Topan Megi Hantam Filipina, 42 Orang Tewas dan Ribuan Mengungsi

Operasi penyelamatan korban Topan Megi masih berlanjut

Jakarta, IDN Times - Topan Megi atau dalam sebutan Filipina adalah Agaton, telah menghantam daerah Filipina tengah dan selatan dalam beberapa hari terakhir. Topan memicu datangnya hujan deras, banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah.

Dalam operasi penyelamatan pada Selasa (12/4/2022), dilaporkan bahwa korban jiwa akibat hantaman Megi mencapai 42 orang. Tapi angka tersebut kemungkinan akan bertambah seiring operasi penyelamatan yang dilakukan oleh pasukan penyelamat. Lebih dari 100 orang juga dilaporkan terluka.

Penduduk yang terdampak oleh topan Megi telah mencapai puluhan ribu orang. Pihak berwenang memperkirakan, lebih dari 17 ribu orang telah meninggalkan rumah mereka di wilayah rawan bencana karena banjir, tanah longsor yang memutus jalur transportasi dan memutus aliran listrik.

Baca Juga: Usai Dihajar Topan Goni, Kini Filipina Diterjang Topan Vamco 

1. Sebagian besar mayat tertimbun lumpur

https://www.youtube.com/embed/AEecgEiXZpo

Akhir pekan lalu, Filipina dihantam oleh badai tropis Megi yang oleh penduduk lokal menyebutnya Agaton. Badai mendarat pada Minggu (10/4/22) dengan kecepatan angin hingga 65 kilometer per jam. Hujan yang dibawah badai juga memicu banjir dan tanah longsor.

Badai yang menghantam Filipina tengah itu, wilayah paling parah berada di provinsi Leyte, tepatnya di sekitar Baybay City. Dikutip dari The Guardian, pihak berwenang setempat mengatakan 36 orang tewas dan 26 orang hilang setelah tanah longsor menimpa desa-desa. Lebih dari 100 orang terluka.

Pulau Mindanau yang terletak di selatan juga terdampak. Tiga orang tewas di pulau tersebut dan tiga orang tewas lainnya dilaporkan di provinsi tengah Negros Oriental. Polisi, tentara, dan pasukan tanggap darurat, termasuk petugas pemadam kebakaran telah turun untuk mencari mereka yang hilang.

Kaharudin Cadil, juru bicara Brigade Infanteri ke-802 menjelaskan bencana itu menyebabkan longsoran lumpur yang mengubur rumah-rumah. "Kami menemukan sebagian besar mayat yang tertimbun lumpur."

Baca Juga: Topan Rai di Filipina Tewaskan 375 Orang

2. Ancaman bahaya dari perubahan iklim

Lokasi paling parah dari hantaman badai Megi berada di desa pegunungan Mailhi, di dekat Baybay City. Ada 10 desa yang terdampak tanah longsor, yang dipicu hujan deras dan angin badai.

Petugas informasi publik Marissa Miguel Cano mengatakan "seharusnya musim kemarau tapi mungkin perubahan iklim telah mengubahnya," kutip CBS News. Wilayah longsor itu adalah wilayah perbukitan tanaman jagung, padi dan kelapa yang rawan longsor. Tapi biasanya tingkat kewaranan kecil dan tidak fatal.

Di Baybay City, banyak penduduk di kota tersebut terpaksa mengungsi karena rumah mereka terendam air banjir. Tahun lalu mereka telah terdampak badai dan belum pulih. Tapi kini telah kembali dihantam badai yang lain.

"Kami masih memperbaiki rumah kami, namun rumah itu dihantam lagi sehingga saya menjadi cemas," jelas Sheena Bayno, salah satu penduduk yang mengungsi. Tanah longsor yang terjadi di dekat Baybay City juga disebut mencapai pemukiman di luar zona berbahaya, sehingga hal itu telah mengejutkan banyak penduduk.

Baca Juga: Filipina Evakuasi Puluhan Ribu Warga Akibat Topan Rai

3. Ratusan wilayah tidak memiliki aliran listrik

Topan Megi Hantam Filipina, 42 Orang Tewas dan Ribuan MengungsiBencana topan Rai yang melanda Filipina menyebabkan 208 orang dilaporkan tewas pada Senin, 20 Desember 2021, waktu setempat. (Twitter.com/morexetteCDN)

Filipina adalah negara kepulauan tropis yang kerap disambangi oleh badai yang kuat. Negara itu diperkirakan menerima hantaman badai sebanyak 20 kali dalam satu tahun. Badai Megi kali ini telah memicu hampir 200 banjir di berbagai daerah di provinsi tengah dan selatan Filipina.

Dilansir Sky News, pejabat yang berwenang mengatakan sekitar 30 ribu keluarga telah tergusur dan beberapa di antaranya terpaksa dipindahkan ke tempat penampungan darurat. Saat ini operasi penyelamatan terus dikebut, berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan mereka yang masih tertimbun lumpur.

Namun, cuaca yang tak kunjung membaik akibat hujan terus-menerus telah menghambat operasi tersebut. Banyak penduduk desa yang terjebak di atap rumah mereka karena banjir telah menggenang semakin tinggi.

Dalam pantauan CNN Philippines, ada 340 wilayah yang aliran listriknya terputus dan 36 wilayah tidak memiliki sinyal jaringan telekomunikasi. Di daerah pesisir pantai timur, sebanyak 15 kapal dilaporkan terdampar, termasuk 355 kendaraan dan 927 penumpangnya.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya