Jerman Terapkan Lockdown Ringan Meski Kasus COVID-19 Meningkat 

Menteri Pertahanan Jerman melakukan karantina mandiri 

Berlin, IDN Times – Jerman akhirnya menerapkan aturan penguncian (lockdown) yang akan berlaku mulai tanggal 2 November 2020. Dalam 24 jam terakhir pada 2 November tersebut, badan pengontrol penyakit di negara Jerman mencatat ada 12.097 kasus infeksi baru.

Setelah beberapa bulan menjadi negara yang paling sering dipuji dalam penangannya di benua Eropa, Jerman akhirnya memilih penguncian. Akan tetapi, pihak berwenang mengatakan bahwa strategi penguncian yang mereka lakukan adalah mode “ringan”.

Penguncian ringan ini akan berlangsung selama satu bulan ke depan. Strategi penguncian tidak seketat seperti yang pernah dilakukan pada bulan Maret-April. Sekolah akan tetap dibuka, pertemuan ditempat umum diperbolehkan hanya untuk dua rumah tangga dan tidak boleh lebih dari 10 orang.

Meski begitu, di beberapa negara bagian yang memiliki otonomi yang besar dalam bidang kesehatan, anak-anak dibawah umur 12 tahun terhindar dari aturan pertemuan dua rumah tangga. 3 wilayah yang membebaskan anak-anak dibawah 12 tahun tersebut menurut BBC adalah Hamburg, Lower Saxony dan Berlin (2/11).

1. Tren positif yang harus diwaspadai

Jerman Terapkan Lockdown Ringan Meski Kasus COVID-19 Meningkat Kanselir Jerman, Angela Merkel, himbau agar kontak fisik dikurangi demi menahan laju infeksi virus corona. Ilustrasi (instagram.com/bundeskanzlerin)

Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa atau (ECDC), hingga 2 November 2020, jumlah infeksi virus corona di Jerman mencapai 545.027 kasus. Dengan jumlah sebanyak itu, Jerman menempati urutan terparah ke lima di Eropa. Namun jika dibandingkan dengan Belgia yang berada di urutan ke enam, jumlah kematian di Jerman lebih sedikit. Di Belgia, kematian akibat COVID-19 mencapai 11.737 orang dan di Jerman 10.530 orang yang meninggal karena virus corona.

Jurnalis kantor berita The Guardian, Philip Olterman melaporkan bahwa muncul tren positif di Jerman. Tren positifnya adalah tingkat kematian kasus lebih rendah dari pada musim semi atau saat badai gelombang pertama virus corona menyerang (2/11). Akan tetapi tren positif tersebut bukan berarti membuat masyarakat lengah. Justru masyarakat harus semakin waspada karena bisa saja hal itu berbalik arah.

Kepala asosiasi rumah sakit Jerman mengatakan bahwa tren positif itu bisa berbalik dalam waktu dua atau tiga minggu. Hal itu dikarenakan jumlah pasien dalam perawatan intensif diperkirakan akan melampaui puncaknya. Karena itu, kewaspadaan harus tetap menjadi perhatian bagi seluruh warga Jerman.

“Sepanjang bulan-bulan musim dingin, kita harus membatasi kontak pribadi. Cahaya diujung terowongan masih jauh” kata Kanselir Angela Merkel seperti dikutip dari Reuters (2/11). Angela Merkel memperingatkan bahwa ujung dari pandemi virus corona masih terlalu jauh dan belum bisa diperkirakan kapan akan berakhir.

2. Sebuah keputusan harus dilakukan untuk menghindari kondisi darurat kesehatan nasional

Jerman Terapkan Lockdown Ringan Meski Kasus COVID-19 Meningkat Suasana hari pertama "lockdown light" di Jerman. (twitter.com/Yume)

Kanselir Jerman, Angela Merkel dan PM negara bagian Jerman pada hari Rabu, 28 Oktober 2020, mengumumkan penguncian ringan yang juga dibilang penguncian parsial. Pengumuman itu memberitahukan bahwa peraturan akan efektif berlaku pada tanggal 2 November 2020. Keputusan itu diambil karena Jerman menghadapi situasi yang sangat serius.

Laman berita Deutsche Welle mengabarkan penguncian ringan ini adalah sebuah versi yang berbeda, tidak terlalu intens dan tidak terlalu ketat agar aktivitas ekonomi Jerman tidak berhenti pada saat musim dingin (2/11). Restoran, pub, tempat kebugaran, dan tempat hiburan wajib tutup. Akan tetapi sekolah, toko dan tempat kerja masih boleh dibuka.

Beberapa restoran yang menyajikan makanan pokok masih boleh dibuka tapi tidak diperbolehkan pelanggan makan di restoran. Pembelian makanan harus dibungkus dan tidak boleh makan ditempat.

Pada kesempatan lain, Merkel mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa: “Kita harus bertindak, dan harus sekarang, untuk menghindari keadaan darurat kesehatan nasional yang akut”. Cara yang dipilih oleh pemerintahan Merkel untuk secepatnya bertindak disebabkan 75 persen kasus baru tidak diketahui sumber infeksi dari mana. Pelacakan rantai infeksi sudah terlalu rumit di beberapa daerah dan merasa sudah tidak mungkin melakukan pelacakan tersebut.

Baca Juga: Ventilasi Jadi Salah Satu Trik Usir Virus Corona di Jerman

3. Menteri Pertahanan Jerman melakukan karantina mandiri

Jerman Terapkan Lockdown Ringan Meski Kasus COVID-19 Meningkat Menteri Pertahanan Jerman, Annegret Kramp-Karrenbauer, melakukan karantina mandiri setelah kontak dengan orang yang positif COVID-19. Ilustrasi (instagram.com/kramkarrenbauren)

Annegret Kramp-Karrenbauer, menteri pertahanan Jerman akhirnya memilih untuk melakukan karantina mandiri. Hal itu disampaikan oleh pihak kementrian pertahanan karena Annegret Kramp-Karrenbauer telah melakukan kontak dengan seseorang yang ketika dites positif COVID-19.

Mengetahui dirinya melakukan kontak dengan orang yang positif COVID-19 pada 8 hari yang lalu, Menhan Jerman tersebut kemudian melakukan tes dan rupanya hasilnya menunjukkan bahwa negatif. Meskipun begitu, karantina mandiri dipilih untuk menghindari kontak dan meminimalisir penularan.

Menteri kesehatan Jerman, Jens Spahn, menyeru kepada warga Jerman untuk mengurangi kontak fisik secara signifikan. Melansir dari laman Deutsche Welle, penguncian ringan yang sedang berlaku adalah sebuah “upaya nasional November” untuk menurunkan tingkat infeksi secara cepat agar tidak terjadi darurat kesehatan dan terjebak ke situasi yang berbahaya (2/11).

Baca Juga: Ventilasi Jadi Salah Satu Trik Usir Virus Corona di Jerman

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya