PBB Tak Sanggup Lagi Beri Makan 100 Ribu Warga Haiti yang Kelaparan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - World Food Programme (WFP), salah satu badan bantuan PBB, melaporkan pada Senin (17/7/2023) bahwa mereka tak lagi bisa memberi makan sekitar 100 ribu warga Haiti bulan ini. WFP mengalami kekurangan dana sehingga jumlah penerima bantuan terpaksa dipangkas.
Haiti, yang dilanda gejolak ekonomi, bencana alam beruntun, kekerasan dan ketidakstabilan politik, telah membuat warganya menghadapi krisis kemanusiaan berlapis-lapis. Hampir separuh warga Haiti, sekitar 4,9 juta orang, tidak dapat mengakses makanan yang cukup.
1. Pemangkasan jumlah penerima terjadi di saat kritis
Jumlah penduduk Haiti hampir 11 juta orang. Kekacauan di negara itu membuat warga bergulat dengan kekurangan gizi parah di tengah krisis kelaparan terburuk yang pernah dialami negara tersebut.
Dilansir Associated Press, WFP terpaksa melakukan pemangkasan setidaknya 25 persen dari total jumlah penerima bantuan.
"Pemangkasan ini terjadi pada saat yang lebih buruk, karena warga Haiti menghadapi krisis kemanusiaan yang berlapis-lapis, kehidupan dan mata pencaharian mereka terganggu oleh kekerasan, ketidakamanan, gejolak ekonomi, dan guncangan iklim," kata Jean-Martin Bauer, direktur WFP untuk Haiti.
Sepanjang tahun ini, WFP telah memberi lebih dari 450 ribu anak-anak makanan hangat. Itu kerap jadi satu-satunya makanan yang mereka terima dalam sehari. Lebih dari 115 ribu anak di bawah usia 5 tahun juga diperkirakan berjuang melawan malnutrisi tahun ini, melonjak 30 persen dibandingkan tahun lalu.
Baca Juga: Pria Kanada Dituduh Dalangi Upaya Kudeta di Haiti
2. WFP butuh Rp1,8 triliun sampai akhir tahun
Editor’s picks
Jumlah warga Haiti per kapita yang menghadapi kerawanan pangan tingkat darurat adalah yang tertinggi kedua di dunia. Hampir 5 juta orang butuh perjuangan untuk dapat makan setiap harinya.
Menurut UN News, pada paruh pertama 2023, WFP hanya didanai 16 persen dan mengalami kekurangan 121 juta dolar (Rp1,8 triliun) yang dibutuhkan sampai akhir tahun.
Dalam penjelasannya, Bauer mengaku bangga dengan apa yang telah dicapai di 2023. Mereka masih memiliki SDM dan kapasitas untuk melanjutkan program, namun tidak kunjung mendapatkan pendanaan segera sehingga terpaksa melakukan pemangkasan.
"Ini bukan waktunya untuk mengurangi. Ini saatnya untuk melangkah. Kami tidak bisa mengecewakan warga Haiti saat mereka sangat membutuhkan kami," kata Bauer.
3. Kondisi kelaparan level 5
Kekacauan di Haiti terjadi sejak Presiden Jovenel Moise dibunuh pada Juli 2021. Negara itu juga telah dihantam bencana gempa bumi dan banjir besar yang menghancurkan di tengah gejolak ekonomi yang tak menentu.
Menurut The Guardian, pada Oktober tahun lalu, kondisi kelaparan mencapai level 5, yang itu berarti bencana. Biasanya, level itu terjadi di negara yang dilanda perang. Di Haiti, ini tercatat di daerah kumuh di ibu kota Port-au-Prince dan menjadi pertama kalinya di wilayah Amerika Latin dan Karibia.
Haiti telah bergerak menuju anarki. Masalah keamanan, persaingan antargeng kriminal dan masalah keamanan, membuat beberapa kelompok masyarakat sipil terpaksa keluar dari negara itu. Di sisi sebaliknya, upaya mengirim pasokan bantuan lewat pelabuhan juga kesulitan karena wilayah itu dikuasai oleh geng kriminal.
Baca Juga: Jamaika Siap Kirim Militer dan Polisi untuk Pulihkan Stabilitas Haiti
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.