Rusia: Tidak Ada Alternatif Selain Taliban di Afghanistan

Putin meminta menerima kenyataan bahwa Taliban berkuasa 

Kabul, IDN Times - Sejak kelompok Taliban menguasai ibukota Kabul pada Minggu, 15 Agustus lalu, secara de facto Afghanistan dapat disebut telah berada di bawah kekuasaannya. Negara-negara Barat sibuk mengevakuasi diplomat, juga orang-orang Afghanistan yang selama perang dua dekade membantu mereka.

Namun sisi lain diperlihatkan oleh Rusia. Negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin itu berdiri pada posisi yang berlawanan dengan Barat. Rusia sampai saat ini tidak berusaha mengevakuasi diplomat dan pejabat di kantor Kedutaan karena Taliban menjanjikan keamanan.

Selain itu, pada hari Jumat (20/8), utusan Kremlin untuk Afghanistan yang bernama Dmitry Zhirnov dengan tegas mengatakan bahwa tidak ada alternatif lain di negara Afghanistan selain kelompok Taliban. Taliban dengan sangat jelas telah menguasai sebagian besar Afghanistan.

1. Sebagian besar ibukota Kabul tenang dan kekacauan hanya terjadi di bandara

Selama hampir sepekan terakhir, media-media mempublikasikan bagaimana kacaunya bandara internasional Kabul. Bandara tersebut dipenuhi dengan warga Afghanistan yang takut jadi target pembunuhan Taliban, dan mereka ke sana untuk pergi dari negaranya.

Kekacauan di bandara itu telah menewaskan seikitnya 12 orang. Ribuan lainnya telah dievakuasi oleh Amerika Serikat dan negara Barat lain. Indonesia sendiri juga ikut mengevakuasi warganya untuk kembali ke tanah air.

Melansir kantor berita Al Jazeera, suasana ibukota yang telah ditaklukkan itu, oleh para pejabat NATO dan Taliban sendiri dikatakan dalam kondisi yang sebagian besar tenang. Kekacauan hanya terjadi di bandara saja.

Malik Mudassir, jurnalis BBC yang masih berada di Kabul juga meliput suasana pusat kota yang tenang dan para milisi Taliban yang berpatroli terkesan ramah kepadanya. Mudassir bahkan mencoba untuk masuk Istana Kepresidenan tapi dengan santun milisi Taliban tidak memperbolehkannya karena butuh izin komando tertinggi.

"Kota ini begitu sunyi dan tenang. Saya tidak percaya bahwa kekuasaan atas ibu kota Afganistan ini telah berpindah tangan setelah 20 tahun. Semuanya begitu sunyi," tulis Mudassir dalam liputannya menggambarkan suasana ibukota Kabul.

2. Tidak ada alternatif di Afghanistan selain Taliban

Baca Juga: Potret Kedatangan 26 WNI yang Dievakuasi dari Afghanistan

Kekacauan yang terjadi di bandara internasional Kabul karena ribuan orang Afghanistan yang takut jadi target pembunuhan Taliban. Mereka ingin pergi dari negara tersebut bersama dengan Amerika Serikat dan Sekutu yang mengevakuasi warganya.

Namun ketika banyak pemerintah Barat sibuk mengevakuasi diplomat dan warga dari Afghanistan, Rusia sejauh ini mengambil posisi yang bertolak belakang. Diplomat dan pejabat Rusia masih di negara itu dan bekerja seperti biasa.

Dmitry Zhirnov, Duta Besar Rusia untuk Afghanistan berbicara kepada Reuters lewat Zoom, memuji perilaku pasukan Taliban yang telah mengambil alih ibukota Kabul. Sebagian besar ibukota tidak ada kekacauan dan kehidupan di Kabul berjalan menuju normal.

Zhirnov mengatakan "kami tidak bisa mengesampingkan kenyataan. Mereka (Taliban) adalah otoritas de-facto. Tidak ada alternatif selain Taliban di Afghanistan," katanya.

Dia juga mengatakan Rusia berupaya untuk memperdalam hubungan yang sudah terjalin dengan Taliban dan mengakui mereka sebagai penguasa sah Afghanistan. Meski sejauh ini, kelompok tersebut masih masuk dalam daftar kelompok terlarang di Rusia.

Afghanistan adalah sebuah negara yang coba dikendalikan oleh Moskow era Soviet. Namun upaya itu gagal total. Moskow menarik pasukannya pada tahun 1989 setelah berperang melawan kelompok milisi Mujahidin selama hampir satu dekade. Kelompok Mujahidin sendiri saat itu banyak dapat bantuan dari Pakistan, Arab Saudi juga Amerika Serikat.

Kini, ketika Amerika Serikat pulang kampung setelah perang dua dekade melawan milisi Taliban, Rusia mengambil sisi sebaliknya dan berusaha menjalin hubungan baik dengan kelompok tersebut.

3. Vladimir Putin meminta untuk menerima kenyataan bahwa Afghanistan telah dikuasai Taliban

Uni Soviet yang pecah berantakan pada awal tahun 1990-an, saat itu menguasai sebagian besar wilayah Asia Tengah. Hingga kini, Soviet yang menjadi Rusia, masih memiliki pengaruh kuat di negara-negara Asia Tengah, bekas wilayah Soviet.

Peningkatan eskalasi di Afghanistan, sampai gerilyawan Taliban berhasil menaklukkan ibukota Kabul tanpa perlawanan yang berarti, telah diwaspadai oleh Departemen Pertahanan Rusia.

Mereka khawatir jika peristiwa di Afghanistan akan berpengaruh pada situasi keamanan di "halaman belakang" Rusia, yakni negara-negara Asia Tengah.

Namun menurut kantor berita Rusia, Tass, Wakil Menteri Pertahanan Rusia, Andrei Kartapolov, mengatakan "lingkaran keamanan belum rusak. Tidak ada yang perlu ditakutkan meskipun situasinya memerlukan perhatian khusus dan mereka yang bertanggung jawab untuk itu secara profesional memantau perkembangan dengan cermat," jelasnya menilai dampak dari peristiwa di Afghanistan.

Presiden Rusia Vladimir Putin dalam konferensi persnya bersama Kanselir Angela Merkel di Moskow pada Jumat berkomentar, "Gerakan Taliban menguasai hampir seluruh wilayah negara. Ini adalah kenyataan dan dari kenyataan inilah kita harus melanjutkan, mencegah runtuhnya negara Afghanistan," ujarnya dikutip TRT World.

Putin tidak terlalu ambil pusing tentang hasil kampanye militer AS di Afghanistan. Tapi mantan agen intelijen yang kini memimpin Rusia itu juga melontarkan kritik "Anda tidak dapat memaksakan standar kehidupan dan perilaku politik pada orang lain dari luar," katanya.

Baca Juga: NATO Siap Perangi Taliban jika Afghanistan Menjadi Sarang Terorisme

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya