Studi Ungkap Kerentanan Osteoporosis jika Hidup di Luar Angkasa

Tulang para astronaut banyak yang hilang kepadatannya

Jakarta, IDN Times - Penelitian terbaru tentang dampak buruk perjalanan ruang angkasa terhadap manusia menunjukkan, para astronaut mengalami keropos tulang selama menjalankan misinya.

Bahkan, tingkat keropos tersebut signifikan karena selama penerbangan enam bulan ke luar angkasa, itu setara dengan keropos tulang manusia selama satu dekade di Bumi.

Selain tulang keropos, dampak buruk lain yang ditemukan adalah tekanan pada sistem kardiovaskular dan meningkatnya paparan radiasi.

1. Peralatan canggih untuk melihat mikroarsitektur tulang

Studi Ungkap Kerentanan Osteoporosis jika Hidup di Luar AngkasaIlustrasi. (Pexels.com/Pixabay)

Penelitian dampak buruk perjalanan luar angkasa diterbitkan pada akhir Juni lalu. Leigh Gabel, salah satu anggota dari tim peneliti, adalah seorang ilmuwan olahraga di University Calgary di Kanada.

Penelitian itu melibatkan 17 astronaut dengan 14 lelaki dan tiga perempuan. Menurut Science News, rata-rata usia mereka 47 tahun dan menghabiskan empat hingga tujuh bulan di luar angkasa.

Dengan peralatan canggih yang dapat mengukur mikroarsitektur tulang yang lebih halus dari ketebalan rambut manusia, tim peneliti menggambarkan struktur pergelangan tulang kaki bawah dan lengan bawah.

Sebelum berangkat, peneliti telah mengambil gambar di titik-titik tertentu dan ketika para astronaut pulang ke Bumi, mereka kembali diteliti tentang kekuatan dan kepadatan tulangnya.

Menurut Gabel, tulang adalah organ hidup. Tulang yang hidup itu aktif dan terus melakukan renovasi. Tapi tanpa gravitasi di luar angkasa, tulang telah kehilangan kekuatannya.

Baca Juga: Perdana, NASA Luncurkan Roket Luar Angkasa dari Australia

2. Keropos tulang astronaut belum pulih meski sudah di bumi selama satu tahun

Hasil penelitian terhadap 17 astronaut itu memperlihatkan hasil yang mengkhawatirkan, untuk rencana penerbangan luar angkasa di masa depan atau bahkan membangun koloni di planet Mars.

Menurut The Guardian, hasil penelitian menunjukkan, astronaut kehilangan antara 1 persen dan 2 persen kepadatan tulangnya untuk setiap bulan yang dihabiskan di luar angkasa.

Para peneliti juga melihat fakta bahwa kepadatan tulang kering dari sembilan astronaut belum sepenuhnya pulih, meskipun telah tinggal selama satu tahun di Bumi.

"Semakin lama Anda berada di luar angkasa, semakin banyak tulang yang hilang," kata Steven Boyd, rekan akademisi lain yang berada di dalam tim peneliti tersebut.

Dalam studi pemodelan pada  2020, diperkirakan bahwa selama tiga tahun penerbangan luar angkasa ke Mars, maka 33 persen astronaut akan berisiko terkena tulang keropos atau osteoporosis.

3. Struktur tulang astronaut bisa berubah permanen

Studi Ungkap Kerentanan Osteoporosis jika Hidup di Luar Angkasailustrasi (Unsplash.com/Anne Nygard)

Dari semua astronaut yang diteliti, mereka terbang dan menjalankan misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dalam tujuh tahun terakhir. Para astronaut itu berasal dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Eropa dan Jepang.

Dilansir Sky News, struktur tulang halus para astronaut menipis dan beberapa batang tulang terputus satu sama lain selama di luar angkasa.

"Begitu astronaut kembali ke Bumi, sambungan tulang yang tersisa dapat menebal dan menguat, tetapi yang terputus di luar angkasa tidak dapat dibangun kembali, sehingga keseluruhan struktur tulang astronaut berubah secara permanen," jelas Gabel.

Salah satu cara meminimalisir tulang keropos itu adalah berolahraga angkat besi atau deadlift selama di ISS. Astronaut yang melakukan angkat beban lebih banyak dibanding latihan rutin di Bumi, lebih mungkin memulihkan tulang setelah misi.

Baca Juga: 10 Fakta Nora Al Matrooshi, Astronaut Perempuan Pertama asal Arab

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya