Putin Dituduh Ingin Buat Ukraina Terbelah, Bak Korsel dan Korut

Rusia disebut ingin lahirkan negara Ukraina Timur

Jakarta, IDN Times - Kepala intelijen militer Ukraina, Jenderal Kyrylo Budanov, mengatakan bahwa Rusia ingin merebut Ukraina timur, serta berencana menjadikan dua Ukraina itu bak Korea Utara dan Korea Selatan. 

Akhir pekan lalu, Rusia mengumumkan operasi militer fase pertama hampir berakhir dan akan mengalihkan fokus serangan ke Donbass. Di Donbass ada wilayah Donetsk dan Luhansk, dua wilayah Ukraina yang dikuasai pemberontak pro-Rusia dan telah diakui kedaulatannya oleh Moskow. 

Konflik mematikan Rusia dengan Ukraina masih terus terjadi dan belum ada tanda-tanda pertempuran akan berakhir. Upaya diplomasi untuk mencari solusi terus digalakkan. Pada Minggu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan panggilan dengan Presiden Vladimir Putin guna mendesak gencatan senjata. 

1. Skenario Korea Utara dan Selatan di Ukraina

Putin Dituduh Ingin Buat Ukraina Terbelah, Bak Korsel dan Korutbangunan hancur di salah satu kota di Ukraina (Twitter.com/Defence of Ukraine)

Ada beberapa perkembangan penting dalam perang Ukraina-Rusia yang telah berlangsung lebih dari satu bulan ini. Salah satu perkembangan tersebut adalah Leonid Pasechnik, pemimpin kelompok pemberontak Ukraina di Luhansk, berpendapat bahwa wilayah itu dapat segera mengadakan referendum.

Tujuan utama referendum adalah untuk mencari tahu apakah penduduk Luhansk ingin bergabung dengan Rusia atau tetap dengan Ukraina. Pasechnik yakin referendum bisa dilakukan dalam waktu dekat.

Dikutip dari The Guardian, Jenderal Kyrylo menanggapi hal itu sebagai upaya Putin untuk menjadikan Ukraina seperti Korea Utara dan Korea Selatan. 

Dalam penggambaran perjuangan Ukraina selanjutnya, Budanov memperingatkan ada prospek konflik yang beku, panjang dan pahit, sehingga invasi Rusia bisa tetap terjadi sampai bulan November mendatang. Itu akan menjadi perang gerilya berdarah.

Baca Juga: Kunjungi Pengungsi Ukraina, Biden Sebut Putin 'Penjagal'

2. Zelenskyy akan tegas tentang integritas teritorial Ukraina

Pada Jumat pekan lalu, Rusia mengumumkan akan mengalihkan fokus serangan dengan dalih membebaskan wilayah Donbass, Ukraina timur. Wilayah itu telah menjadi medan pertempuran antara tentara Ukraina dengan pemberontak pro-Rusia. 

Ukraina memperkirakan bahwa pasukan Rusia yang menyerang Kiev dan Kharkiv akan mulai bergerak ke timur dalam waktu dua minggu. Sejauh ini, serangan darat Rusia ke ibu kota telah menyusut dan pasukan Moskow membangun posisi yang defensif di luar Kiev.

Dalam pidato malam hari, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan dia akan bersikeras pada integritas teritorial Ukraina. Meski begitu, dia mengatakan bahwa negaranya siap mempertimbangkan opsi untuk mengadopsi status netral dalam pembicaraan damai dengan Rusia.

"Jaminan keamanan dan netralitas, status nonnuklir negara kami. Kami siap untuk itu. Ini poin terpenting," kata Zelenskyy, dilansir Reuters

Zelenskyy juga meminta negara-negara Barat untuk kembali memberi pasokan perangkat keras militer seperti pesawat tempur, tank, dan rudal. Menurutnya, Ukraina hanya butuh 1 persen pesawat NATO, dan 1 persen tank mereka untuk menangkis serangan tentara Putin.

3. Delegasi Ukraina-Rusia akan bertemu di Turki

Putin Dituduh Ingin Buat Ukraina Terbelah, Bak Korsel dan Korutilustrasi ibu kota Ankara, Turki (Unsplash.com/Ekrem Osmanoglu)

Upaya untuk mengurai permasalahan terus belanjut. Sebelumnya telah terjadi pembicaraan di Belarus. Namun sesi pembicaraan itu tidak menghasilkan kesepakatan yang mencerahkan.

Kemudian, dialog deeskalasi konflik akan berlangsung di Turki. Dikutip dari Deutsche Welle, Ankara sebelumnya menjadi tuan rumah pembicaraan tingkat tinggi antara menteri luar negeri Ukraina dan Rusia, tetapi berakhir tanpa membuat kemajuan.

Delegasi Ukraina, David Arakhamia, mengatakan bahwa perwakilan negaranya dan Rusia akan kembali bertemu di Turki untuk pembicaraan tatap muka.

"Hari ini, selama putaran negosiasi lainnya, diputuskan untuk mengadakan putaran tatap muka berikutnya dari dua delegasi di Turki pada 28-30 Maret," jelas Arakhamia.

Presiden Erdogan juga baru saja berbicara dengan Presiden Putin melalui sambungan telepon pada hari Minggu.

Kantor Kepresidenan Turki mengabarkan, "Erdogan mencatat pentingnya (dilakukan) gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, pelaksanaan perdamaian dan peningkatan kondisi kemanusiaan di kawasan itu."

Baca Juga: Fakta Menarik Monster Lapis Baja Ukraina T-64BV

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya