Ukraina Dapat Laporan Pasukan Rusia Gunakan Senjata Kimia

Ada opsi pengerahan pasukan NATO ke Ukraina 

Jakarta, IDN Times - Hanna Malyar yang menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan Ukraina mengatakan bahwa pemerintahnya saat ini sedang memeriksa informasi tentang penggunaan senjata kimia oleh pasukan Rusia. Dikabarkan, senjata tersebut digunakan di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung.

Sementara ini semua informasi tersebut masih berupa dugaan. Belum ada verifikasi yang bisa membuktikannya, namun pemeriksaan sedang dilakukan. Kemungkinan, senjata kimia yang digunakan adalah amunisi fosfor.

Amerika Serikat (AS) dan Inggris prihatin tentang kabar tersebut. Pihak London mengatakan bahwa saat ini semua pilihan untuk merespon sudah ada di meja, jika memang pasukan Moskow benar-benar menggunakan senjata kimia dalam menyerang Mariupol.

Baca Juga: Efek Perang di Ukraina, IMF: Negara Berkembang Bisa Gagal Bayar Utang

1. Upaya memverifikasi laporan penggunaan senjata kimia

Ukraina Dapat Laporan Pasukan Rusia Gunakan Senjata Kimiailustrasi tentara Ukraina (Twitter.com/Defence of Ukraine)

Kota pelabuhan Mariupol adalah kota yang paling menderita saat Rusia menyerang Ukraina. Kota itu telah terkepung selama lebih dari satu bulan dan puluhan ribu penduduk masih terjebak di tengah pertempuran. Proses evakuasi berjalan lambat karena Rusia tidak mengizinkan penggunaan bus dan hanya boleh menggunakan kendaraan pribadi.

Dalam informasi terbaru tentang serangan pasukan Rusia dalam mengepung Mariupol, ada dugaan tentara Moskow menggunakan senjata kimia. Dikutip dari Reuters, Hanna Malyar mengatakan "ada teori bahwa ini bisa jadi amunisi fosfor," katanya pada hari Selasa (12/4/22).

Pavlo Kyrylenko, gubernur Donetsk wilayah Ukraina mengatakan juga telah melihat laporan insiden tentang penggunaan senjata kimia itu. "Kami tahu tadi malam sekitar tengah malam sebuah drone menjatuhkan beberapa alat peledak yang sejauh ini tidak diketahui, dan orang-orang yang berada di dalam dan sekitar pabrik logam Mariupol, ada tiga orang, mereka mulai merasa tidak sehat."

Pihak berwenang Rusia belum menanggapi laporan tersebut. Pasukan pemberontak Ukraina pro-Moskow membantah penggunaan senjata kimia dalam serangannya di Mariupol.

Baca Juga: Bertemu Menlu Kanada, Retno Marsudi Bahas Ukraina dan G20

2. AS prihatin dan khawatir dengan potensi penggunaan senjata kimia oleh Rusia

Invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari telah memicu ancaman bencana kemanusiaan. Sekitar 10 juta penduduk Ukraina telah mengungsi, dan 4 juta di antaranya mencari tempat perlindungan di luar negeri.

Di Mariupol, kota paling menderita di Ukraina, wali kota Vadym Boychenko mengklaim bahwa jumlah warganya yang tewas di kota tersebut diperkirakan telah mencapai 10 ribu orang. Bahkan dengan kondisi 90 persen bangunan di kota yang rusak, angka korban tewas kemungkinan bisa mencapai 20 ribu.

Rusia telah mengepung kota tersebut dan berusaha merebutnya. Serangan bom dilakukan setiap hari dan pertempuran jalanan terus berlangsung. Ukraina juga sedang melakukan pemeriksaan tentang informasi bahwa serangan pasukan Rusia itu menggunakan senjata kimia.

Dikutip dari CNBC, Sekretaris Pers Departemen Pertahanan John Kirby mengatakan sedang memantau dengan teliti tentang laporan tersebut. Dia mengatakan "laporan-laporan ini, jika benar, sangat memprihatinkan dan mencerminkan kekhawatiran yang kami miliki tentang potensi Rusia untuk menggunakan berbagai agen pengendalian kerusuhan, termasuk gas air mata yang dicampur dengan bahan kimia, di Ukraina."

Berdasarkan Konvensi Senjata Kimia 1997, produksi, penggunaan dan penimbunan senjata kimia dilarang. Untuk bom fosfor putih, itu tidak dilarang. Tetapi menggunakannya sebagai senjata pembakar di dekat warga sipil adalah ilegal.

Baca Juga: NATO: 15 Ribu Tentara Rusia Tewas selama Sebulan Invasi ke Ukraina

3. Opsi pengerahan pasukan NATO ke Ukraina

Ukraina Dapat Laporan Pasukan Rusia Gunakan Senjata KimiaPesawat tempur anggota NATO (Twitter.com/NATO)

Informasi tentang laporan dugaan penggunaan senjata kimia pertama kali berasal dari Batalion Azov, salah satu batalion sayap kanan Ukraina. Pasukan di batalion tersebut telah banyak terlibat dalam pertempuran di Mariupol.

Dilansir BBC, dalam unggahan media sosial,  Batalion Azov menyebut bahwa pasukan Rusia telah menjatuhkan "zat beracun yang tidak diketahui asalnya" selama serangan pesawat tak berawak di Azovstal.

James Heappey, Menteri Pertahanan Inggris mengatakan Barat akan memberikan tangggapan jika laporan serangan senjata kimia itu dikonfirmasi dan mendapatkan verifikasi yang valid.

"Ada beberapa hal yang berada di luar batas, dan penggunaan senjata kimia akan mendapat respons dan semua opsi ada di atas meja untuk respons seperti apa," kata Heappey. Semua opsi yang dimaksud bahkan bisa dilakukan pengerahan pasukan Inggris atau NATO ke wilayah Ukraina.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya