Ribuan Warga Armenia Tuntut PM Pashinyan Mundur dari Jabatan

Gelombang protes terbaru gejolak politik di Armenia

Yerevan, IDN Times - Situasi politik di Armenia belum sepenuhnya stabil. Setelah ditandatanganinya kesepakatan damai dengan Azerbaijan usai perang selama hampir enam minggu, ribuan warga negara tersebut kecewa dan tidak puas. Mereka  menuntut agar Perdana Menteri Nikol Pashinyan mundur.

Protes yang menuntut agar PM Pashinyan mundur sudah terjadi sejak akhir tahun lalu. Namun gelombang protes kembali terjadi tahun ini. Pada hari Sabtu (20/2), ribuan warga Armenia memenuhi jalanan di ibukota Yerevan dengan tuntutan yang sama seperti sebelumnya, yakni pengunduran diri Perdana Menteri.

1. Tiga hari demonstrasi dalam satu minggu

Ribuan Warga Armenia Tuntut PM Pashinyan Mundur dari JabatanNikol Pashinyan, PM Armenia. (Twitter.com/News.Az)

Sejak Sabtu pada tanggal 20 hingga Selasa tanggal 23, ribuan warga Armenia memblokir beberapa jalan utama di ibukota Yerevan. Mereka melakukan demonstrasi dan melancarkan protes agar PM Pashinyan mundur dari jabatannya. 

Melansir dari kantor berita Reuters, pada demonstran meneriakkan kata "Nikol adalah pengkhianat!" dan "Armenia tanpa Nikol!" Freedom Square, salah satu alun-alun di jantung kota Yerevan penuh dengan ribuan peserta demonstrasi.

Di bawah hujan salju yang tipis, warga yang kecewa dengan PM Pashinyan beserta tokoh-tokoh oposisi negara tersebut terus menyerukan tuntutan agar PM meletakkan jabatannya.

Vazgen Manukyan, salah satu pemimpin oposisi sekaligus mantan Perdana Menteri Pertama Armenia, berteriak kepada para peserta demonstrasi "Tidak peduli berapa banyak orang berkumpul di alun-alun, Nikol Pashinyan tidak akan mundur dari jabatannya secara sukarela," katanya.

Anggota partai oposisi lainnya yang bernama Ishkhan Saghatelyan mengancam akan ada lebih banyak protes jalanan pada Senin. Protes tersebut terjadi dan pada hari Selasa lalu, ribuan orang memadati dan memblokade jalanan di ibukota.

2. Pembangkangan sipil untuk melumpuhkan kota

PM Pashinyan telah berulangkali mengatakan tidak akan mundur dari jabatannya. Tapi dia menyampaikan bertanggung jawab penuh atas hasil konflik dan berjanji tetap bertanggung jawab atas keamanan Armenia.

Pada hari Selasa, itu adalah hari ketiga warga Armenia protes dalam seminggu terakhir. Ribuan orang masih menuntut Pashinyan mundur atas penanganan konflik Nagorno-Karabakh dengan Azerbaijan.

Melansir dari laman Al Jazeera, pasukan keamanan Armenia diturunkan untuk menjaga gedung-gedung pemerintah di dekat Republic Square. Beberapa pengawal juga terlihat terus berada di dekat Pashinyan ketika lelaki itu berjalan dari satu gedung ke gedung lain, sedangkan pengunjuk rasa terus meneriakinya dengan kata "pengkhianat!"

Ayk Mamidzhanyan dari Partai Republik Armenia mengatakan "Tindakan pembangkangan sipil perlu berlanjut untuk waktu yang lama, kota sesekali harus dilumpuhkan" ujarnya.

Armenia dan Azerbaijan berkonflik selama sekitar enam minggu tahun lalu dalam sengketa wilayah Nagorno-Karabakh. Wilayah perbukitan itu secara hukum adalah milik Azerbaijan tetapi sebagian besar diduduki oleh etnis Armenia.

Perang terjadi di antara kedua belah pihak dan Armenia menerima kesepakatan damai yang ditengahi oleh Rusia. Armenia juga sepakat untuk mengembalikan beberapa wilayah di Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan. Menurut Pashinyan, kesepakatan damai itu memang menyakitkan tapi harus tetap diambil untuk mencegah Azerbaijan menguasai lebih banyak wilayah Nagorno-Karabakh.

Baca Juga: Twitter Hapus Ratusan Akun dari Rusia, Iran dan Armenia

3. Pemilu akan diblokir jika Pashinyan kembali mencalonkan diri

https://www.youtube.com/embed/6a2xZZIEbCk

Perjanjian damai antara Armenia dan Azerbaijan dilakukan pada 9-10 November tahun lalu. Perang selama sekitar enam minggu telah menyebabkan sekitar 5.000 korban jiwa. Pasukan Azerbaijan terus merangsek maju untuk memukul mundur pasukan Armenia. Beberapa kota penting di Nagorno-Karabakh telah jatuh ke tangan pasukan Azeri.

Karena itu, untuk mencegah militer Azeri semakin memperluas kemenangan, maka PM Pashinyan memilih untuk melakukan gencatan senjata dan menerima kesepakatan damai. Syarat kesepakatan damai itu, beberapa wilayah di Nagorno-Karabakh harus dikembalikan ke Azerbaijan dan itu yang membuat publik Armenia kecewa.

Dalam demonstrasi yang terbaru, melansir dari laman Deutsche Welle, Vezgen Manukyan dari kelompok oposisi mengatakan kepada para pendukungnya "Kami harus siap merebut kekuasaan dengan kecepatan kilat," katanya. Kelompok oposisi juga menyerukan pemboikotan pemilu tahun ini jika Pashinyan kembali mencalonkan diri.

Dalam kesepakatan damai antara Armenia dan Azerbaijan yang ditengahi Rusia, pasukan milik Vladimir Putin diturunkan guna mengamankan perbatasan dan mengawasi proses perdamaian. Jumlah mereka sebanyak sekitar 2.000 personel militer. Pasukan tersebut akan bertahan hingga setidaknya sampai lima tahun ke depan.

Baca Juga: Twitter Hapus Ratusan Akun dari Rusia, Iran dan Armenia

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya