Mengejutkan! Kremlin Akui Kerugiannya di Perang Ukraina

Perang di Ukraina tr5agedi besar bagi Rusia

Jakarta, IDN Times - Invasi Rusia ke Ukraina telah berjalan lebih dari enam minggu. Selama invasi tersebut, baik Ukraina atau Rusia telah kehilangan ribuan personel militernya. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengakui bahwa Moskow mengalami kerugian signifikan dalam perang tersebut.

Sejauh ini, tidak ada data yang bisa diverifikasi secara valid tentang jumlah kerugian yang diderita oleh angkatan bersenjata Rusia. Ukraina menyebutkan bahwa Rusia telah kehilangan sekitar 19 ribu pasukan. Tapi data itu kemungkinan digelembungkan untuk meningkatkan moral pasukannya sendiri.

Peskov menyatakan bahwa Rusia sedang berusaha mengakhiri perang di Ukraina dalam beberapa hari mendatang. Meski begitu, di lapangan belum ada tanda-tanda perang akan berakhir cepat. Pada Jumat (8/4/22) pagi, Ukraina menuduh Rusia menyerang stasiun di kota Kramatorsk yang menewaskan 39 penduduk sipil. Rusia membantah telah melakukan serangan itu.

Baca Juga: Rusia Akui Telah Kehilangan Banyak Pasukan, Semakin Melemah?

1. Dmitry Peskov sebut perang di Ukraina tragedi besar bagi pasukan Rusia

Mengejutkan! Kremlin Akui Kerugiannya di Perang UkrainaJuru bicara Kremlin, Dmitry Peskov. (Twitter.com/Russian Embassy in USA)

Persis setelah Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi resolusi yang mendepak Rusia dari Dewan HAM PBB, juru bicara Kremlin mengeluarkan komentarnya tentang perang di Ukraina.

Moskow yang menghindari menyebut invasi dan memilih istilah operasi militer khusus dalam serangan ke Ukraina, sejauh ini dinilai oleh para pengamat militer terlalu mengecilkan jumlah korban di pihak mereka.

Tapi juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, secara mengejutkan mengatakan Rusia "kehilangan pasukan yang signifikan" dalam operasi militer tersebut dan menyebutnya sebagai "tragedi besar," kutip The Hill. Komentar Peskov itu dikeluarkan pada Jumat.

Dia tidak memberikan secara rinci berapa banyak kerugian yang telah diderita angkatan bersenjata Rusia. Tapi para pengamat militer Barat menilai antara 7 ribu sampai 15 ribu pasukan Rusia tewas. Pada 25 Maret, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan hanya 1.351 tentaranya yang tewas dalam pertempuran. Ukraina mengklaim korban pihak Rusia hampir mencapai 19 ribu tentara.

Baca Juga: 5 Fakta Pembantaian Keji di Bucha, Diduga Dilakukan Tentara Rusia

2. Peskov mengklaim dokumentasi kematian warga sipil di Bucha adalah kebohongan

Peskov juga mengatakan bahwa operasi militer khusus di Ukraina akan dapat berakhir dalam "masa depan yang dapat diperkirakan," kutip Reuters. Dalam beberapa hari mendatang, dia berharap angkatan bersenjata Rusia akan bekerja dan mencapai tujuannya. Negosiator perdamaian Rusia juga telah berusaha untuk mencapai kesepakatan pembicaraan damai dengan Ukraina.

Dmitry Peskov juga memberikan sanggahannya terhadap tuduhan bahwa pasukan Rusia melakukan kekejaman di kota Bucha, dekat ibu kota Kiev. Dilansir BBC, dia membantah tuduhan tersebut dan mengatakan "kita hidup di hari-hari palsu dan kebohongan." Dia mengatakan dokumentasi warga sipil yang tewas di Bucha adalah "sesuatu yang dipentaskan".

Lebih dari 300 warga sipil Bucha tewas ketika pasukan Rusia mundur meninggalkan kota tersebut. Puluhan mayat tergeletak di jalanan, beberapa dengan tangan terikat. Dokumentasi kematian warga sipil itu telah memicu kemarahan internasional, yang juga membuat Rusia akhirnya disingkirkan dari anggota Dewan HAM PBB.

Baca Juga: Ukraina Klaim Serangan Roket Rusia di Stasiun Kereta Tewaskan 39 Orang

3. Sanksi Barat membuat Rusia hadapi situasi paling sulit dalam tiga dekade terakhir

Mengejutkan! Kremlin Akui Kerugiannya di Perang Ukrainailustrasi Rusia (Unsplash.com/Paul G)

Insiden Bucha telah memicu negara-negara Barat menjatuhkan paket sanksi baru terhadap Rusia. Uni Eropa (UE) melarang impor batu bara Rusia dan Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi kepada putri Presiden Vladimir Putin, istri Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, juga Perdana Menteri Mikhail Mishustin.

Pada hari Kamis, Mishustin sendiri menjelaskan bahwa negaranya menghadapi situasi paling sulit dalam tiga dekade terakhir karena sanksi-sanksi tersebut. Sanksi itu belum pernah terjadi sebelumnya kepada Rusia.

Dikutip US News, Mishustin disebut tetap percaya diri karena menganggap sanksi Barat terhadap Rusia gagal mengisolasi ekonomi negara itu dari lingkup global.

"Tidak diragukan lagi, situasi saat ini bisa disebut yang paling sulit dalam tiga dekade bagi Rusia. Sanksi semacam itu tidak digunakan bahkan di masa tergelap Perang Dingin," kata Mishustin.

Rusia sendiri telah melakukan kontrol sebagai balasan atas sanksi. Dengan kontrol itu, investor asing tidak bisa menjual aset, baik industri maupun keuangannya. Kremlin juga telah menyarankan untuk menasionalisasi aset investor Barat yang memutuskan pergi dari Rusia.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya