China Gusar Saat Kapal Perang AS Kembali Transit di Selat Taiwan

Beijing protes atas langkah aktivitas Angkatan Laut AS

Jakarta, IDN Times - Kapal perusak milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang bernama USS Milius, pada hari Selasa (23/11/21) melakukan transit di wilayah yang sangat sensitif, yakni Selat Taiwan.

Kapal perang yang memiliki senjata peluru kendali itu, menyatakan bahwa itu adalah transit rutin yang dilakukan melalui perairan internasional sesuai dengan hukum internasional.

Laman berita USNI News memuat pernyataan Letnan Nicholas Lingo, yang menyebutkan bahwa "transit kapal melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Militer AS terbang, berlayat dan beroperasi di mana pun yang diizinkan hukum internasional."

Tapi langkah tersebut telah menimbulkan kegusaran di pihak China. Beijing menilai kapal AS itu sengaja ingin merusak stabilitas kawasan tersebut.

1. Kapal perang AS sering transit di Selat Taiwan yang sensitif

Dalam berita foto yang ditampilkan oleh situs resmi Armada Ketujuh AS, mereka menyatakan bahwa kapal perusak kelas Arleigh Burke, USS Milius, melakukan transit rutin lewat Selat Taiwan.

Armada Ketujuh adalah Armada Pasifik milik AS yang berpusat di Yokosuka, Jepang. Itu adalah unit militer AS yang beroperasi di Pasifik, dan beberapa unitnya juga berada di Korea Selatan.

Dalam transitnya itu, mereka menyatakan adalah bagian dari komitmen terhadap wilayah Indo-Pasifik yang terbuka.

Menurut USNI News, pekan lalu USS Milius baru saja melakukan latihan dengan Pasukan Bela Diri Maritim Jepang, untuk melakukan latihan anti-kapal selam.

Dalam satu tahun terakhir, kapal-kapal perang Angkatan Laut AS juga tercatat sudah sering transit di Selat Taiwan, sebuah wilayah yang sangat sensitif karena ketegangan Beijing dengan Taipei.

Bulan Mei lalu, USS Curtis Wilbur transit di Selat Taiwan dan pada bulan Juli, ada insiden di mana China mengejar kapal perang USS Benfold, di dekat Kepulauan Paracel. Klaim itu dibantah oleh AS.

China juga berulangkali melayangkan protes atas langkah AS yang sering melakukan transit kapal perang di Selat Taiwan. Menurut Beijing, Taiwan adalah masalah paling sensitif dalam buhungan AS dengan China.

2. Atas nama kebebasan navigasi, AS menimbulkan masalah

Baca Juga: Filipina Kutuk Aksi Kapal China di Laut China Selatan

Taiwan adalah pulau yang berada di sebelah timur China dan telah memerintah wilayahnya sendiri mandiri selama puluhan tahun. Namun bagi China, Taiwan adalah bagian dari provinsinya, dan berusaha untuk menyatukan daerah tersebut dengan satu pemerintahan Beijing.

Taiwan menolak klaim tersebut. Meski tidak memiliki hubungan diplomatik resmi, AS adalah negara utama yang dapat disebut sebagai pendukung Taiwan. Bulan lalu, AS dan Kanada mengirim kapal perang lewat Selat Taiwan dan militer China mengecamnya.

Menurut Beijing, apa yang dilakukan oleh AS dan Kanada saat itu, mengancam perdamaian dan stabilitas.

Menurut Associated Press, transitnya USS Milius pada Selasa, juga menimbulkan kegusaran dari pihak China. Zhao Lijian, juru bicara Kementrian Luar Negeri China mengatakan, kapal perang AS telah "melenturkan otot dan menimbulkan masalah di Selat Taiwan berulang kali atas nama kebebasan navigasi."

3. China peringatkan AS untuk tidak 'bermain api' pada masalah Taiwan

Transitnya kapal USS Milius di Selat Taiwan adalah manuver terbaru dari AS setelah Presiden China Xi Jinping bertemu secara virtual dengan Presiden AS Joe Biden. Pertemuan dua pemimpin negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia itu, terjadi pekan lalu dan membicarakan banyak hal, termasuk masalah Taiwan.

Menurut BBC, pembicaraan antara kedua pemimpin tersebut adalah yang paling substansial sejak Joe Biden menjabat sebagai Presiden AS. Pertemuan virtual itu juga merupakan upaya untuk meredakan ketegangan di antara kedua negara.

Meski begitu, Xi Jinping juga membicarakan Taiwan, salah satu topik yang paling sensitif. China selama ini melihat Taiwan adalah provinsi yang memisahkan diri, dan Beijing berharap dapat menyatukannya kembali suatu hari nanti.

Di sisi lain, Washington yang memiliki hubungan formal dengan Beijing tapi tak memiliki hubungan seperti itu dengan Taipei, memiliki janji untuk membantu Taiwan mempertahankan diri jika mendapatkan serangan militer dari China.

Xi Jinping menyalahkan upaya berulangkali otoritas Taiwan untuk mencari dukungan AS dalam agenda memerdekakan diri. "Gerakan itu sangat berbahaya, seperti bermain api. Siapa pun yang bermain api akan terbakar," kata Xi.

Baca Juga: Australia: Dukung AS untuk Bela Taiwan

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya