telah menumpuk di kantor pemerintah. Tapi, faktanya hanko dan faks juga tetap masih banyak digunakan.

Beberapa pejabat yang melawan pendapat Kono percaya, media fisik memiliki tingkat keaslian yang tidak dimiliki surat elektronik. Beberapa politisi di wilayah lokal yang memproduksi hanko menyebut rencana Kono telah menyerang simbol Jepang. 

Yoichi Ono, pejabat di lingkungan Meguro Tokyo, tahun lalu mengatakan bahwa disket hampir tidak pernah rusak atau kehilangan data.

3. AS juga masih menggunakan disket sampai tahun 2000-an

Jepang Nyatakan Perang Terhadap Disket, Faks, dan Stempelilustrasi (Fredy Jacob)

Salah satu pembuat disket terkemuka di dunia adalah perusahaan Jepang, Sony. Perusahaan tersebut telah membuat jutaan disket yang digunakan oleh banyak negara di dunia. Tapi Sony telah berhenti memproduksi disket pada 2010 dan orang-orang beralih ke teknologi penyimpanan terbaru seperti flash disk.

Saat ini, media penyimpanan beralih ke digital dan daring. Menariknya adalah ternyata Amerika Serikat (AS) masih menggunakan disket di era modern. Gizmodo menyebutkan bahwa Departemen Pertahanan AS, yang memiliki reputasi sebagai pengguna teknologi komputer tercanggih, baru menghapus penggunaan disket pada 2019 lalu.

Di Jepang, penyedia teknologi pengirim pesan kuno, Pager, baru menutup layanan pada 2019 saat teknologi komunikasi telah merambah ke jaringan 5G. Pelanggan pribadi terakhir pengguna teknologi tersebut mengatakan bahwa Pager adalah metode komunikasi yang disukai untuk ibunya yang sudah lanjut usia.

Baca Juga: PM Jepang Janji Bantu Afrika Peroleh Kursi di Dewan Keamanan PBB

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya